Audit Investigasi Umum dan Perpajakan, Trans substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian
Apakah yang Dimaksud dengan Audit Investigasi Umum dan Perpajakan ?
Audit Investigasi Umum
Audit investigasi merupakan jenis pemeriksaan mendalam yang dilakukan untuk mengungkap adanya penyimpangan atau kecurangan dalam suatu organisasi atau entitas. Ini seperti detektif yang mencari bukti-bukti kejahatan di sebuah perusahaan. Tujuan utama dari audit investigasi umum adalah:
- Mengidentifikasi dan membuktikan: Apakah ada tindakan yang melanggar hukum, peraturan, atau kebijakan internal perusahaan?
- Mengumpulkan bukti: Mencari bukti-bukti yang kuat untuk mendukung tindakan hukum atau sanksi.
- Mengevaluasi sistem: Melihat apakah sistem pengendalian internal perusahaan sudah baik atau perlu diperbaiki.
Audit investigasi umum dilakukan karena : adanya laporan dari pihak internal ataupun eksternal atas adanya kecurangan atau penyimpangan, dalam hasil audit rutin auditor menemukan hal-hal mencurigakan dan adanya indikasi kecurangan dengan bukti yang disembunyikan.
Pada audit investigasi umum, bagian yang diperiksa yaitu :
- Keuangan: Apakah ada penggelapan uang, penipuan, atau kecurangan dalam laporan keuangan. Contohnya penggelapan uang perusahaan oleh seorang karyawan.
- Operasional: Apakah ada pemborosan, ketidak efisienan, atau tindakan yang merugikan perusahaan. Contohnya dalam pengadaan baranh terindikasi kegiatan suap dalam prosesnya.
- Sumber daya manusia: Apakah ada kasus korupsi, nepotisme, atau pelanggaran etika lainnya. Contohnya adanya penyalahgunaan wewenang oleh seorang pejabat perusahaan
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk menguji kebenaran dan keabsahan laporan pajak yang disampaikan oleh wajib pajak. Tujuan utama pemeriksaan pajak adalah untuk memastikan bahwa wajib pajak telah memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. PMK Nomor 197/PMK.03/2013 merupakan peraturan yang mengatur secara lebih rinci tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak di Indonesia. Peraturan ini memberikan pedoman bagi petugas pajak dalam melakukan pemeriksaan, serta memberikan perlindungan bagi hak-hak wajib pajak. Menetapkan tujuan pemeriksaan pajak, yaitu untuk menguji kebenaran dan keabsahan SPT, serta untuk menghitung pajak yang masih kurang bayar atau kelebihan bayar. Mengatur berbagai jenis pemeriksaan pajak, seperti pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lapangan, dan pemeriksaan khusus. Menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pemeriksaan, mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian. Menetapkan hak-hak dan kewajiban wajib pajak selama proses pemeriksaan berlangsung, seperti hak untuk didampingi oleh penasehat hukum dan kewajiban untuk memberikan keterangan yang benar dan lengkap. Mengatur tentang bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan, serta tata cara penyampaiannya kepada wajib pajak. Menetapkan sanksi-sanksi yang dapat dikenakan kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Tujuan pemeriksaan pajak berdasarkan PMK Nomor 197/PMK.03/2013 adalah:
- Memastikan bahwa SPT yang disampaikan oleh wajib pajak telah disusun sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan didukung oleh bukti-bukti yang sah.
- Memastikan bahwa wajib pajak telah memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya, seperti melakukan pemotongan atau pemungutan pajak, menyetor pajak, dan melaporkan pajak.
- Mengidentifikasi dan mencegah praktik-praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
- Meningkatkan kesadaran wajib pajak akan pentingnya membayar pajak dan mendorong mereka untuk memenuhi kewajiban perpajakannya secara sukarela.
Apakah yang Dimaksud dengan Trans substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian ?
Kategori Transendental Kantian dalam filsafat Kant merujuk pada konsep-konsep murni akal yang kita gunakan untuk memahami pengalaman kita. Transendental berarti konsep-konsep ini mendahului pengalaman kita, bukan berasal dari pengalaman. Tabel Penghakiman Kant adalah sebuah alat yang digunakan oleh filsuf Immanuel Kant untuk mengklasifikasikan semua jenis penilaian (judgment) yang dapat dibuat oleh manusia. Â Kant mengidentifikasi dalam empat kelompok yaitu quantity, quality, relation dan modality.Â
Quantity
Membahas tentang luasan atau jangkauan dari subjek dalam sebuah penilaian. Dengan mengetahui kuantitas dari sebuah klaim, kita dapat lebih jelas memahami jangkauan dan kekuatan dari argumen tersebut. Kuantitas membantu kita untuk mengevaluasi apakah sebuah argumen valid atau tidak. Misalnya, jika sebuah argumen bergantung pada premis universal, namun kesimpulannya hanya partikular, maka argumen tersebut mungkin tidak valid. Kuantitas juga membantu kita untuk menganalisis konsep-konsep abstrak dengan lebih mendalam. Misalnya, konsep "kebenaran" dapat dianalisa dari segi kuantitas: apakah kebenaran berlaku secara universal, partikular, atau hanya untuk kasus-kasus tertentu?
Universal
Penilaian universal menyatakan bahwa sesuatu berlaku untuk semua anggota dari suatu kelompok atau kelas. Contoh: Semua manusia adalah mortal. Dalam hal ini, predikat "mortal" berlaku untuk seluruh populasi manusia.
Particular
Penilaian partikular menyatakan bahwa sesuatu berlaku untuk sebagian anggota dari suatu kelompok atau kelas. Contoh: Beberapa hewan adalah mamalia. Di sini, predikat "mamalia" hanya berlaku untuk sebagian dari kelas hewan.
SingularÂ
Penilaian singular menyatakan sesuatu tentang satu individu atau objek tertentu. Contoh: Socrates adalah seorang filsuf. Dalam hal ini, predikat "filsuf" hanya berlaku untuk individu spesifik bernama Socrates.
Quality
Dengan mengetahui kualitas dan relasi dari sebuah klaim, kita dapat lebih jelas memahami makna dan implikasi dari argumen tersebut. Kualitas dan relasi membantu kita untuk mengevaluasi apakah sebuah argumen valid atau tidak. Misalnya, jika sebuah argumen mengandung kontradiksi antara klaim afirmatif dan negatif, maka argumen tersebut tidak valid. Kualitas dan relasi juga membantu kita untuk menganalisis konsep-konsep abstrak dengan lebih mendalam. Misalnya, konsep "kebebasan" dapat dianalisa dari segi kualitas: apakah kebebasan adalah sesuatu yang positif (kebebasan untuk melakukan sesuatu) atau negatif (kebebasan dari sesuatu)?
Affirmative
Penilaian afirmatif menyatakan bahwa suatu predikat dihubungkan dengan subjek. Contoh: "Semua manusia adalah mortal." Dalam contoh ini, predikat "mortal" dihubungkan secara positif dengan subjek "semua manusia".
Negative
Penilaian negatif menyatakan bahwa suatu predikat tidak dihubungkan dengan subjek. Contoh: "Tidak ada manusia yang abadi." Di sini, predikat "abadi" secara tegas ditolak untuk subjek "manusia".
InfiniteÂ
Penilaian infinite (tak terhingga) adalah sedikit lebih rumit. Ini menyatakan bahwa suatu predikat tidak terbatas pada subjek, tetapi juga tidak secara tegas ditolak. Contoh: "Hantu itu tidak terlihat." Dalam hal ini, kita tidak mengatakan bahwa hantu itu ada atau tidak ada, tetapi kita hanya menyatakan bahwa itu tidak dapat dilihat.Â
Relation
Dengan mengetahui relasi dari sebuah klaim, kita dapat lebih jelas memahami struktur dan kekuatan dari argumen tersebut. Relasi membantu kita untuk mengevaluasi apakah sebuah argumen valid atau tidak. Misalnya, jika sebuah argumen bergantung pada premis hipotesis, namun kesimpulannya bersifat kategorikal, maka argumen tersebut mungkin tidak valid. Relasi juga membantu kita untuk menganalisis konsep-konsep abstrak dengan lebih mendalam. Misalnya, konsep "kausalitas" (sebab-akibat) dapat dianalisa dari segi relasi: apakah hubungan antara sebab dan akibat bersifat kategorikal atau hipotesis?
Categorical
Penilaian kategorikal adalah bentuk paling sederhana dari penghakiman. Ini menyatakan hubungan langsung dan mutlak antara subjek dan predikat, tanpa adanya kondisi atau alternatif. Contoh: "Semua manusia adalah mortal." Dalam contoh ini, predikat "mortal" dihubungkan secara langsung dan mutlak dengan subjek "semua manusia".
Hypothetical
Penilaian hipotesis menyatakan hubungan kondisional. Ini berbentuk "jika...maka...". Ini menunjukkan bahwa kebenaran dari satu proposisi bergantung pada kebenaran proposisi lainnya. Contoh: "Jika hari hujan, maka jalan akan basah." Dalam contoh ini, kebenaran dari pernyataan "jalan akan basah" bergantung pada kebenaran dari pernyataan "hari hujan".
Disjunctive
Penilaian disjungtif menyatakan hubungan alternatif. Ini berbentuk "baik...atau...". Ini menunjukkan bahwa salah satu dari dua atau lebih proposisi harus benar. Contoh: "Saya akan pergi ke bioskop atau ke perpustakaan." Dalam contoh ini, hanya ada dua kemungkinan: saya pergi ke bioskop atau saya pergi ke perpustakaan.