Seumur-umur, saya belum pernah menginjakkan kaki ke makam tersebut. Kalau sekadar masuk gang saja, pernah, beberapa tahun silam.
Hari itu, keadaan gang cukup ramai. Â Banyak orang yang berkunjung untuk silaturahim. Kompleks Makam Sunan Bonang memang sering ramai kecuali di bulan puasa. Satu hal, baya baru tahu, toko-toko yang ada di sepanjang gang ternyata bagian belakangnya dipakai untuk tempat tinggal juga.
Gang Makam Sunan Bonang ini berada di Kelurahan Kutorejo, menghubungkan Jalan Bonang dan Jalan Pemuda.
Saat menyusuri gang, mata saya menangkap beberapa bangunan lawas.
Saya lalu masuk ke area makam. Pengunjung harus melewati sebuah gapura khas Jawa. Uniknya, pada kedua sisi gapura tersebut tertempel beberapa benda keramik (mirip piring). Banyak benda tersebut yang tak lagi utuh bahkan hilang.
Begitu melewati gapura, mata saya lalu tertumbuk pada masjid di samping kiri. Sebuah papan kecil terpasang di atas pintu masjid, 'Masdjid Astana'.
Saya berjalan kembali, melewati gapura dengan bentuk seperti sebelumnya. Tibalah saya di area utama pemakaman. Saat itu, kondisi makam cukup ramai. Beberapa peziarah khusyuk berdoa dekat nisan termasuk di Makam Sunan Bonang.
Melihat bentuk Makam Sunan Bonang, saya jadi teringat Makam Sunan Drajad dan Sunan Sendang Duwur yang pernah saya kunjungi. Hal menarik lainnya adalah keberadaan 3 gentong air dekat makam. Sama seperti yang ada di kedua area makam tersebut.