Kelurahan Sumurboto, Kec. Banyumanik, Kota Semarang, 3 Desember 2023.
Sampah organik dari rumah tangga merupakan penyumbang terbanyak di TPA menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yaitu sebesar 51,5%. Pengelolaan limbah organic di wilayah perkotaan menjadi masalah yang krusial. Kelurahan Sumurboto sebagian besar masyarakatnya masih belum mengolah sampah organik dan langsung membuang ke TPS tanpa adanya pemilahan terlebih dahulu. Tentu saja, sampah organik ini akan mengalami pembusukan dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Berbagai pemecahan sampah organik perlu dikembangkan, salah satunya adalah dengan budidaya maggot. Maggot adalah bayi larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) yang dapat mengurai sampah organik dengan sangat cepat dalam jumlah yang besar. Selain dimanfaatkan sebagai pereduksi sampah organic, maggot memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi yaitu dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk.
Program sosialisasi dan demonstrasi budidaya maggot sebagai upaya pengurangan sampah organic skala rumah tangga ini dilakukan di RT 1 RW 1 Kelurahan Sumurboto bersama ibu-ibu rumah tangga menggunakan media booklet. Sosialisasi ini juga bertujuan agar Masyarakat turut melakukan pemilahan sampah organic dan anorganik sehingga sampah yang terbuang di TPS hanya sampah anorganik. Partisipan terlihat sangat antusias dengan adanya sosialisasi budidaya maggot karena maggot menjadi hal yang baru bagi pemecahan sampah organik, terlihat dari beberapa ibu yang mengajukan pertanyaan seperti syarat limbah organik yang akan diberikan ke maggot, apakah maggot bisa menularkan penyakit dll.
Kegiatan sosialisasi ini dilanjutkan dengan praktik cara budidaya maggot pada tahap penetasan telur. Pada praktik penetasan telur maggot ini menggunakan bahan-bahan yang murah dan sederhana yang bisa ditemui di rumah seperti baskom, pelet ayam, penyangga, tissue, marangan, dan jaring-jaring penutup. Praktik diawali dengan pelet yang dicampur sedikit air agar dalam kondisi lembab. Pelet dimasukkan ke dalam baskom, lalu di berikan tatakan untuk tempat peletakan telur maggot. Selanjutnya telur maggot ditaruh di tatakan yang memiliki pori kecil dan dilapisi tissue agar telur tidak bersentuhan langsung dengan media karena menyebabkan telur tidak bisa menetas. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan cara memberikan makan maggot pada usia 1 minggu sudah bisa diberikan makan sampah organik.
Harapan dari adanya program sosialisasi dan demonstrasi budidaya maggot turut berkontribusi dalam pengurangan sampah organik skala rumah tangga dengan cara yang murah dan mudah serta dapat  meningkatkan taraf ekonomi karena maggot dapat bernilai jual sebagai pakan ternak atau unggas.
Penulis             : Yuniar Dewi Cahyaningrum
Dosen Pembimbing   : Dr. dr. Sri Winarni, M.Kes
Lokasi             : RT 1 RW 1, Kelurahan Sumurboto, Kota Semarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H