Mohon tunggu...
dewi sartika
dewi sartika Mohon Tunggu... Wiraswasta - ig : dewisartika8485

penyuka sejarah, travelling, kuliner, film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Perempuan Mandiri Berkat Profesi Buruh Rokok

3 Desember 2023   14:03 Diperbarui: 3 Desember 2023   14:09 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kerja di sebuah pabrik rokok di Malang (dokpri)

Jarum jam dinding menunjukkan angka tiga pagi saat Halimah mulai bangun. Diiringi suara kokok ayam yang terdengar, perempuan kelahiran tahun 1981 itu lekas beranjak dari ranjangnya kemudian menuju kamar mandi. Seusai mandi ia lalu mengambil wudu selanjutnya menunaikan Salat Subuh. Selesai menjalankan kewajibannya, ia kemudian bergegas menuju dapur. Halimah hendak memasak.

Ruangan dapur menjadi rutinitas Halimah berikutnya sebelum berangkat kerja. Meskipun diburu waktu, dengan telaten ia memasak nasi menggunakan kompor.

"Ya, gimana lagi, katanya kalau pakai magiccom itu enggak baik untuk kesehatan, jadi masaknya pakai dandang nasi," ucapnya mengemukakan alasan.

Sembari menunggu nasi matang, Halimah memasak sayur dan lauk. Adakalanya ia tak sempat memasak kedua jenis makanan tersebut karena diburu waktu. Jika sudah demikian, ia pun terpaksa membawa bekal nasi saja ketika berangkat kerja. Namun, ia tak khawatir mengingat rekan-rekan kerjanya di pabrik begitu baik hati untuk saling berbagi bekal masing-masing.

Menjelang jam enam pagi, Halimah menyalakan sepeda motor sebelum bersiap-siap berangkat ke tempat kerjanya yang berada tak jauh dari rumahnya. Raut wajah Halimah berseri-seri saat ia bercerita mengenai kendaraan yang selalu menemaninya berangkat dan pulang kerja tersebut. Ia mengaku bisa membeli motor tersebut dari hasil keringatnya selama bekerja di sebuah pabrik sigaret kretek tangan (SKT) yang di pinggiran Kota Malang.

Dari kediamannya di daerah Wonokoyo di Kecamatan Kedungkandang, Halimah mengendarai motornya dengan hati-hati. Maklum saja, pagi hari terutama di jam-jam sibuk, sepanjang jalan yang ia lalui , para pengendara motor lalu-lalang di jalanan.

Cukup sekitar sepuluh menit saja waktu yang ditempuh Halimah untuk tiba di salah satu pabrik rokok yang berada di pinggiran Kota Malang tersebut. Ibu dua anak itu mengaku sudah 16 tahun bekerja di pabrik yang memproduksi rokok dengan jenama 92 tersebut.

"Saya bekerja di pabrik rokok karena diajak teman. Mengapa saya menerima, Daripada saya enggak ada kerjaan di rumah, lebih baik saya ikut kerja," ucapnya.

Halimah juga menambahkan meski secara ekonomi suaminya mampu mencukupi kehidupan sehari-hari, tetapi ada motif lain yang membuatnya bekerja di pabrik SKT. Ia mengaku ingin mempunyai penghasilan sendiri. Selain bisa membantu perekonomian keluarga, dengan memiliki penghasilan, ia dapat membeli kebutuhan pribadi dengan bebas tanpa perlu tergantung kepada suami.

CV Sejahtera, tempat Halimah bekerja sendiri merupakan pabrik rokok yang berpusat di Karangduren Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang dan memiliki cabang di Wagir serta Kedungkandang.

Tahun  2005, Halimah mulai bekerja di CV Sejahtera. Ia mengaku sempat berhenti sekali selama dua tahun sebelum kembali bekerja. Meksipun sudah 16 tahun bekerja di pabrik rokok, Halimah mengatakan 16 tahun bukanlah waktu yang lama. Menurutnya, ada pekerja lain dengan masa kerja yang lebih lama lagi yaitu  23 tahun.

Suasana kerja di sebuah pabrik rokok di Malang (dokpri)
Suasana kerja di sebuah pabrik rokok di Malang (dokpri)

"Dengan bekerja di pabrik rokok, kasarannya saya tidak mengemis-ngemis sama suami untuk beli baju atau yang lainnya. Intinya tidak merepotkan," jawab Halimah saat ditanyai tentang hal positif yang ia dapatkan sewaktu bekerja di pabrik rokok SKT. Ia juga bisa memberi uang jajan tambahan bagi kedua anaknya.

Selain gaji sesuai UMR yang ia terima cukup besar, Halimah juga merasa beruntung karena meski perusahaan rokoknya tidak berbentuk perseroan terbuka, tetapi bisa memberikan bonus hari raya setiap tahun kendati jumlahnya tak besar. Tak hanya itu saja, pihak pabrik juga memberikan cuti lahir bagi pekerjanya ditambah lagi dengan pemberian uang sebesar 700 ribu.

Pihak pabrik juga mewajibkan pekerjanya memiliki tabungan dan BPJS yang diambil dari gaji bulanan sebesar tiga puluh lima ribu per orang. Sementara untuk tabungan, diambil lima ribu rupiah dari gaji. Tabungan ini akan dikembalikan kepada pekerja seandainya yang bersangkutan mengundurkan diri mengingat di pabrik tempat Halimah bekerja tidak menerapkan PHK.

Tak hanya Halimah saja yang merasakan manfaat keberadaan usaha sigaret kretek tangan, ia memberitahu bahwa banyak warga sekitar tempat tinggalnya juga mengais rezeki di pabrik rokok tersebut. Hal ini tentu saja sangat membantu perekonomian warga tak mampu di lingkungannya.

Untuk bekerja di pabrik rokok ini sendiri diakui istri Samsul Arifin tidak memerlukan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan. Meskipun ada penetapan batas usia di pabrik. Halimah juga memberitahu tak ada target yang diterapkan pihak pabrik kepada pekerjanya alias sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

"Awal bekerja dulu, saya langsung diajari, ya. Gimana pegang rokok, cara pengepakan yang bagus karena proses mengepak itu ternyata repot," ucap perempuan yang bertugas di pengepakan ini.

Usaha rokok  yang dimiliki CV Sejahtera sendiri terbilang cukup besar. Di samping rokok jenis SKT, perusahaan ini juga memproduksi rokok menggunakan mesin. Sebagian besar produksi rokok yang dihasilkan dikirim ke luar Jawa terutama ke Sumatera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun