Ampiang ketan diolah menjadi apa? Kalau saya terbiasa  menikmatinya hanya dengan kelapa parut yang diaduk bersama ampiang dan taburan gula pasir. Sesederhana itu, namun cukup membawa saya pada kenangan di masa kecil saat nenek membuatkan ampian ketan di dapur kayu miliknya. Untuk rasa, sudah pasti  yummy.  Meski pada sebagian orang terganggu dengan  teksturnya sedikit keras, namun rasa gurih dan manisnya ketan dan gula  cukup membuat saya bahagia.
Kriuk-kriuknya ampiang juga bisa dinikmati ketika menyeruput segelas cendol Padang yang isinya antara lain: cendol sagu, ketan hitam, tapai singkong, ampiang putih, santan, gula merah cair, potongan martabak manis polos dan es serut. Saya sempat mencicipinya saat pergi ke Pasar Bukit Sileh, Kecamatan Lembang Jaya.
Tapi di beberapa daerah di Sumatera Barat, ampiang juga disajikan bersama dadiah, gula merah cair dan kelapa parut. Sayangnya, saya bukan  penyuka dadiah, sehingga tidak berusaha mencarinya saat di kampuang halaman pada  lebaran lalu. Â
Ampiang  dadiah kini menjadi menu kuliner yang paling dicari para traveller.  Bahkan pada saat Gordon Ramsay berkunjung ke Sumatera Barat untuk syuting  Uncharted yang tayang di National Geographic Channel pertengahan tahun 2020 silam, pun berburu ampiang dadiah. Bahkan Gordon  Ramsay  berkesempatan memeras  langsung susu kerbau untuk bahan dadiah.
Pado maso saisuak (jaman dulu-red), dadiah menjadi menu  istimewa. Rasa gurih , asam dan irisan bawang merah juga  cabai merah menjadi pembangkit selera makan bagi yang tengah sakit.
Padahal dadiah sendiri disebut sebagai yogurt khas Minangkabau. Pembuatannya  terbilang unik, yaitu  memanfaatkan fermentasi alami  susu kerbau yang dilakukan di dalam  sebatang bamboo berukuran 15 cm.  Dadiah yang berkualitas baik memiliki warna yang putih seperti susu, teksturnya padat dan licin, serta memiliki aroma asam yang khas.
Akankah ampiang dan dadiah hanya tinggal kenangan? Jawabannya, tergantung pada kemauan  generasi  saat ini melestarikan dan membuatnya kembali digemari. Bukankah jika semakin banyak permintaan maka dengan sendirinya  persediaan di pasaran juga akan semakin banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H