Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pengalaman Meliput Kasus Mutilasi Penuh Misteri di Kota Bekasi, Belasan Tahun Lalu

7 Mei 2024   12:15 Diperbarui: 8 Mei 2024   00:09 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pribadi tersimpan di flickr.com

Para penjahat semakin pintar memilih korban yang tidak akan dicari keluarganya. Mereka semakin cerdik memilih cara membuang korban dan menghapus jejak. 

Lalu saya? Saya semakin terbiasa melihat korban-korban seperti itu. Saya seperti tidak bisa membedakan rasa jijik. Karena pernah satu kali, saya tengah sarapan, dihubungi untuk datang ke rumah sakit liputan korban mutilasi. Saya masuk ke ruang jenazah, cek jasad, wawancara, lalu kembali ke tempat sarapan. Melanjutkan sarapan.

"Kamu enggak jijik abis dari sana terus sarapan lagi?" tanya pedagang ketoprak.

"Enggak lah, saya lapar. Lagian udah cuci tangan tadi," saya berdalih.

Dulu saya sempat diajari editor untuk tidak mempercayai keterangan polisi, terutama soal korban. Bila memang ada kesempatan, usahakan cek kembali pernyataan polisi. Misalnya, apa benar ada 5 luka tembak? Di mana saja? Jangan sampai kita hanya menulis yang disampaikan polisi saja. Bukankah kerja jurnalistik itu check dan recheck demi informasi akurat?

Meskipun berada di tengah tragedi, pengalaman meliput kasus-kasus mutilasi di Kota Bekasi tahun 2007 telah mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar tentang kekuatan ketahanan diri, empati terhadap sesama, dan pentingnya menjaga integritas dalam profesi jurnalistik.

Pengalaman ini juga membuat saya semakin yakin akan peran penting media dalam menyuarakan kebenaran. Saya tidak berani menyebut keadilan, karena maknanya bisa beragam. 

Meliput kasus-kasus mutilasi di Kota Bekasi tahun 2007 adalah pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan karier jurnalistik saya. Meskipun memicu berbagai emosi dan tantangan, pengalaman ini juga membawa saya pada refleksi mendalam tentang tanggung jawab moral seorang jurnalis. 

Meski kadang timbul pertanyaan di benak saya, apakah saya masih memiliki rasa kemanusiaan, di kala melihat orang meninggal. Saya bergeming.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun