Mohon tunggu...
DEWA DWIPAYANA
DEWA DWIPAYANA Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya adalah seorang Guru di SMAN 1 Ubud mengampu mata pelajaran Informatika, dimana saat ini sedang dalam Program Pendidikan Guru Penggerak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

23 Oktober 2022   14:26 Diperbarui: 23 Oktober 2022   15:20 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengambilan Keputusan 

Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin


Kihajar dewantara sebagai seorang filsuf dalam bidang pendidikan di Indonesia sudah menjadi seorang idola dan panutan bagi seorang Guru, terutama terkait dengan Pratap Trilokanya, Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani memiliki arti bahwasanya seorang guru harus bisa Di depan memberi teladan, Di tengah membangun motivasi, dan Di belakang memberikan dukungan kepada para muridnya. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran Guru harusnya memberikan tuntutan dan ngemong siswa dalam setiap permasalahan yang dialami siswa. Terutama terkait dengan pengambilan keputusan-keputusan yang berpihak pada siswa.

Sebuah keputusan diambil akan selalu ada pertentangan antara Benar melawan Salah yang selanjutnya akan kita sebut sebagai Dilema Moral dan Benar melawan Benar yang selanjutnya akan kita kenal sebaga Dilema Etika. Pemimpin pembelajaran dalam hal ini guru sedari dibentuk dari perkuliahan dan keterpanggilan hati dan dimatangkan lagi oleh Program Guru Penggerak sejatinya telah tertanam nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Nilai dan prinsip ini akan menjadi sebuah mind map, peta berpikir dan bertindak dalam pengambilan keputusan atas dasar Kebajikan Universal. Nilai-nilai kebajikan Universal tersebut antara lain Cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Dimana dalam penerapannya menggunakan prinsip : Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Pada saat pengambilan keputusan sebaiknya dilaksanakan dengan proses dan keterampilan Coaching, terutama coaching terhadap diri sendiri , menanyakan hal-hal tertentu pada diri kita untuk memperkuat keputusan yang kita ambil.  karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Untuk memperkuat keyakinan kita akan proses pengambilan keputusan tentunya ada Langkah-langkah yang kita ambil, yakni 9  Konsep Pengambilan dan Pengujian Pengambilan Keputusan

1.         Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2.         Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3.         Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.         Pengujian benar atau salah:

  • Uji Legal,
  • Uji Regulasi/Standar Profesional,
  • Uji Intuisi, à Rule-Based Thinking
  • Uji Publikasi à Ends-Based Thingking
  • Uji Panutan/Idola à Care-Based Thingking

5.         Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. (Paradigma Dilema Etika).

6.         Melakukan Prinsip Resolusi / Pengambilan keputusan.

7.         Investigasi Opsi Trilema

8.         Buat Keputusan

9.         Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Apabila kita telah melaksanakan 9 step/Langkah diatas niscaya keputusan yang kita ambil dapat di pertanggung jawabkan, setiap keputusan pasti ada ekses/akibat dari keputusan tersebut, minimal kita mengurangi dampak negative yang terjadi.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan kususnya masalah dilemma etika. Aspek sosial emosional ini dibutuhkan dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dimana diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) yang kita kenal dengan KSE (Kompetensi Sosial dan Emosional) .Pengambilan Keputusan Berbasi Nilai-nilai Kebijakan Sebagai Pemimpin seorang pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada, ketika ini dilakukan maka seorang pemimpin pembelajaran bisa mengidentifikasi dengan baik Dilema Etika yang terjadi atas nilai-nilai kebijakan universal yang terlibat didalamnya.

Setiap studi kasus yang dialami oleh seorang pendidik ini tergantung dari nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik, semakin luas nilai-nilai kebajikan universal yang dia pahami, maka semakin mudah seorang pendidikan akan memberikan fokus dan mengidentifikasi apakah kasus yang di tangani dia adalah masalah moral atau etika.

Sebagai seorang pendidik dalam mengambi keputusan yang tepat tentunya didasari atas seberapa jauh seorang pendidik tersebut melakukan proses bertanya, belajar  dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya dengan mengambil bagian dalam penanganan masalah yang dihadapi baik sebagai seorang pendidik maupun anggota dari lingkungan dimana dia bernaung. Lingkungan yang positif , kondusif, aman dan nyaman tercipta dari masing-masing individu guru menyadari pentingnya pengambilan keputusan berbasis nikai-nilai kebajikan dan mampu memahami dan menerapkan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan.

  • Tentunya hal yang diharapkan diatas tidaklah mudah secara teoritis, dalam prakteknya sebagai contoh dilingkungan saya banyak sekali tantangan-tantangan untuk menjalan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika antara lain:
  • Factor local wisdom dimana sekolah saya berdiri karena sumbangsih lingkungan adat yang sedemikian besar terhadap hadirnya sekolah. Sehingga dalam penerapan keputusan yang melibatkan siswa sangat harus berhati-hati dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika.
  • SDM guru masih terkungkung dengan cara lama dalam penanganan/ pengambilan keputusan, dimana guru menjadi maha benar (teacher oriented).
  • Ketika tercipta hubungan  yang positif/saling percaya antar guru, ini seperti pisau bermata dua yang menyebabkan dilema lain yakni dalam paradigma kebenaran melawan kesetiaan.

Tentunya dalam mengatasi ini diperlukan usaha-usaha saya sebagai calon guru penggerak untuk mensharingkan dan membagikan pengetahuan yang saya dapatkan dalam program ini sehingga semakin banyak pendidik mampu untuk mengambil keputusan-keputusan yang terbaik dalam penanganan dilema etika.

Pengetahuan dan pemahaman pengambilan keputusan yang berlandasarkan nilai-nilai kebajikan yang dipahami oleh pendidik dalam menyelesaikan permasalah terkait dilema etika di siswa akan membantu pendidik-pendidik kita memahami apa kebutuhan dan keinginan siswa kita, sehingga mereka merasa dihargai berdasarkan nilai kebenaran yang mereka miliki, sehingga siswa merasa merdeka. Tetapi tentunya tidak semua bisa nilai kebenaran ini bisa terpenuhi, selalu ada pilihan yang diambil oleh seorang pemimpin, yang terpenting murid memahami apa dasar pengambilan keputusan tersebut. setiap pilihan/keputusan memiliki konsekuensi, dan sejauh mana tanggung jawab kita mengambil konsekuensi itu yang perlu kita berikan contoh dan teladan kepada siswa, termasuk didalamnya pembelajaran yang kita berikan ke mereka itu adalah sebuah pilihan/keputusan yang kita ambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang kita yakini dan dipahami oleh murid, sehingga potensi yang murid miliki yang berbeda-beda bisa terkomodir dengan tepat.

Prinsip pengambilan keputusan yang kita ambil dalam pembelajaran haruslah berdasarkan kesepakatan positif demi masa depan murid itu sendiri, baik yang berdasarkan hasil akhir, peraturan dan rasa kepedulian kita terhadap masa depan siswa sebagai salah satu tujuan dari seorang pemimpin pembelajaran. Pengaruh dari pengambilan keputusan yang kita ambil akan menentukan kehidupan dan masa depan murid-murid kita.

Begitu berharganya pengetahuan yang didapatkan dalam modul pembelajaran ini  sehingga sebagai seorang Guru penggerak nantiknya bisa mennghadirkan konsep sekolah sebagai institusi pembentukan karakter dan nilai-nilai kebajikan sebagai acuan utama dalam pengambilan keputusan berbasis etika sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan ini  selain yang kita pelajari dalam modul ini juga akan sangat terbantu dari pengetahuan kita pada modul sebelumnya yakni keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship. Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Konsep-konsep yang telah dipelajari dalam modul ini: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan saya pahami sebagai sebuah alur/Langkah-langkah yang implementatif yang dapat kita gunakan/aktualisasikan dalam fungsi kita sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak ada nilai kebenaran dan kebajikan dan juga sebagai pemimpin sekolah.

Sebelum mempelajari modul ini tentunya saya sudah pernah mengalami situasi moral dilema, bisa mengidentifikasi bahwa hal tersebut memiliki kebenaran masing-masing, penyelesaiannya pun tidak tertata dengan baik hanya berdasarkan instuasi semata. Dari modul ini semakin menguatkan saya secara pribadi dalam mengidentifikasi kebenaran-kebenaran yang timbul/ada dari sebuah situasi dilemma, apa paradigma, prinsip dan Langkah-langkah yang akan saya ambil dalam pengambilan keputusan tersebut.

Dengan mempelajari konsep ini terjadi perubahan yang sangat besar dalam diri saya dalam memahami dan mengimplementasikan pengambilan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dimana sebelumnya nilai-nilai ini tidak menjadi dasar saya dalam pengembilan keputusan masih berorientasi ego dan pengetahuan otodidak/pengalaman yang menurut saya benar secara pribadi.

Pentingnya modul ini bagi saya sebagai seorang individu /seorang pendidik, adalah agar terus belajar dan berusaha menjadi suri teladan bagi murid-murid saya dengan melakukan yang terbaik, dan terus berpegang pada nilai-nilai kebajikan agar murid-murid saya tumbuh menjadi manusia Indonesia yang berintegritas, berkarakter, serta senantiasa mengambil keputusan-keputusan yang etis dengan penuh tanggung jawab. Dan sebagai seorang pemimpin bisa mengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan,  mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai mengambil keputusan sebagai pemimpin di sekolah saya dan semakin yakin dengan keputusan-keputusan yang saya buat. keputusan-keputusan yang saya ambil akan semakin menguatkan jati diri saya sebagai seorang pemimpin yang meletakkan kepentingan murid sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun