Mohon tunggu...
Dewi Ika
Dewi Ika Mohon Tunggu... -

Penyuka nasi goreng pedas sebelum jam 10 malam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ocehan sang Penanti Hujan

12 Desember 2010   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:48 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebutir air hujan

Kawan, jika saja saya adalah sebutir air hujan...

Bagaimana kalian akan menggambarkan kehidupan saya dibandingkan dengan kehidupan kalian? Bagaimana kalian akan mengenal saya dalam kehidupan kalian? Bagaimana kalian akan melihat saya dari berbagai sudut pandang kalian? Bagaimana dan mungkin terus saja saya akan bertanya 'Bagaimana' Karena saya begitu ingin tahu, sementara saya belum pernah menjadi sebutir air hujan sebagaimana saya ungkapkan sebelumnya...

Lalu bagaimana tiba-tiba saya berfikir untuk menjadi sebutir air hujan?

Bagaimana mungkin saya berandai untuk hal yang mungkin saya dan kalian pikirkan itu sangat mustahil? Sederhana saja jawabnya:

Saya melihat kumpulan butiran air hujan seusai kuliah siang ini dan tahukan kawan, karena kawanan air hujan yang turun itu, berbagai rencana dari makhluk-makhluk MIPA siang ini saya yakin berubah total. /*Termasuk saya*/

Sepanjang emperan gedung B ramai tiada terkira, Saya tidak tahu kumpulan anak-anak MIPA di sekeliling saya sedang membicarakan apa. Bising sekali. Ada pula yang melamun memperhatikan kawanan air hujan yang kontinyu sekali rasanya, mungkin dalam benaknya menyesalkan sesuatu yang terlewatkan karena hujan siang ini. /*Hah, sudahlah mbak, tidak perlu disesalkan*/

Di samping saya, ada sesosok makhluk penghuni kota klaten yang beberapa bulan terakhir ini sudah memutuskan untuk menjadi anak kos di Solo meski dengan konsekuensi sakit-sakitan 3 x sebulan. /*wussshhh saya ngomong apa ???*/, sibuk nampaknya orang ini!

Saya sendiri duduk diam dengan benda kesayanganku, seperti biasa ku nyanyikan "Separuh Jiwaku Laptop... " Hash.... Tidak tahu mau apa lagi saya siang ini... Padahal sudah merencanakan untuk punya modem baru siang ini, tapi mungkin keadaan berkata lain.

...

Kembali lagi pada makna sebutir air hujan.

Sebutir air hujan yang bening... terlahir dari mega yang berkelana di pelipis dunia

Dia...

Terbuang ke perut bumi tanpa kesia-siaan... Tertatih menyusuri sepanjang dinding partikel tanah, Pelan meresap sedalam akar tumbuhan bumi, Hidup dengan mengaliri sepanjang tubuh sang pelaku fotosintesis.

Dia...

Terlempar ke dalam aliran kali tanpa keterpaksaan, ikhlas menghanyutkan berbagai macam partikel tanpa kenal apa dan macam apa partikel itu, Hidup menurut titah untuk selalu mengarungi sepanjang jalan menuju samudra.

Dia...

Adalah yang terbuang bercampur lumpur, membenamkan begitu banyak bangunan yang dibangun oleh insan peradaban, Tapi dia tidak bersalah atas perbuatannya itu. Dia hanya sebutir air hujan yang tidak lagi mendapat tempat di sedalam perut bumi, tidak menemui banyak lagi pepohonan untuk dirasukinya dan tidak lagi menemukan tempat di ruang kali karena terdesak oleh berjuta partikel yang termuat didalam kali-kali itu. Lalu bukan salah dia, bila dia mengambil tempat di sekeliling kita.

Dia... lalu bila dia adalah saya? Seperti apakah saya selanjutnya?

Dimana saya akan bertempat kemudian setelah jatuh dari ibu yang bernama mega? Di kali kah? Di tanah kah bersama tubuh pepohonan? Ataukah saya akan menerjang peradaban kalian, karena kalian tidak memberi saya tempat?

Putuskanlah Kawan!

/*Ocehan Sang Penanti Hujan: Sebuah dedikasi untuk bumiku, sebuah ocehan mahkluk yang ingin selalu berusaha mencintai bumi walau dengan cara yang paling sederhana.

Kenapa dedikasiku dengan kata? Karena KATA adalah dari motivator perubahan dan karena KITA adalah agen dari perubahan itu. */

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun