Mohon tunggu...
dewangga putra
dewangga putra Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengajar yang menikmati proses belajar sepanjang hayatnya.

Seorang guru dan pengajar bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Merespon Masalah ala Sang Kaisar dan Si Kutu

12 Juni 2020   12:09 Diperbarui: 12 Juni 2020   12:19 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari: https://in.pinterest.com/pin/532832199638094314/ 

Catatan ini terus memburuk. Setahun berselang, meski masih bisa menyumbang 11 assist, Adriano cuma bisa menyumbang enam gol dari 30 laga. Puncaknya, paruh musim 2007-2008, dia dipinjamkan Inter ke klub lamanya, Sao Paulo FC karena cuma bisa mencetak sebiji gol dalam setengah musim. Di Sao Paulo pun, nasib Adriano tak kunjung membaik. Dia akhirnya berpindah dari satu klub ke klub lain, mulai dari Flamengo, AS Roma, Corinthians, Atletico Paranense, Le Havre, hingga klub MLS Miami United.

Spekulasi tentang penurunan performa Adriano pun berkembang. Banyak pihak yang menilai bahwa kematian ayah Adriano, Almir Leite Ribeiro, yang meninggal pada 3 Agustus 2004 merupakan penyebab utama anjloknya digit gol Adriano pada musim-musim berikutnya. Adriano menerima kabar kematian ayahnya pada saat berada di kamar ganti pemain Inter Milan. 

Kapten Inter Milan, Javier Zanetti, pernah mengungkapkan betapa ngerinya ekspresi Sang Kaisar begitu menerima berita kematian ayahnya dengan berkata bahwa Adriano menangis, membanting telepon, kemudian berteriak dengan sangat keras sampai Zanetti tidak dapat menggambarkan bagaimana ngerinya peristiwa saat itu. 

Inter Milan pun sebenarnya sudah menganggap Adriano sebagai saudara mereka. Inter tetap menjadi rumah bagi Adriano. Namun semuanya tak lagi sama sejak telepon itu diterima oleh Sang Kaisar. Kegagalan Adriano untuk bangkit dari keterpurukannya merupakan penyesalan terbesar bagi Zanetti sepanjang karirnya. 

Sejak Ayahnya meninggal, Adriano mengalami depresi luar biasa di dalam hidupnya sebagai seorang manusia. Kehilangan sosok penting di dalam hidupnya membuat kebiasaan Adriano yang dekat dengan dunia malam dan alkohol memburuk. 

Kerap terlibat dalam tindakan indisipliner karena sering mangkir dari latihan dan kelebihan berat badan membuat Adriano kehilangan keganasannya di kotak pinalti lawan. 

Alih-alih disebut sebagai L'Imperatore, Adriano lebih layak disebut dengan julukan the Fallen Emperor jika merujuk pada kehidupan Adriano terkini, yang tinggal di daerah dengan tingkat kemiskinan dan kriminalitas tertinggi yang ada di Brazil.

Semua manusia pasti pernah mengalami suatu kehilangan yang teramat dalam.

Di sini saya tidak akan coba memperdebatkan siapa pemain terbaik di dunia saat ini, apakah itu Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Karena untuk memilih siapa yang lebih baik dari mereka itu sama seperti memilih satu dari antara ayah atau ibu Anda, sulit. Dan saya juga bukan seorang fans dari Lionel Messi, karena tim yang saya cintai, Arsenal, adalah tim yang cukup sering diobrak-abrik oleh La Pulga (Si Kutu). 

Namun sebagai penikmat sepak bola, kita semua pasti familiar dengan selebrasi Messi tiap kali mencetak gol ke gawang lawan, menunjuk dua jarinya ke atas langit. Ternyata ada kisah menarik dari selebrasi tersebut.

gambar diambil dari: https://in.pinterest.com/pin/532832199638094314/ 
gambar diambil dari: https://in.pinterest.com/pin/532832199638094314/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun