Pendekatan kualitatif Nacherleben yang diperkenalkan oleh Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher menawarkan perspektif yang unik dan mendalam dalam memahami fenomena sosial, termasuk dalam konteks audit pajak. Jika kita hanya berfokus pada angka-angka dan dokumen dalam audit pajak, kita akan kehilangan pemahaman yang lebih luas tentang mengapa wajib pajak bertindak seperti itu ?
Berikut adalah alasan mengapa pendekatan Nacherleben diperlukan dalam audit pajak, yaitu :
1. Memahami Alasan di Balik Tindakan
Audit tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang konteks di mana angka-angka tersebut dihasilkan. Dengan Nacherleben, auditor dapat memahami alasan di balik keputusan-keputusan bisnis yang berdampak pada perpajakan. Seringkali, ada motivasi tersembunyi di balik tindakan pelaporan pajak. Nacherleben membantu mengungkap motivasi tersebut.
2. Membangun Hubungan yang Lebih Baik
Dengan mencoba memahami perspektif wajib pajak, auditor dapat membangun hubungan yang lebih baik dan menghindari konflik. Wajib pajak akan lebih terbuka dalam memberikan informasi jika merasa dipahami.
3. Mencegah Kesalahpahaman
Angka-angka yang sama dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Nacherleben membantu menghindari kesalahpahaman dalam interpretasi data. Pemahaman terhadap konteks budaya dan sosial wajib pajak sangat penting, terutama dalam bisnis keluarga atau usaha kecil.
4. Solusi yang Lebih Komprehensif
Dengan memahami akar masalah, auditor dapat memberikan solusi yang lebih tepat dan berkelanjutan. Memahami alasan di balik kesalahan dapat membantu mencegah kesalahan yang sama terulang di masa depan.
5. Peningkatan Kualitas Audit
Pendekatan Nacherleben memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang situasi wajib pajak, sehingga hasil audit menjadi lebih akurat dan relevan. Metode ini lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan berbagai situasi yang kompleks.
How ?
Bagaimana  Audit Pajak dengan metode kualitatif  Nacherleben oleh Schleiermacher ?
Konsep Nacherleben yang diperkenalkan oleh Schleiermacher, jika diterapkan dalam konteks audit pajak, akan membawa kita pada pendekatan yang sangat berbeda dari audit pajak konvensional. Biasanya, audit pajak bersifat kuantitatif, berfokus pada angka-angka, dokumen, dan perhitungan matematis. Namun, Schleiermacher mengajak kita untuk melangkah lebih jauh, yaitu dengan mencoba "mengalami kembali" situasi dan kondisi yang melatarbelakangi tindakan perpajakan wajib pajak. Konsep Nacherleben yang diperkenalkan oleh Schleiermacher menawarkan pendekatan yang unik dalam memahami pengalaman manusia. Jika diaplikasikan dalam konteks audit pajak, metode ini mengajak auditor untuk tidak hanya berfokus pada angka-angka dan dokumen, tetapi juga menggali lebih dalam mengenai alasan dan motivasi di balik tindakan perpajakan wajib pajak.
Bagaimana penerapannya ?
1. Re-Experience (Mengalami Kembali)
- Wawancara mendalam yang dilakukan auditor tidak hanya bertanya tentang transaksi, tetapi juga mencoba memahami bagaimana wajib pajak merasa saat melakukan transaksi tersebut. Misalnya, apakah ada tekanan tertentu, ketidakpastian, atau faktor emosional yang memengaruhi keputusan mereka?
- Observasi partisipatif oleh auditor yang mencoba untuk "hidup" dalam dunia wajib pajak, misalnya dengan mengunjungi tempat usahanya, berinteraksi dengan karyawan, dan memahami dinamika bisnis sehari-hari.
2. Emphaty
- Memahami perspektif  wajib pajak oleh auditor yang berusaha memahami mengapa wajib pajak bertindak seperti itu, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka rasakan.
- Auditor menghindari penilaian terhadap tindakan wajib pajak, melainkan berusaha untuk memahami alasan di baliknya.
3. Transposisi Diri
- Auditor mencoba membayangkan bagaimana rasanya menjadi wajib pajak dalam situasi yang sama.
- Auditor mencoba untuk membuat keputusan yang sama seperti yang dilakukan oleh wajib pajak, dengan mempertimbangkan informasi dan kendala yang mereka hadapi.