Mohon tunggu...
Dewi Syafrie
Dewi Syafrie Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Menulis adalah sebuah kesenangan, sekaligus melatih raga dan mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyandang Disabilitas Ini Berdaya, Karena Dukungan dari Lingkungan Terdekat

18 Januari 2022   10:50 Diperbarui: 18 Januari 2022   11:05 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikatakan Hasnita, dirinya  terlahir normal, tidak pernah terbetik sedikit pun jika dirinya akan menjadi cacat seumur hidup dan menyandang status sebagai disabilitas.

"Saya menjadi cacat setelah kecelakaan saat berlibur di Bali.
Aku terlindas truk, kakiku patah. Tulangnya ada yang hilang karena hancur, remuk
Sampai harus operasi sebanyak 5 kali untuk transplantasi kulit dan transplantasi tulang. Selama 4 bulan aku hanya  terbaring di tempat tidur di rumah sakit. Tidak sedikit pun kakiku menyentuh lantai,  aktivitasku hanya di tempat tidur," kenang Hasnita.

Ketika dinyatakan sembuh dan kembali ke rumah, Hasnita mulai belajar menerima keadaan dirinya sebagai disabilitas dengan menggunakan alat bantu kursi roda  untuk beraktivitas. Kakinya tak lagi dapat menopang bobot tubuhnya untuk berdiri dan berjalan.

Bersyukur dirinya mendapat dukungan yang begitu besar dari orang tuanya, terutama sang ibunda.

"Mama saya selalu bilang, sekarang ini lakukan saja sesuatu yang membuatmu bahagia. Kebetulan saya  hobi main biola, jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu di studio untuk berlatih  biola. Tapi lama kelamaan, saya juga ingin berinteraksi dengan dunia luar. Apalagi setelah saya   bisa berdamai dengan keadaan. Akhirnya saya pergi ke mall, dengan menggunakan 2 tongkat. Tapi ternyata waktu keluar rumah, semua mata memandang. Rasanya saya  ingin bilang, please, jangan pandang saya, saya sama saja dengan kalian," urai Hasnita, lagi.

Sementara itu Desainer Nina Nugroho yang menjadi host untuk acara live IG yang digelar  setiap Jumat mulai jam 16.30-17.30 WIB itu tergelitik menanyakan hal-hal yang menjadi penghambat para disabilitas untuk mencapai keberdayaan diri.

Menurut Hasnita, semua itu tidak terlepas  dari bagaimana para disabilitas membangun mental positif serta besarnya  dukungan dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.

 Di indonesia ada 20 juta penyandang disabilitas, namun hanya sekitar 19 persen yang bisa kuliah, 18 persen tamat SMA dan  sisanya 63 persen lulusan SMP dan SD. Kebanyakan yang tidak melek pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi berada di kawasan pedesaan.

"Penyandang disabilitas itu yang terpenting adalah  punya pemikiran yang positif. Sehingga dia nggak malu keluar rumah,  cari-cari kerja. Nah pemikiran positif itu pertama-tama didapat dari dalam lingkungan rumah dulu. Kalau itu sudah ada, maka dia akan mudah cari kerja. Karena pemerintah sudah menyediakan lapangan kerja. Kami  sebagai perusahaan rekruitmen juga memfasilitasi. Bahkan penyandang  yang tamatan SMP pun  bisa cari kerja, dengan gaji UMK. Karena klien kami mulai dari tambang, bank, perkantoran  sampai kawasan industri di Cikarang. Jadi untuk lulusan SMP saja yang nggak punya keahlian, nggak bisa computer, dia cuma bisa kerja kasar,  kita tempatkan dia kerja jadi gardener. Gajinya  bisa Rp4,7 juta,  tunjangan savety, asuransi kesehatan dan jamsostek. Jadi yang paling penting itu adalah support positif dari keluarganya dulu. Kalau keluarga sudah mengucilkan, penyandang disabilitas susah punya semangat," pungkas Hasnita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun