Hari Selasa, 16 April 2024, Rinzani (13) siswi SMP kelas 8 di Lembang tidak pernah sampai ke sekolahnya. Padahal ia sudah berangkat dari rumahnya Kampung Cibodas Desa Cikahuripan sejak pukul 5.00.Â
Dalam berita kehilangan yang disebar keluarga, Rinzani mengenakan bawahan celana olahraga dan atasan berupa kaos warna abu-abu. Padahal sekolah hanya menginstruksikan siswa hanya mengenakan seragam putih biru. Karena agendanya hanya halal bihalal.Â
Kemana Rinzani pergi?
Berbagai kemungkinan jadi penyebab kepergian Rinzani. Ada yang menyebut Rinzani pundung atau merajuk karena ada keinginan dia yang tidak dipenuhi. Sehingga diduga kabur atau minggat.
Hal itu dikuatkan dengan sikap Rinzani yang memblokir kontak seluruh keluarganya. Pihak keluarganya mengambil langkah dengan menyebarkan foto Rinzani melalui media sosial berbasis komunitas. Harapannya, ada yang mengenalinya dan mengabari lokasi terakhir pada keluarga.
Kasus remaja hilang atau minggat dari rumah ini sudah terlampau banyak. Tidak sedikit yang terkecoh dengan para penjahat yang mengincar mereka.Â
Pernah dengar ada remaja yang menjual sepeda motor demi menemui pacar online di sebrang pulau? Saat tiba, malah dicuekin. Boro-boro ditemui apalagi dijajanin.Â
Ada juga yang nekad janjian dan bertemu. Tahunya malah masuk kandang singa. Udah gitu, si singa juga menawarkan mangsanya ke mangsa yang lain.
Sudah terlampau banyak, anak-anak jadi korban karena pemakaian gadget tanpa pengawasan. Anak-anak mengunduh game yang bukan umurnya. Anak-anak berteman dengan orang asing tanpa sepengetahuan orang tuanya.Â
Tidak sedikit orang tua yang membiarkan anaknya mengunci ponselnya. Tidak hanya itu, mengunci aplikasi percakapan mereka. Bahkan banyak orang tua yang tidak mengetahui username media sosial anaknya. Jujur saja, saya sering pusing karena anak sering berganti akun dengan alasan lupa password.Â
Satu-satunya cara adalah dengan mengedukasi si anak agar mengunci media sosialnya. Tidak sembarangan kontak dengan orang asing. Selain itu, orang tua harus rajin mengecek ponsel si anak.
Saya sering mengatakan pada anak-anak, saya ini ibunya tempat mereka bercerita apa saja tanpa takut dihakimi. Saya bukan sahabat mereka, tapi saya bisa mendengar keluh kesah mereka.Â
Saya ibu biasa, tapi ingin anak-anak bisa berbagi segalanya. Anak-anak boleh marah, menangis, manja, pada orang tuanya karena sudah seharusnya orang tua menjadi rumah tempat ternyaman mereka pulang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H