Aji adalah sosok yang sederhana. Dia adalah pria yang murah senyum dan ringan tangan, selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan. Kehadirannya sering kali menjadi cahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Namun, di balik kesederhanaannya, Aji menyimpan sebuah dilema hati yang rumit: tiga wanita yang berbeda menunjukkan perhatian dan cinta padanya. Mereka adalah Emma, Firda, dan Puji.
Emma adalah seorang guru muda di sekolah dasar tempat Aji bekerja sebagai staf administrasi. Sebagai guru, Emma dikenal tegas namun penyayang. Dia memiliki cara yang unik dalam mendekati anak-anak, membuat setiap pelajaran menjadi petualangan menyenangkan. Emma selalu memperhatikan Aji, tertarik dengan kebaikan hatinya yang tulus. Setiap kali mereka bertemu di lorong sekolah, percakapan ringan di antara mereka kerap kali diselingi canda tawa.
Emma merasa ada kedekatan emosional yang kuat dengan Aji. Dalam setiap senyum yang Aji berikan, Emma merasakan kehangatan yang erat. Namun, Emma tahu bahwa dia bukan satu-satunya wanita yang memperhatikan Aji.
Firda adalah seorang psikolog yang cerdas dan berbakat. Dia sering bekerja bersama Aji dalam program-program sekolah yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus. Firda sangat menghargai pandangan Aji tentang kehidupan, yang selalu melihat semuanya dengan positif dan optimis.
Firda terkesan dengan cara Aji menangani anak-anak dengan sabar dan penuh kasih sayang. Mereka sering kali berdiskusi tentang perkembangan anak-anak dan berbagi pandangan tentang bagaimana membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Dalam percakapan-percakapan itu, Firda merasakan ketertarikan yang tumbuh dalam hatinya terhadap Aji.
Puji adalah seorang relawan yang berdedikasi di pusat rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, tempat Aji sering membantu. Puji dikenal dengan sikapnya yang lembut dan penuh perhatian. Dia dapat berkomunikasi dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dengan cara yang sangat alami.
Kehadirannya di pusat rehabilitasi membuat banyak orang merasa nyaman, termasuk Aji. Hubungan mereka berkembang dari sekadar rekan kerja menjadi sahabat dekat. Puji sering kali merasa bahwa Aji adalah sosok yang bisa diandalkan, seseorang yang selalu ada ketika dibutuhkan. Dia mulai merasakan perasaan yang lebih dalam terhadap Aji, sebuah perasaan yang melampaui persahabatan.
Aji mulai merasakan tekanan dari ketiga wanita yang telah menyentuh hidupnya dengan cara berbeda. Dia menyadari bahwa Emma, Firda, dan Puji memiliki perasaan padanya. Aji bingung. Dia menghargai dan menyayangi mereka semua, namun dia tahu bahwa pada akhirnya dia harus memilih satu di antara mereka untuk menjadi pendamping hidupnya.
Aji mengambil waktu untuk merenung, mencoba memahami perasaannya yang sebenarnya. Dia memutuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan masing-masing dari mereka, berharap dapat menemukan jawaban di hatinya.
Aji dan Emma memutuskan untuk melakukan perjalanan singkat ke sebuah taman kota yang tenang. Di sana, mereka berbicara tentang masa depan dan impian masing-masing. Emma bercerita tentang keinginannya untuk membuka sekolah dengan metode pengajaran baru, yang lebih berpusat pada anak dan inovatif.
Aji terkesan dengan visi Emma, dan melihat betapa kuatnya motivasi Emma untuk memajukan pendidikan. Dia merasa nyaman berbicara dengan Emma, seolah-olah mereka telah saling mengenal selama bertahun-tahun.