Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau dan udara yang selalu sejuk, hiduplah seorang gadis bernama Valen. Valen tinggal di rumah kecil di ujung jalan bersama adik laki-lakinya, Ardi, dan kakak laki-lakinya, Raka. Sejak kedua orang tua mereka meninggal lima tahun yang lalu, Valen yang baru berusia dua puluh tahun harus mengambil alih peran sebagai kepala keluarga.
Valen adalah gadis yang kuat namun lembut hatinya. Setiap hari, dia bekerja di toko bunga milik keluarga untuk menghidupi Ardi dan Raka. Meski hidup mereka sederhana, Valen selalu berusaha menciptakan suasana yang hangat dan penuh kasih sayang di rumah mereka. Namun, di dalam hatinya, Valen sering kali bertanya-tanya, apa sebenarnya arti cinta yang sesungguhnya?
Setiap pagi, Valen bangun sebelum matahari terbit. Dia menyiapkan sarapan untuk Ardi dan Raka sebelum berangkat ke toko bunga. Toko itu adalah warisan dari ibunya, dan Valen merasa bertanggung jawab untuk meneruskan usaha tersebut. Meski toko itu tidak besar, para pelanggan selalu datang karena bunga-bunga yang dijual Valen selalu segar dan dirangkai dengan penuh cinta.
Suatu hari, saat Valen sedang merapikan bunga-bunga di etalase, datanglah seorang pemuda bernama Dimas. Dimas adalah pelanggan setia yang sering membeli bunga untuk ibunya yang sudah lanjut usia. Wajahnya selalu ceria, dan Valen senang setiap kali melihatnya masuk ke toko.
"Selamat pagi, Valen!" sapa Dimas dengan senyum lebar. "Hari ini aku mencari rangkaian bunga yang spesial, ada rekomendasi?"
"Selamat pagi, Dimas! Tentu, bagaimana kalau rangkaian mawar merah dan lily putih? Kombinasi ini selalu menjadi favorit pelanggan," jawab Valen sambil menunjukkan beberapa bunga yang sudah dirangkainya.
Dimas mengangguk setuju. "Kedengarannya sempurna. Kau memang selalu tahu bunga yang tepat, Valen."
Hari-hari berlalu, dan hubungan Valen dan Dimas semakin akrab. Mereka sering berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Dimas bercerita tentang ibunya yang sakit-sakitan dan bagaimana dia berusaha keras untuk membuatnya bahagia. Valen mendengarkan dengan seksama, merasa ada kesamaan dalam perjuangan mereka.
Suatu sore, setelah menutup toko, Dimas mengajak Valen duduk di bangku taman dekat toko bunga. Angin sepoi-sepoi meniup lembut, menyapu rambut Valen yang tergerai.
"Valen, pernahkah kau bertanya-tanya, apa itu cinta?" tanya Dimas tiba-tiba, matanya menatap jauh ke depan.
Pertanyaan itu menghentikan napas Valen sejenak. Dia terdiam, memandang Dimas yang duduk di sampingnya. "Sering sekali," jawab Valen pelan. "Apa menurutmu cinta itu, Dimas?"