Mohon tunggu...
dewangga putra
dewangga putra Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengajar yang menikmati proses belajar sepanjang hayatnya.

Seorang guru dan pengajar bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Merespon Masalah ala Sang Kaisar dan Si Kutu

12 Juni 2020   12:09 Diperbarui: 12 Juni 2020   12:19 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari: https://intermilantransfernews.blogspot.com/ 

Jika ada tim sepak bola yang (menurut saya) memiliki statistik jauh lebih baik di dalam dunia gim ketimbang performa aslinya di atas lapangan, tentunya pilihan saya akan jatuh kepada skuad Inter Milan pada gim Pro Evolution Soccer 6 (PES). 

Pada seri gim ini, Inter Milan adalah skuad yang komplet. Tentu ini tidak sejalan dengan capaian tim ini pada musim 2005/2006 yang "hanya" mendapatkan gelar Copa Italia plus satu gelar Serie A hasil "hibah" dari Juventus yang tersandung skandal Calciopoli.

Yang spesial dari skuad ini adalah lini serangnya. Dengan memakai formasi 4-4-3, kita cukup memasang Obafemi Martins dan Alvaro Recoba di sayap kiri dan kanan, serta menempatkan L'Imperatore (Sang Kaisar), Adriano Leite Ribeiro, di ujung tombak serangan. 

Memiliki kemampuan keseimbangan (balance) sampai angka 98, akselerasi dan menyerang 90, dan top speed sampai 88, Adriano merupakan sosok mengerikan di gim ini. Terlebih lagi pecinta gim PES sejati tentu tahu betul bagaimana memanfaatkan kemampuan kaki kiri Sang Kaisar yang dibekali poin Shot Power sebesar 99.

Dengan poin kekuatan tendangan sebesar ini, kita cukup menekan tombol 'kotak' pada joystick kita, dan hampir dapat dipastikan kalau penjaga gawang lawan akan kesulitan untuk dapat menyelamatkan gawangnya dari hujaman tendangan Adriano. 

Lahir pada tanggal 17 Februari 1982, Adriano memang digadang-gadang untuk mendapatkan kesuksesan di karir sepak bolanya. Mengingat Sang Kaisar sudah menandatangani kontrak profesional di salah satu klub top Eropa, Inter Milan, pada usia 18 tahun, setelah tampil mengesankan bersama Flamengo sebelumnya. 

Jika kita melihat grafik perjalanan karir Adriano, kurvanya selalu menunjukkan peningkatan. Pada musim awalnya di Inter Milan, Adriano sempat dipinjamkan ke Fiorentina dan Parma pada musim 2002 hingga 2003 untuk menambah jam terbangnya. 

Bersama dengan duet sehatinya di Parma, Adrian Mutu, Adriano meledak dan menorehkan catatan sebagai duet tertajam pada musim 2002/2003 dengan torehan total 31 gol. Hal inilah yang membuat manajemen Inter Milan jatuh hati pada Adriano dan memulangkannya ke Giuseppe Meazza pada musim 2003/2004. 

Dan sebagai catatan khusus, tidak sembarangan pemain di Inter Milan yang pada usia semuda itu mendapat kehormatan untuk mengenakan nomor punggung keramat, 10. Bukti betapa luar biasanya talenta yang dimiliki oleh Adriano muda. Setali tiga uang dengan performanya di Inter Milan, di Timnas Brazil pun Adriano berandil besar untuk membawa negaranya menjuarai Copa America dengan torehan tujuh golnya sepanjang turnamen bergengsi Amerika Latin tersebut.

Semuanya nampak begitu sempurna bagi kehidupan Adriano. Selama masa-masa romantismenya bermain di klub kota mode Italia tersebut, Adriano menorehkan catatan 21 gol dalam 31 pertandingan pada musim 2003/2004, dan bahkan terus membaik pada musim 2004/2005 dengan torehan 28 gol dalam 42 penampilan bersama Inter. Tidak banyak yang menyangka kalau ini adalah klimaks dari perjalanan karir Sang Kaisar. Di musim 2005/2006, produktivitas gol Adriano menurun menjadi 19 gol saja dalam 47 kali turun ke lapangan.

Catatan ini terus memburuk. Setahun berselang, meski masih bisa menyumbang 11 assist, Adriano cuma bisa menyumbang enam gol dari 30 laga. Puncaknya, paruh musim 2007-2008, dia dipinjamkan Inter ke klub lamanya, Sao Paulo FC karena cuma bisa mencetak sebiji gol dalam setengah musim. Di Sao Paulo pun, nasib Adriano tak kunjung membaik. Dia akhirnya berpindah dari satu klub ke klub lain, mulai dari Flamengo, AS Roma, Corinthians, Atletico Paranense, Le Havre, hingga klub MLS Miami United.

Spekulasi tentang penurunan performa Adriano pun berkembang. Banyak pihak yang menilai bahwa kematian ayah Adriano, Almir Leite Ribeiro, yang meninggal pada 3 Agustus 2004 merupakan penyebab utama anjloknya digit gol Adriano pada musim-musim berikutnya. Adriano menerima kabar kematian ayahnya pada saat berada di kamar ganti pemain Inter Milan. 

Kapten Inter Milan, Javier Zanetti, pernah mengungkapkan betapa ngerinya ekspresi Sang Kaisar begitu menerima berita kematian ayahnya dengan berkata bahwa Adriano menangis, membanting telepon, kemudian berteriak dengan sangat keras sampai Zanetti tidak dapat menggambarkan bagaimana ngerinya peristiwa saat itu. 

Inter Milan pun sebenarnya sudah menganggap Adriano sebagai saudara mereka. Inter tetap menjadi rumah bagi Adriano. Namun semuanya tak lagi sama sejak telepon itu diterima oleh Sang Kaisar. Kegagalan Adriano untuk bangkit dari keterpurukannya merupakan penyesalan terbesar bagi Zanetti sepanjang karirnya. 

Sejak Ayahnya meninggal, Adriano mengalami depresi luar biasa di dalam hidupnya sebagai seorang manusia. Kehilangan sosok penting di dalam hidupnya membuat kebiasaan Adriano yang dekat dengan dunia malam dan alkohol memburuk. 

Kerap terlibat dalam tindakan indisipliner karena sering mangkir dari latihan dan kelebihan berat badan membuat Adriano kehilangan keganasannya di kotak pinalti lawan. 

Alih-alih disebut sebagai L'Imperatore, Adriano lebih layak disebut dengan julukan the Fallen Emperor jika merujuk pada kehidupan Adriano terkini, yang tinggal di daerah dengan tingkat kemiskinan dan kriminalitas tertinggi yang ada di Brazil.

Semua manusia pasti pernah mengalami suatu kehilangan yang teramat dalam.

Di sini saya tidak akan coba memperdebatkan siapa pemain terbaik di dunia saat ini, apakah itu Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Karena untuk memilih siapa yang lebih baik dari mereka itu sama seperti memilih satu dari antara ayah atau ibu Anda, sulit. Dan saya juga bukan seorang fans dari Lionel Messi, karena tim yang saya cintai, Arsenal, adalah tim yang cukup sering diobrak-abrik oleh La Pulga (Si Kutu). 

Namun sebagai penikmat sepak bola, kita semua pasti familiar dengan selebrasi Messi tiap kali mencetak gol ke gawang lawan, menunjuk dua jarinya ke atas langit. Ternyata ada kisah menarik dari selebrasi tersebut.

gambar diambil dari: https://in.pinterest.com/pin/532832199638094314/ 
gambar diambil dari: https://in.pinterest.com/pin/532832199638094314/ 

Messi kecil mulai menunjukkan minatnya terhadap sepak bola saat bermain dengan sang kakak dan sepupunya. Namun yang benar-benar menemukan bakatnya sebagai seorang pemain sepak bola bukanlah Ayah atau Ibunya, melainkan Celia, nenek Messi. Celialah yang mengajarkan Messi bagaimana cara menandang bola. Sesuatu yang mungkin tidak akan disadari oleh Celia kalau itu akan mengubah peta persepakbolaan dunia. 

Suatu hari pada 1992, sang nenek mendatangi pelatih klub lokal, Grandoli, Salvador Aparicio. Ketika itu, neneknya menyuruh Aparicio untuk memperhatikan kehebatan cucunya.

Jerih payah Celia dalam mempromosikan Messi kecil berbuah hasil. Pada 1995, Messi berhasil menembus klub anak-anak milik Newell’s Old Boys, satu dari dua klub besar di Provinsi Santa Fe. Dari situ, cerita soal anak yang memiliki bakat sebesar Maradona pun mulai tersiar luas. Saat bermain di klub inilah Messi mendapatkan julukan El Pulga (si kutu). Julukan ini merujuk pada fisik Messi yang mungil, tapi merepotkan setiap pemain tim lawan.

Neneknya tentu saja sangat bangga. Upayanya memompa bakat sang cucu tidak sia-sia. Sayangnya, sang nenek tidak bisa melihat Messi perkembangan cucunya lagi. Ia meninggal pada 1998 saat Messi masih berada di Newell’s Old Boys.

Untuk menghormati jasa salah satu orang paling dicintainya itu, Messi kerap melakukan selebrasi dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Hal tersebut tentu dilakukan untuk mempersembahkan gol yang dicetaknya kepada sang nenek. Dan tidak terbayangkan sudah berapa kali nenek Messi tersenyum dari surga tiap kali Messi melakukan selebrasi ikoniknya tersebut.

Berkaca dari dua sosok fenomenal tersebut, satu hal yang dapat kita pelajari bersama adalah tentang bagaimana cara kita merespon masalah. Sebagai manusia yang lemah, kita tidak memiliki hak untuk meminta kepada Tuhan supaya kita selalu dijauhkan dari masalah. Masalah akan selalu ada di dalam setiap kehidupan kita. Kita tidak punya kontrol atas hal tersebut. Namun satu hal yang dapat kita pilih adalah respon kita terhadap masalah yang terjadi di kehidupan kita.

Coba bayangkan kalau Adriano tidak menjadikan kehilangan sosok Ayahnya sebagai alibi untuk dapat mangkir dari kewajibannya sebagai atlet profesional. 

Mungkin saat ini Adriano dapat meraih penghargaan Ballon d'Or dan penggemar Inter Milan tetap dapat memainkan sosok fenomenal ini untuk merajai gim PES pada seri-seri berikutnya.

Atau pernahkan kita bayangkan andai saja Messi muda berlarut-larut dalam kesedihan akibat ditinggal oleh neneknya? Mungkin sepak bola hanya akan didominasi oleh nama Cristiano Ronaldo sebagai pemenang Ballon d'Or sebelas kali berturut-turut. Dan La Liga pasti akan sangat membosankan karena Barcelona tidak akan bisa dapat mematahkan kedigdayaan Real Madrid.

Semua itu mungkin hanya dapat terjadi di dunia paralel yang lain. Namun yang dapat kita pelajari bersama adalah, respon terhadap masalah itu jauh lebih penting dari masalah itu sendiri. Kesuksesan dan kegagalan seseorang hanya sebatas sehelai rambut dari keputusan kita untuk tetap tegar atau terus merundung.

Jadi mana yang Anda pilih, apakah Anda ingin belajar dari Sang Kaisar yang dengan segala air matanya akhirnya jatuh ke jurang terdalam, atau  Sang Kutu, yang meski kecil, ternyata memiliki kebesaran hati yang jauh melebihi batasan fisiknya.

Masalah akan selalu ada. Pilihan di tangan Anda.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun