Maliki tidak bisa berpaling dari garis nasibnya sebagai penerus usaha kopi. Dari lahir dan tumbuh remaja, ia melihat pertumbuhan usaha keluarganya di bidang kopi ini. Maliki menyaksikan proses pengolahan kopi yang masih manual sehingga ia belajar untuk mempertahankan usaha keluarganya.Â
Para pelanggan harus datang langsung karena Maliki tidak menjual kopi Maguru secara online. Kopi yang diolah secara manual itu, rata-rata berproduksi 2-3 ton tiap tahunnya. Ia khawatir tidak mampu memenuhi pesanan pelanggan bila menjualnya secara online. Sehingga ia tetap mempertahankan model penjualan juga secara turun-temurun.
Kopi Maguru ini dijual dengan harga Rp75.000 tiap 200 gram itu paling jauh sudah pernah ia jual ke Singapura. Saat ini, Maliki belum tergiur untuk ekspor lebih jauh karena masih memenuhi kebutuhan lokal.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H