Mohon tunggu...
Dewanto Samodro
Dewanto Samodro Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar yang mengabdikan diri menjadi pengajar

Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Paris Fashion Week dan Konten Promosi di Media Sosial

1 April 2022   13:09 Diperbarui: 1 April 2022   13:11 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun bertajuk "fashion week", sejumlah brand lokal yang dikabarkan ambil bagian dalam ajang tersebut ternyata bukan hanya perusahaan di bidang busana, tetapi juga pendidikan, kecantikan, hingga kuliner. Keiikutsertaan mereka dalam ajang internasional itu diunggah dalam media sosial mereka.

Konten media sosial yang menyebut mereka berpartisipasi dalam Paris Fashion Week akhirnya mendapat sorotan dari warganet, terutama di media sosial Twitter. Bahkan, frasa Paris Fashion Week sempat menjadi trending topic karena cukup banyak yang membahas tentang hal itu.

Perbincangan kebanyakan berawal dari cuitan yang mengkritik klaim beberapa brand lokal bahwa mereka ikut serta dalam ajang Paris Fashion Week. Sebenarnya, memang ada brand asli Indonesia yang berpartisipasi dalam ajang bergengsi itu. Namun, hanya ada dua brand karena memang hanya mereka yang diundang.

Menurut warganet yang mengkritik, sejumlah brand lokal di luar dua yang diundang itu telah melakukan pembohongan karena mereka bukan ikut serta dalam acara tersebut, melainkan acara yang diadakan bersamaan dengan Paris Fashion Week, di kota yang sama.

Acara tersebut adalah Paris Fashion Show, sebuah acara yang diadakan oleh sebuah gerakan di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mempromosikan produk-produk lokal. Karena itu, para kritikus menuding brand-brand tersebut sengaja mendompleng nama Paris Fashion Week.

Di sisi lain, terdapat kubu warganet lain yang membela brand-brand lokal tersebut. Menurut kelompok ini, keikutsertaan brand lokal dalam ajang internasional seharusnya didukung dan dibanggakan.

Perdebatan di media sosial cukup menarik, apalagi kemudian perbincangan tentang hal itu juga mulai merambah ke Instagram. Setidaknya terdapat dua kubu di antara warganet, kubu yang mengkritik brand-brand lokal telah melakukan pembohongan publik dengan menyebut mereka berpartisipasi dalam ajang Paris Fashion Week dan kubu yang membela dan mendukung brand-brand lokal tersebut.

Pertentangan yang terjadi di media sosial tersebut sejalan dengan konsep public sphere atau ruang publik yang dikemukakan oleh filsuf dan sosiolog Jerman Jurgen Habermas. Menurut Habermas, ruang publik adalah ruang demokrasi atau wahana diskursus masyarakat; tempat bagi setiap orang dapat menyatakan opini, kepentingan, dan kebutuhan mereka secara diskursif.

Ruang publik memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menyampaikan gagasan, sikap, dan argumentasi mereka  secara bebas. Karena itu, ruang publik menurut Habermas bersifat bebas, terbuka, transparan, dan tidak ada intervensi.

Sebagai sebuah diskursus, maka sejatinya tidak ada yang benar maupun yang salah di antara dua kubu yang bertentangan di media sosial tentang Paris Fashion Week. Keduanya bisa dianggap benar dengan argumentasi mereka masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun