Begitu banyak pertanyaan yang tak memiliki jawaban. Hatinya penuh dengan kebencian terhadap dirinya sendiri, meskipun orang-orang di sekitarnya terus berkata bahwa semua bukan salahnya. Namun, bisikan-bisikan itu tak pernah mencapai lubuk hatinya. Dia merasa gagal sebagai ibu.
Kehilangan seorang anak bukanlah sesuatu yang bisa dilupakan atau disembuhkan dengan mudah. Bagi sang ibu, luka itu akan terus ada, menggerogoti, meskipun waktu berjalan. Anak yang hilang bukanlah sekadar kehilangan fisik, tetapi juga hilangnya masa depan, tawa, pelukan, dan mimpi-mimpi yang pernah dibayangkan.Â
Setiap hari, sang ibu berjuang, bukan hanya melawan kesedihan dan rasa bersalah, tetapi juga melawan harapan-harapan orang lain yang mengira bahwa hidup bisa kembali seperti sediakala. Namun, bagi ibu yang telah kehilangan anaknya, tidak ada yang pernah bisa kembali sama. Tidak ada pengganti. Tidak ada penghapus luka.
Hingga hari ini, meskipun dunia mungkin telah melupakan anak itu, bagi ibunya, dia tetap hidup dalam kenangan, dalam setiap detak jantungnya yang terluka. Setiap kali dia memejamkan mata, dia melihat wajah anaknya yang tersenyum---bayangan yang tak akan pernah tergantikan.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H