Para penjahat semakin pintar memilih korban yang tidak akan dicari keluarganya. Mereka semakin cerdik memilih cara membuang korban dan menghapus jejak.Â
Lalu saya? Saya semakin terbiasa melihat korban-korban seperti itu. Saya seperti tidak bisa membedakan rasa jijik. Karena pernah satu kali, saya tengah sarapan, dihubungi untuk datang ke rumah sakit liputan korban mutilasi. Saya masuk ke ruang jenazah, cek jasad, wawancara, lalu kembali ke tempat sarapan. Melanjutkan sarapan.
"Kamu enggak jijik abis dari sana terus sarapan lagi?" tanya pedagang ketoprak.
"Enggak lah, saya lapar. Lagian udah cuci tangan tadi," saya berdalih.
Dulu saya sempat diajari editor untuk tidak mempercayai keterangan polisi, terutama soal korban. Bila memang ada kesempatan, usahakan cek kembali pernyataan polisi. Misalnya, apa benar ada 5 luka tembak? Di mana saja? Jangan sampai kita hanya menulis yang disampaikan polisi saja. Bukankah kerja jurnalistik itu check dan recheck demi informasi akurat?
Meskipun berada di tengah tragedi, pengalaman meliput kasus-kasus mutilasi di Kota Bekasi tahun 2007 telah mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar tentang kekuatan ketahanan diri, empati terhadap sesama, dan pentingnya menjaga integritas dalam profesi jurnalistik.
Pengalaman ini juga membuat saya semakin yakin akan peran penting media dalam menyuarakan kebenaran. Saya tidak berani menyebut keadilan, karena maknanya bisa beragam.Â
Meliput kasus-kasus mutilasi di Kota Bekasi tahun 2007 adalah pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan karier jurnalistik saya. Meskipun memicu berbagai emosi dan tantangan, pengalaman ini juga membawa saya pada refleksi mendalam tentang tanggung jawab moral seorang jurnalis.Â
Meski kadang timbul pertanyaan di benak saya, apakah saya masih memiliki rasa kemanusiaan, di kala melihat orang meninggal. Saya bergeming.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI