“Tadi kamu datang sama siapa?”
“Sama teman. Tapi mereka sudah pulang duluan.”
“Oooo… Mhmmm… Kalo gitu aku anterin kamu ya?”
Kamu hanya menganggukkan kepalamu tanda setuju.
Itulah pertama kali kita bersama tanpa ada jarak meski satu centimeter sekali pun. Ah, aku sendiri tidak tahu, apakah waktu itu kamu merasakan detak jantungku. Jantung yang tidak mau kompromi dengan situasi yang ada. Tapi aku senang bisa mengantarmu pulang. Kamu sadari atau tidak aku suka melihat rambutmu yang tertiup angin lewat kaca spion motorku. Aku yakin, setiap mata yang melihat kedekatan kita akan iri.
######
“Kuku kamu bagus dan bersih.” pujiku.
“Ah, biasa aja.” desahmu malu.
“Kuku kamu panjang tuh. Aku punya gunting kuku,” katamu sambil membongkar isi tas sekolahmu. “Nih guntingnya.” Kamu menyerahkan gunting kuku milikmu kepadaku.
“Ngga mau.”