Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedai Sate Kelinci di Lembang Milik Bu Dedeh, Bertahan Digempur Toko Oleh-Oleh

19 Mei 2024   12:23 Diperbarui: 19 Mei 2024   12:28 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/ Dewiyatini

Daging sate kambing, ayam, atau sapi, sudah sering dijajal. Tapi sate kelinci, duh, rasanya tidak tega untuk memakannya. Karena beberapa kali sempat pelihara. Terpaksa berakhir karena mereka mati setelah terlalu sering dikasih makan.

Dulu, di Lembang Kabupaten Bandung Barat, yang namanya kedai penjual sate kelinci itu berjejer. Sebelum Lembang diserang destinasi wisata kekinian. 

Sekarang hanya tersisa beberapa. Itu pun kedai sate kelinci tidak setiap hari buka. 

Di Lembang, olahan daging kelinci sudah dikenal lama. Di antara sekian banyak olahan daging kelinci, sate kelinci yang paling terkenal. Wisatawan yang pelesiran ke Lembang pasti mencari kuliner dari daging kelinci tersebut Tidak heran, bila di Jalan Raya Lembang tepatnya di sekitar destinasi wisata Farm House dan The Great Asia Afrika berjajar kedai olahan kelinci. 

Namun, saat ini, jumlah kedai sate kelinci bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar telah menutup usahanya, sementara beberapa lainnya bertahan dengan menambah menu non-kelinci. Salah satunya adalah kedai milik Bu Dedeh yang masih buka dan letaknya sekarang bersebelahan dengan makam Otto Iskandar Dinata.

Kedai milik Bu Dedeh ini sudah beroperasi selama 27 tahun. Menurutnya, masa keemasan olahan daging kelinci, terutama sate kelinci, terjadi pada tahun 1997. Pada masa itu, sate kelinci menjadi primadona, dengan pasokan kelinci pedaging yang melimpah sehingga memudahkan para pedagang mendapatkan bahan baku. "Lembang sangat terkenal dengan sate kelincinya. Selalu dicari waktu itu," kata Bu Dedeh.

Bu Dedeh tetap bertahan meskipun bisnis sate kelinci mengalami pasang surut. Apalagi saat masa pandemi, semua usaha ditutup dan Bu Dedeh pun turut meliburkan usahanya. Saat ini, Bu Dedeh baru beroperasi selama lima bulan di lokasi baru karena tempat usahanya yang lama dibeli untuk dijadikan toko oleh-oleh.

Di kedai barunya, Bu Dedeh menyediakan beberapa olahan daging kelinci. Selain sate, ada juga kelinci goreng, sop kelinci, tongseng kelinci, kelinci bakar, dan kelinci goreng penyet. Meskipun banyak jenis olahan yang ditawarkan, sate kelinci tetap menjadi favorit pelanggan. Rata-rata, setiap porsi diberi harga kisaran Rp25.000 hingga Rp35.000.

Sebagian besar kedai sate kelinci menyajikan sate kelinci dengan bumbu kacang dan cocolan kecap yang dicampur bawang merah dan cabai rawit. Satu tusuk biasanya terdiri dari empat potongan daging kelinci. Saat digigit, potongan daging kelinci terasa jauh lebih gurih dan empuk dibandingkan dengan sate ayam.

Selain sate, olahan daging kelinci lain juga tak kalah menarik. Misalnya, tongseng kelinci di kedai Bu Dedeh memiliki aroma dan rasa rempah yang lebih terasa di lidah. Bumbu tongseng tidak dibuat manis seperti tongseng kambing atau sapi, tetapi memberikan rasa hangat dari rempah yang cocok di lidah, terutama ketika disantap di malam hari untuk meredam dingin cuaca Lembang.

Untuk sop kelinci, potongan dagingnya tetap empuk karena direbus lebih dahulu. Topping dalam sop pun tidak terlalu banyak, sehingga cocok disantap bersama nasi dan sate kelinci. 

Mengolah daging kelinci dalam berbagai sajian sebagai pengganti daging sapi, ayam, dan kambing selalu cocok karena kandungan nutrisinya yang lebih baik, rendah lemak, dan kaya kandungan air. Bahkan, daging kelinci goreng saat digoreng menjadi lebih garing dan renyah. Paduan sambal bawang atau tomat akan menambah nafsu makan.

Kisah Bu Dedeh dan kedai sate kelincinya adalah contoh inspiratif bagaimana ketekunan dan inovasi dapat membuat sebuah usaha bertahan di tengah tantangan dan perubahan zaman. Semoga kedai sate kelinci Bu Dedeh terus berjaya dan menjadi destinasi kuliner yang dicari oleh para pecinta kuliner.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun