Mohon tunggu...
dewi sartika
dewi sartika Mohon Tunggu... Wiraswasta - ig : dewisartika8485

penyuka sejarah, travelling, kuliner, film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Novel Mayor Jantje: Cerita Tuan Tanah Batavia Abad ke-19

4 November 2023   12:40 Diperbarui: 4 November 2023   17:04 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu saat masih kecil, saya pernah mendapati Mbah (nenek) kedatangan seorang pria bermata sipit. Kemudian, Mbah akan mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik (kresek); sarang burung. Sebagai anak kecil, saat itu saya heran setengah mati karena benda yang disebut sarang burung itu tidak seperti sarang burung pada umumnya. Belum lagi sewaktu Mbah memberitahu saya bahwa sarang burung tersebut bisa dimakan. Dalam hati saya cuma membatin, hah?

Di kemudian hari, baru saya ketahui bahwa sarang burung yang dijual Mbah kepada pria bermata sipit tersebut memiliki harga jual tinggi serta diolah lagi menjadi makanan kegemaran orang-orang Tionghoa. Saya pun menyadari, penjualan sarang burung menjadi salah satu pemasukan bagi keluarga Mbah.

Sarang burung ini pula yang menjadi sumber pundi-pundi kekayaan Augustijn Michiels alias Mayor Jantje. Berkat kekayaan yang dimilikinya dari sarang burung, Mayor Jantje menjadi pemilik tanah berhektar-hektar atau orang Jawa menyebutnya, tanahe sak harat-harat (tanahnya berhektar-hektar).

Keterangan Buku

Judul : Mayor Jantje, Cerita Tuan Tanah Batavia Bad Ke-19

Penulis : Johan Fabricius

Penerbit : Masup Jakarta

Tahun terbit : 2008

Tebal : 194 halaman

Sinopsis Novel Mayor Jantje

dokpri
dokpri

Novel historical fiction ini dibuka dengan kata pengantar dari ahli sejarah Mona Lohanda dengan pembukaan yang cukup panjang. Dalam pemaparannya, ia menceritakan tentang awal mula keberadaan sosok Mayor Jantje ini.

Mayor Jantje berasal dari golongan Mardijkers. Kaum Mardijkers sendiri adalah para budak  yang berasal dari India dan sekitarnya yang dibawa Portugis ke tanah jajahannya di Asia (Malaka). Saat Portugis mengalami kekalahan dari Belanda, para Mardijkers dibawa Belanda ke Hindia Belanda.

DI Hindia Belanda (Batavia) mereka dimerdekakan kemudian tinggal di sebuah kawasan. Kaum Mardijkers hidup layaknya seperti orang-orang Belanda. Mereka menganut agama Kristen, berbahasa Portugis dan berpakaian Eropa. Nama mereka juga mengikuti nama-nama orang Belanda dan Portugis.

Salah satu di antara orang-orang Mardijkers tersebut adalah Augustijn Michaels yang bergelar Mayor Jantje. Pangkat Mayor di sini tidak berkaitan dengan kemiliteran, tetapi merupakan sebuah gelar bagi pemimpin komunitas.

Mayor Jantje seorang kaya raya meski bukan berasal dari kalangan Tionghoa maupun Belanda. Ia bermukim di Citrap dengan ditemani seratus budak. Di Citrap inilah, Mayor Jantje menjamu para tamunya dengan berbagai kesenangan dan kemewahan secara cuma-cuma. Para tamunya juga dihibur dengan korps orkestra yang ia miliki. Kelak, korps orkestra yang menjadi cikal bakal kesenian Betawi, Tanjidor.

Terkait kehidupan pribadi sang mayor, Mona Lohanda menjelaskan bahwa Mayor Jantje menikah 2 kali. Istri pertamanya meninggal sewaktu ia belum menetap di Citrap. Setelah kematian Maria Wilhelmina, istrinya pertamanya, ia lalu menikah lagi dengan Davida Elizabeth Augustijn.

Pasca kematian istri keduanya inilah yang menjadi fokus cerita dalam novel ini.

Diceritakan, sesudah kematian Davida Elizabeth Augustijn, Mayor Jantje menjalani kehidupan tanpa semangat. Ia hanya ditemani Mbok Sita, pembantu setianya. Mayor Jantje sebenarnya memilki anak perempuan dari istri pertamanya bernama, Agraphina. Sewaktu menjalani pernikahan kedua tanpa anak, ia mengadopsi anak laki-laki yang biasa dipanggil Sinyo Andries. Namun, Agraphina dan Andries tinggal di Batavia bersama suaminya yang orang Belanda totok.

Salah satu tamu Mayor Jantje yang tinggal di Citrap adalah Vincent, seorang pria flamboyan pemalas sekaligus don juan. Vincent sendiri mempunyai keluarga yang tinggal di Batavia. Ayahnya seoran pensiunan militer yang kerap dipanggil Tuan Overste sementara ibunya, perempuan Jawa berdarah biru. Vincent memiliki adik perempuan yang biasa dipanggil Nonnie.

Karena kelakuannya yang tak senonoh dengan istri orang, Mayor Jantje akhirnya mengusir Vincent dari Citrap. Vincent pun kembali ke Batavia.

Sewaktu berkunjung ke Batavia untuk menjenguk Agraphina dan Andries, Mayor Jantje tinggal di kediamannya di Semper Idem. Ia kemudian mengadakan pesta yang dihadiri keluarga Overste termasuk Nonnie yang tak bisa datang karena ada janji kencan. Secara diam-diam, Mayor Jantje ternyata menaruh hati kepada Nonnie yang lebih pantas menjadi cucunya.

Mayor Jantje mengetahui bahwa Tuan Overste sedang terlilit hutang karena istrinya. Ia pun membantu dengan melunasi semua hutang tersebut. Kebaikan Mayor Jantje menimbulkan desas-desus bahwa tentang hubungan istimewa antara laki-laki itu dengan Raden Ayu, istri Tuan Overste. Sementara Agraphina menaruh curiga , ayahnya menyukai Nonnie.

Keluarga Overste berkunjung ke Citrap untuk berlibur ke Citrap atas undangan Mayor Jantje. Namun, kedekatan Nonnie dengan David, seorang kerani yang bekerja di Kantor Komisaris Jenderal  di Buitenzorg menimbulkan kecemburuan di hati Mayor Jantje.

Kematian Tuan Overste yang bunuh diri sewaktu Mayor Jantje mengajak para tamunya ke pemandian di Cipanas membuat gempar Citrap. Masing-masing anggota keluarga Tuan Overste saling tuduh penyebab sang kepala keluarga mengakhiri hidupnya. Hubungan Nonnie dan David mendapat penolakan dari Raden Ayu karena  David bukan berasal dari kalangan berada. Kendati menaruh hati kepada Nonnie, Mayor Jantje memutuskan untuk menolong David dengan mencarikan pekerjaan yang layak.

Segala masalah yang dihadapi Mayor Jantje membuat kesehatannya menurun. Kematian Tuan Overste di Citrap juga turut memengaruhi kehidupan di Citrap. Meskipun Citrap masih dihuni para tamu, tetapi Mayor Jantje tidak bergairah lagi walau ia berusaha menghidupkan kembali Citrap melalui pesta yang biasa ia adakan. Ditambah lagi dengan kedatangan Tuan Komisaris Jenderal dari Buitenzorg ke Citrap. Untuk membuat tamunya terkesan, Mayor Jantje memutuskan untuk menerapkan aturan agar para pemuda yang menjadi tamunya tidak berbuat kegaduhan termasuk tidak lagi mengadakan pesta.

Ketiadaan pesta serta aturan yang diterapkan Mayor Jantje, lambat-laun membuat kehidupan di Citrap menjadi berbeda. Sedikit demi sedikit Citrap mulai ditinggalkan para tamu. Citrap pun berubah menjadi senyap. Sementara itu, makin hari kesehatan sang mayor terus menurun hingga akhirnya menutup mata untuk selamanya.

Review Singkat

Saya membeli buku ini sekitar 2 tahun lalu. Selama itu, sebenarnya saya sudah membaca beberapa halaman novel ini, tetapi tak tuntas hingga akhir. Baru beberapa hari lalu, saya memutuskan untuk membacanya kembali mulai dari awal.

Tentu ada alasan tersendiri mengapa saya membeli novel ini. Selain saya membelinya karena sedang diskon, saya juga penasaran akan sosok Augustijn Michiels alias Mayor Jantje ini. Seingat saya, saat itu pembahasan tentang Mayor Jantje ini belum begitu banyak.

Novel Mayor Jantje sendiri ditulis Johan Fabricius dengan judul asli De Zwaluwen van Klapanoenggal. Buku ini terbit tahun 1979.

Mulanya saya agak ngedumel saat 'harus' membaca kata pengantar yang ditulis Mona Lohanda. Dulu, saya membatin, panjang benar, ini mah bukan pengantar lagi. Ternyata apa yang saya keluhkan tidak tepat. Sewaktu membaca  riwayat Mayor Jantje , saya seolah mendapat pencerahan tentang siapa dia dan bagaimana ia berkontribusi terhadap lahirnya kesenian Tanjidor.

Dari situ saya pun mengambil kesimpulan, apa yang disampaikan Mona Lohanda di awal buku ini tak boleh di-skip alias wajib dibaca terutama bagi kamu yang masih awam terhadap sosok Mayor Jantje.

Terkait novelnya sendiri, menurut saya, sebenarnya tak ada hal yang bikin 'wow' baik dari segi bahasa maupun cerita novel. Pada beberapa bagian memang terdapat penggunaan showing, tetapi saya menilai buku ini masih berupa telling.

Sebagai fiksi sejarah, saya juga merasa tertolong dengan diselipkannya dua gambar bangunan di Citrap yang terdapat  di novel Mayor Jantje ini. Hal ini tentu membantu saya sebagai pembaca untuk berimajinasi sewaktu membaca bagian tentang Citrap beserta isinya.

Secara keseluruhan, Novel Mayor Jantje, Cerita Tuan Tanah Batavia Abad Ke-19 ini termasuk bacaan ringan meski ada muatan sejarahnya. Satu hal lagi, ending novel yang menyesakkan membuat saya bersimpati terhadap nasib Mayor Jantje.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun