Setiap pagi, seharusnya olahraga semacam jogging keliling kampung. Ini setiap pagi olah vokal berhadapan sama anak usia sekolah dasar. Mulai dari jadi jam kik kuk si anak yang tidak sat-set urusan pergi sekolah, hingga urusan pergi sekolah yang mepet.
"Bu, lihat buku Bahasa Indonesia aku gak?"
"Bu, pensil aku disimpen di mana?"
"Bu, masih ngantuk bentar lagi ya?"
Tentu saja, pertanyaan dan permintaan si anak SD ini akan diladeni si Ibu dengan kalimat yang tentunya template dan penuh kesabaran di menit-menit awal.Â
"Kamu simpen di mana Buku Bahasa Indonesia-nya? Kalau tidak ketemu, bilang saja ke Ibu guru."
"Tadi malam waktu menyalin Bahasa Arab, kamu pakai pensilmu. Setelah itu, diingat-ingat disimpennya di mana."
"Duduk dulu, biar kepalanya tidak pusing."
Itu kalimat-kalimat indah dengan level 0, tanpa ada kekesalan. Tapi kalau si anak keukeuh dengan pertanyaannya yang seolah-olah menuduh si Ibu menyembunyikan barang-barangnya, bisa naik pitam juga. Oktaf suara naik ke level satu.
"Makanya semalam kan sudah dikasih tahu, buku sekolah disiapkan. Ini malah main game di HP terus. Mau tidur main HP juga. Pantas susah dibangunkan."
Jadi penasaran, apa memang normal mereka seperti itu. Saya tidak memaksa memori saya mengingat apa saya seperti itu di usia SD. Sudah tua mah banyak nge-lag otak.
Ternyata hasil penelusuran, disebutkan anak usia SD sering kali tampak sulit mendengar atau menuruti omongan ibunya karena beberapa alasan yang berkaitan dengan perkembangan psikologis dan sosial mereka. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menjelaskan perilaku ini:
1. Perkembangan Kognitif
  Pada usia ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Mereka mungkin mulai mempertanyakan otoritas dan alasan di balik perintah atau nasihat yang diberikan kepada mereka. Anak-anak usia SD juga mulai lebih mandiri dan ingin menguji batasan dan aturan yang diberikan oleh orang tua mereka.
2. Perkembangan Sosial
  Anak-anak pada usia ini mulai mencari identitas mereka sendiri dan berusaha untuk lebih mandiri. Mereka mungkin merasa bahwa mendengarkan atau menuruti semua perintah orang tua menghambat kebebasan mereka. Pengaruh teman sebaya menjadi semakin kuat, dan anak-anak mungkin lebih cenderung mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya daripada mendengarkan orang tua.
3. Komunikasi dan Pemahaman
  Anak-anak mungkin belum sepenuhnya memahami alasan di balik permintaan atau instruksi ibu mereka. Penjelasan yang lebih rinci dan logis bisa membantu mereka memahami pentingnya mengikuti nasihat. Cara komunikasi juga berpengaruh. Nada suara yang keras atau perintah yang terdengar seperti omelan dapat membuat anak-anak enggan mendengarkan.
4. Perhatian dan Gangguan
  Anak-anak mudah teralihkan perhatiannya oleh berbagai hal, seperti mainan, TV, atau kegiatan lainnya. Kurangnya perhatian penuh saat ibu berbicara bisa membuat mereka tampak tidak mendengarkan. Keterlibatan dalam aktivitas yang mereka sukai atau minat khusus mereka bisa membuat mereka lebih fokus pada hal tersebut daripada mendengarkan omongan orang tua.
5. Konsistensi dan Disiplin
  Konsistensi dalam mendidik dan mendisiplinkan anak sangat penting. Jika aturan sering berubah atau tidak konsisten, anak mungkin bingung dan akhirnya tidak mematuhi. Disiplin yang diterapkan dengan cara yang positif dan mendukung lebih efektif dibandingkan dengan hukuman yang keras atau tidak konsisten.
6. Perasaan dan Emosi
  Anak-anak juga memiliki perasaan dan emosi yang mungkin belum bisa mereka ungkapkan dengan baik. Jika mereka merasa marah, sedih, atau tidak diperhatikan, mereka mungkin menunjukkan perilaku tidak mendengarkan sebagai bentuk ekspresi.
Untuk mengatasi masalah ini, katanya, penting bagi orang tua untuk menggunakan pendekatan yang lebih sabar, konsisten, dan komunikatif. Berikut beberapa tips yang bisa membantu:
- Berbicara dengan nada yang tenang dan jelas.
- Memberikan alasan yang logis dan mudah dimengerti di balik setiap permintaan atau instruksi.
- Menggunakan pendekatan positif dalam mendidik, seperti memberikan pujian ketika anak mendengarkan dan mengikuti arahan.
- Mengatur waktu khusus untuk berbicara dan mendengarkan anak, memastikan mereka merasa didengar dan dihargai.
- Menetapkan batasan yang konsisten dan jelas, serta menjelaskan konsekuensi dari tindakan mereka.
Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat belajar untuk lebih mendengarkan dan menuruti nasihat orang tua mereka. Wah mesti dicoba dulu nih! Ataukah adakah cara lain yang lebih efektif?***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI