Sejarah lahirnya nahdhatul ulama pertama kali lahir pada tanggal 31 januari 1926 dengan haluan ideology ahlussunah wal jama’ah dan salah satu tokohnya yang berperan atau sering ita kenal sebagai pendiri organisasi NU beliau adalah K.H Hasyim Asy’ari.
Pada saat itu ulama belum terorganisasi  namun hubungan mereka sangat kuat hal ini dapat dilihat ketika ada acara perayaan haul, ulang tahun wafatnya seorang kyai mereka cenderung berkumpul untuk saling mendoakan dan menyambung silaturahmi yang menurun pada murid pondok pesantren yang ini tersebar luas di nusantara.Â
Berdirinya NU tidak terlepas dari upaya mempertahankan ajaran ahlussunal wal jama’ah. Sebagai umat islam ita menganut salah satu madzhab dari 4 madzhab yaitu madzhab imam Hanafi, madzhab imam Hambali, madzhab imam Syafi’I dan yang terakhir madzhab imam maliki,Â
dari madzhab madzhab diatas sebagian besar kyai NU penganut kuat madzhab imam Syafi’I dalam praktiknya, menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidzi dalam ajaran tauhid atau tentang ketuhanan, dan dalam bidang tasawuf kyai NU menganut  dasar dasar ajaran Imam Abu Qosim al- Junaidi.
Pada tahun 1926 bulan februari tepatnya islam mengadakan kongres ke IV yang bertempat di Bandung, kongres ini hampir sepenuhnya dikuasai oleh oleh pemimpin organisasi islam modern dan mengabaikan usul atau pendapat yang disampaikan pemimpin islam tradisional tentang praktek prakte keagamaan tradisional yang masih sangat kental menganut madzhab yang 4 dan pemeliharaan kuburan bagindarasulullah dan para khulafaur rasyidin.Â
Namun disitu kyai H. Hasyim Asy’-ari menyampaikan dengan keras berupa kritikan kepada kaum islam modern, dari situlah kemudian terbentuknya Jami;iyah Nahdlatul Ulama yang mempunyai tujuan awal yaitu sebagai wadah perjuangan para pemimpin islam tradisional , untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin baik itu dari madzhab yang berbeda diantara 4 madzhab dan melakukan kegiatan yang menguntungkan anggotanya sesuai ajaran islam. Â
NU sendiri meberikan perhatian besar terhadap kegiatan ekonomi, hal hal yang berkaitan  dengan kehidupan para kyai yang menjadi pedagang atau pemilik tanah.Â
Sampai saat ini Nahdlatul Ulama menjadi organisasi social terbesar di Inonesia dimana sampe saat ini sudah berdiri kurang lebih tujuh puluh tahunan dan tetap berusaha untuk senantiasa menekankan pentingnya pelestarian dan penghargaan terhadap khazanah budaya nusantara.
Dalam fase pergerakan kemerdekaan NU membutuhkan tahap pemahaman sebagai berikut :
- Â Nahdlatul Ulama pra kemerdekaan.
- Karena nahdlatul ulama ada sejak tahun 1926 maka tentu saja melalui sejarah pra kemerdekaan atau masa penjajahan. Pada masa itu organisasi NU disegani oleh penjajah, sehingga kekuatan para ulama yang tergabung dalam organisasi NU mampu menjadi jembatan antara kepentingan islam dan kepentingan bangsa yang mendorong merdekanya NKRI. Jadi peran ulama juga sangat membantu akan kemerdekaan NKRI.
- Nahdlatul ulama masa kemerdekaan.
- Peran NU pada saat sudah merdekanya bangsa Indonesia pun semakin besar karena disini para ulama harus menghadapi komunis sehingga NU juga membentuk suatu partai politik agar mereka bisa menyamai pola komunis, hal ini pun membuahkan hasil yaitu mereka dapat mempertahankan dasar negara Pancasila.
        Adapun tujuan utama dari berdirinya organisasi nahdlatul ulama adalah untuk mengerjakan apapun yang menjadi kemaslahatan agama islam. Untuk mencapai  tujuan tersebut harus didampingi dengan ikhtiyar, bentuk ihtiyar yang tertulis dalam rapat ulama antara lain :
- Mengadakan perhubungan antar ulama ulama yang bermadzhab 4.
- Memeriksa kitab kitab yang dipakai untuk mengar, hal ini bertujuan untuk lebih meneliti apakah kitan yang dipakai berhaluan ahlus Sunnah wal jamaah atau bid’ah.
- Mengajarkan agama islam diatas madzhab dengan jalan yang baik.
- Memperbanyak madrasah madrsah yang beragama islam terutama pondok pesantrn
- Memperhatikan hal hal yang berhubungan dengan tempat ibadah dan anak yatim.
Selanjutnya kita akan membahas tentang salah satu tokoh aktif dalam organisasi nahdlatul ulama yaitu Dr.H.Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A. (Hons), Ph.D. atau yang lebih kita kenal dengan gus nadir. Gus nadir lahir pada 8 desember 1973.Â
Ayahnya bernama Prof. KH. Ibrahim Hosen yang merupakan seorang ahli fikih dan pernah menjabat ketua komisi MUI selama dua decade, tak hanya itu ayahnya juga pernah menjadi rector IAIN Palembang dan juga menyandang guru besar IAIN syarif hidayatullah Jakarta, disini sudah dapat kita bayangkan bahwa gus nadir dari keluarga yang berwawasan luas dan berpendidikan tinggi.Â
Gus nadir sendiri dari kecil sudah dibaluti dengan pendidikan pesantren baik itu dari ayahnya maupun dari kerabat ayahnya seperti mendiang KH.Â
Ali Mustafa Yaqub seorang pengasuh pesantren darus Sunnah Jakarta. Pendidikan sarjana gus nadir yaitu dari fakultas syariah di IAIN syarif hidayatullah Jakarta.Â
Ayahanda gus nadir memberikan amanat kepada gus nadhir agar menaklukkan barat dan disitu gus nadhir berhasil meraih gelar magister dari dua kampus di Australia yang berbeda yaitu master of arts ( studi islam) di university of new England dan master of laws ( studi hukum) di northern territory university.Â
Karena beliau termasuk orang yang haus ilmu jadi beliau melanjutkan studi doktoralnya ke dua kampus sekaligus yaitu PhD in law dari Wollongong Uniersity dan PhD in law dari national university of Singapore.
Karena ilmu yang didapat sangat banyak tak heran jika beliau di gadang gadangkan di tanah airnya tetapi beliau memilih menjadi peneliti di quensland university pada tahun 2005, kemudian selang 2 tahun beliau menjadi dosen tetap di kampusnya dulu yaitu wallongong university.Â
Dengan berbagai pengalaman yang diraih gus nadir pun mempunyai banyak karya ocntohnya ‘’ human rights, politics and corruption in Indonesia dan masih banyak karya lainnya. Karena berbagai latar belakang yang menakjubkan kemudian gus nadir mendapat amanah sebagai rais syuriah pengurus cabang istimewa NU Australia- New Zealand.Â
Islam nusantara merupakan sebutan islam yang ada di Indonesia tanpa merubah ideologinya. Nusantara sudah jelas terdiri dari berbagai pulau dari sabang sampe merauke disitu kita tentu saja banyak menemukan perbedaan perbedaan baik dalam segi Bahasa, pakaian, warna kulit, fisik, suku, ras dan budaya budaya.Â
Seperti contohnya wayang yang dari dulu jaman wali sampai saat ini masih ada. Gus nadhir sebagai anggota aktif NU mengatakan bahwa wayang sebagai warisan budaya Indonesia memiliki peran besar dalam proses islamisasi nusantara oleh para wali di masa lalu.Â
Benar saja ketika dakwah yang dilakukan oleh para wali di masa lalu menggunakan wayang banyak masyarakat yang tertarik dan akhirnya mengikuti ajaran islam. Bahkan gus nadir pernah mengatakan dalam kajian online nya ‘’ kalau ngga ada wayang belum tentu islam diterima dengan sangat baik di masyarakat jawa,’’.  Karena wayang juga dinilai sebagai media komunikatif yang efektif dalam menyebarkan pesan pesan moral dalam masyarakat.
       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H