Halo, Saya Dewi, seorang guru di sebuah Sekolah Dasar Negeri Jawa Barat. Hari ini, saya ingin berbagi pengalaman dalam menyebarkan pemahaman tentang Merdeka Belajar kepada siswa siswi fase C.
Awalnya, jujur saja, saya bingung. PMM dan Merdeka Belajar terdengar menarik, tapi bagaimana mengaplikasikannya pada siswa fase C ? Butuh pendekatan khusus, pikir saya.
Menyingkirkan Keraguan, Memulai Langkah
Langkah pertama saya adalah menggali informasi. Saya mengikuti pelatihan Mandiri PMM, literasi melalui sumber daya daring, dan berdiskusi dengan rekan guru. Pelan-pelan, pemahaman saya mulai terbentuk. Merdeka Belajar bukan tentang kebebasan tanpa batas, melainkan pemberdayaan siswa untuk belajar sesuai minat dan potensinya. Nah, inilah salah satu kunci untuk diterapkan di kelas sesuai dengan panduan PMM!
Menghidupkan Kreativitas Kegiatan Belajar Mengajar dalam Praktik Aksi Nyata PMM
Bagaimana mewujudkan konsep ini dalam praktik? Berikut beberapa hal yang saya lakukan:
PJBL: Alih-alih ceramah tentang pengolahan sampah, saya mengajak siswa merancang "Cara asik Mengolah Sampah" dengan mempertimbangkan aspek kesehatan, efisiensi, dan ramah lingkungan. Mereka belajar berdiskusi, memecahkan masalah, dan menggunakan kreativitas sambil memahami materi dan capaian pembelajaran Fase C.
Diferensiasi Pembelajaran: Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih senang melalui Audio, Visual, Audiovisual bahkan ada yang lebih kuat di bidang kinestetiknya. Saya memberikan pilihan aktivitas berdasarkan minat bakat mereka. Misalnya, siswa yang suka membuat poster tentang kampanye lingkungan, yang jago gambar mendesain lambang/logo kebersihan, jago presentasi dan lain sebagainya.
Menghubungkan PMM dengan Realita: Tidak hanya teori, saya mengajak siswa "tur virtual" ke berbagai keadaan lingkungan, berdiskusi dengan praktisi pemberdayaan lingkungan, bahkan menyelenggarakan pameran praktik baik hasil pengolahan sampah di sekolah. Pengalaman langsung ini membuat mereka lebih antusias dan memahami arti Merdeka Belajar.
Hasil yang Menjanjikan, Tantangan Tetap Ada
Perlahan, perubahan positif terlihat. Siswa lebih aktif bertanya, mengerjakan tugas dengan semangat, dan berani berpendapat. Mereka mulai menemukan makna belajar terkait dengan masa depan mereka sebagai penerus generasi Indonesia Maju.
Tentu saja, tantangan tetap ada. Kurangnya sarana pendukung, belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran aktif, dan keterbatasan waktu menjadi hal yang perlu terus dibenahi.
Menjadi Guru Merdeka, Siswa Merdeka
Perjalanan menerapkan Merdeka Belajar masih panjang. Namun, pengalaman ini mengajarkan saya bahwa guru menjadi katalis penggerak siswa menuju kemandirian belajar. Dengan terus belajar, berinovasi, dan berkolaborasi, saya yakin kita dapat mewujudkan generasi Pelajar Pancasila yang merdeka dan berprestasi.
Bagaimana dengan Anda? Punya pengalaman menarik dalam menerapkan Merdeka Belajar? Mari berbagi dan berdiskusi di kolom komentar!
Ingat, Merdeka Belajar bukan hanya program, tapi semangat untuk terus belajar dan berinovasi demi kemajuan pendidikan Indonesia.
Salam semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H