Cita rasa kopi jenis robusta ala Bawen ini tegas dengan rasa asam yang tipis. Sebelum meneguk kali kedua, saya mencomot sebuah mendoan alias tempe kemul yang gurih. Mendoan dengan cabe rawit juga pisang goreng yang legit merupakan kawan yang tepat untuk menyesap kopi hitam.
Tegukan kedua kopi hitam membuat benak seolah memutar kisah perjalanan hari sebelumnya. Jalanan berkelok-kelok nan curam sepanjang Pujon hingga Pare hingga jalanan gelap nan merayap sepanjang Caruban, Ngawi. Perjalanan yang mendebarkan dan membuat kami bersyukur dapat melaluinya dengan lancar.
Masih ada sepotong mendoan dan pisang goreng di piring. Saya memilih pisang goreng dan mengunyahnya secara perlahan. Sesesap kopi menyusul kemudian. Aroma kopi yang tajam keharuman rempah-rempah yang samar-samar, mengingatkan saya akan ratusan kilometer yang akan kami lalui. Dari Bawen kami akan menuju Semarang, Pekalongan, Cirebon, hingga Jakarta. Perjalanan lebih dari 400 kilometer di depan mata kami.
[caption id="attachment_418174" align="aligncenter" width="285" caption="Bijih Kopi yang Pahit-Gurih"]
Saya mengambil dan mengamati bijih kopi yang menjadi pelengkap kopi pesanan pasangan. Jika saya memilih kopi hitam yang tegas, pasangan yang kalem memilih macchiato yang tampil genit nan cantik. Kopi dengan krim lembut. Permukaannya berlapis busa dengan hiasan berupa bunga berkelopak tujuh. Penampilannya yang cantik membuat yang melihatnya enggan untuk mengaduknya. Kopi ini disajikan bersama biskuit cokelat dan bijih kopi.
Pasangan mengijinkan saya untuk mencicipi kopinya. Cita rasanya begitu creamy dan lembut, kontras dengan kopi hitam milik saya.
[caption id="attachment_418176" align="aligncenter" width="349" caption="Kopi Genit dari Bijih Kopi Bawen"]
Yang lebih menyita perhatian saya pada kopi pesanan pasangan adalah bijih kopinya. Bijih kopi itu berukuran sedang dan berwarna cokelat gelap. Penasaran akan rasanya, saya mengunyahnya dan sedikit terkejut ketika mengetahui rasanya tidak terlalu pahit malah ada rasa gurihnya.
Tak terasa sudah satu jam kami beristirahat. Sudah tengah hari, kami harus bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Tegukan kopi terakhir merupakan salam perpisahan saya pada Bawen dimana saya mulai jatuh cinta pada daerah ini.
Untuk merekatkan hubungan saya pada Bawen, saya membeli beberapa kemasan kopi bawen dan mengantongi beberapa bijih kopi. Kini setiap kali melihat kemasan dan menyeduh kopi bawen, perjalanan ratusan kilometer membentang di ingatan. Suasana sejuk dengan angin semilir di kampung kopi Bawen pun hadir di Jakarta yang terik di balik secangkir kopi Bawen.
[caption id="attachment_418177" align="aligncenter" width="300" caption="Buah Tangan Kopi Khas Bawen"]