Sebutir air hujan yang bening... terlahir dari mega yang berkelana di pelipis dunia
Dia...
Terbuang ke perut bumi tanpa kesia-siaan... Tertatih menyusuri sepanjang dinding partikel tanah, Pelan meresap sedalam akar tumbuhan bumi, Hidup dengan mengaliri sepanjang tubuh sang pelaku fotosintesis.
Dia...
Terlempar ke dalam aliran kali tanpa keterpaksaan, ikhlas menghanyutkan berbagai macam partikel tanpa kenal apa dan macam apa partikel itu, Hidup menurut titah untuk selalu mengarungi sepanjang jalan menuju samudra.
Dia...
Adalah yang terbuang bercampur lumpur, membenamkan begitu banyak bangunan yang dibangun oleh insan peradaban, Tapi dia tidak bersalah atas perbuatannya itu. Dia hanya sebutir air hujan yang tidak lagi mendapat tempat di sedalam perut bumi, tidak menemui banyak lagi pepohonan untuk dirasukinya dan tidak lagi menemukan tempat di ruang kali karena terdesak oleh berjuta partikel yang termuat didalam kali-kali itu. Lalu bukan salah dia, bila dia mengambil tempat di sekeliling kita.
Dia... lalu bila dia adalah saya? Seperti apakah saya selanjutnya?
Dimana saya akan bertempat kemudian setelah jatuh dari ibu yang bernama mega? Di kali kah? Di tanah kah bersama tubuh pepohonan? Ataukah saya akan menerjang peradaban kalian, karena kalian tidak memberi saya tempat?
Putuskanlah Kawan!
/*Ocehan Sang Penanti Hujan: Sebuah dedikasi untuk bumiku, sebuah ocehan mahkluk yang ingin selalu berusaha mencintai bumi walau dengan cara yang paling sederhana.