Mohon tunggu...
dewangga putra
dewangga putra Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengajar yang menikmati proses belajar sepanjang hayatnya.

Seorang guru dan pengajar bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cara Keliru untuk Berpikir, Namun Cara Benar untuk Menang

1 Juli 2020   14:21 Diperbarui: 1 Juli 2020   14:59 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah siaran langsung di media sosialnya, Benzema menjawab pertanyaan menggelitik tentang komparasinya dengan Olivier Giroud. Tanpa ragu, Benzema menegaskan bahwa dirinya jauh lebih baik dari Giroud dengan menjawab, "Tidak perlu bingung, Anda seperti membandingkan F1 dengan gokar. Saya F1."

Kini, dalam sebuah komentar singkat, Olivier Giroud pun membalas sindiran Karim Benzema. "Apa saya gokar? Mungkin, tetapi saya adalah juara dunia gokar," ucapnya kepada BeFoot via Football Espana.

Jika dilihat dengan standar pada umumnya, Benzema jelas lebih superior daripada Giroud dalam hal torehan gol. Namun Giroud memiliki sesuatu yang membuat Deschamps tidak ragu untuk kembali tidak memanggil Benzema dan menjadikan Giroud sebagai ujung tombak Les Bleus. Pola pikir yang tidak seperti striker murni kebanyakan. Dan saya rasa keputusan yang diambil oleh Deschamps cukup tepat.

Bagi saya, apa yang dilakukan oleh Giroud serupa dengan apa yang dilakukan oleh Dick Fosburry. Mereka adalah sosok yang berpikir anti-mainstream pada bidangnya masing-masing. 

Kita hidup dengan masyarakat yang memiliki standarnya sendiri untuk menilai kesuksesan seseorang. Contohnya adalah seseorang dinilai sukses oleh pandangan masyarakat jika di usia 25 tahun dia sudah mapan, menikah, memiliki sebuah rumah dan mobil, serta selalu berangkat bekerja dengan setelan kemeja necis. Namun kita lupa satu hal, terkadang tak peduli seberapa "sempurnanya" kehidupan kita, akan selalu ada komentar-komentar miring di sekitar kita. 

Contoh paling nyata adalah di momen bertemu keluarga besar. Saat kita masih bersekolah, kita akan selalu diberi pertanyaan, "Nilai-nilainya di sekolah bagus tidak?" Saat kita kuliah akan ada pertanyaan, "Kapan lulus?" Saat kita sudah lulus kuliah akan ada pertanyaan, "Kapan bisa bekerja di perusahaan X?" Saat kita sudah bekerja di perusahaan X akan ada pertanyaan, "Kapan nikah?" Saat kita sudah menikah akan ada pertanyaan, "Kapan punya anak?" Saat kita sudah punya anak akan ada pertanyaan, "Kapan anaknya diberi adik?" dan seterusnya. Intinya jika kita selalu ingin melakukan sesuatu untuk bisa sesuai dengan yang "baik" dan "benar" menurut standar masyarakat, tidak akan ada habisnya.

Perlu kita ingat bahwa setiap orang memiliki jalan hidup dan cara hidupnya sendiri-sendiri. Tidak masalah jika kita menikah pada usia 18 tahun atau 40 tahun. Tidak masalah jika kita hanya lulusan SMA atau mendapatkan gelar Guru Besar. Tidak masalah jika kita memiliki 5 anak atau belum dikaruniai anak oleh Tuhan. Tidak masalah jika kita membuka warung kecil-kecilan di rumah atau menjadi CEO dari perusahaan multinasional. Jangan pernah bandingkan diri Anda dengan orang lain. Karena satu-satunya sosok yang perlu Anda bandingkan dengan diri Anda sekarang adalah diri Anda di masa lalu.

Sekali lagi, apa yang menurut masyarakat benar, belum tentu sesuai dengan ritme kehidupan Anda. 

Janganlah ragu untuk terus berpikir anti-mainstream.

Bayangkan jika saat itu Dick Fosburry hanya memakai cara meloncat tinggi yang sesuai dengan standar atlet pada era tersebut, mungkin rekor dunia untuk loncat tinggi hanya berkutat di kisaran 1,8 meteran saja. Atau bagaimana jika Giroud memaksakan permainannya menjadi seperti seorang striker egois dan ganas macam Robert Lewandowski, bukan tidak mungkin kalau yang menjadi juara pada Piala Dunia 2018 adalah negara lain, dan Perancis tersisih di fase-fase awal.

Karena itu selalu milikilah cara keliru untuk berpikir, namun cara yang benar untuk menang. Jadilah pemenang dengan pola pikir anti-mainstream.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun