Contoh penerapan teori strukturasi (How)
Teori Strukturasi dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari hari dalam hal kemajuan teknologi yang dapat memudahkan kehidupan di dalam masyrakat. Kemajuan teknologi ini berkembang dengan begitu pesat ditengah kehidupan masyarakat. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, ada dampak negatif dan juga positif yang dilahirkan. Di sisi lain hal ini juga dapat merubah kebiasaan yang telah ada dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat konvensional.
Dengan adanya teknologi, masyarakat hidup dengan berbagai kemudahan yang dapat dijangkau. Seperti halnya kemajuan teknologi dalam hal ojek online. Sebelum adanya kemajuan ini, masyarakat yang membutuhkan jasa ojek untuk berpergian atau mengantarkan pulang kerumah, ia harus datang ke pangkalan ojek. Namun saat ini ojek pun bisa dipesan melalui handphone, sehingga kita tidak perlu menghampiri pangkalan ojeknya. Hal ini merupakan kemudahan yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Dalam aplikasi ojek online tersebut juga tidak hanya menawarkan layanan antar penumpang saja, namun bisa juga berbelanja sayur dan buah, memesan makanan dan minuman, antar barang, mengisi token listrik dan berbagai tawaran kemudahan lainnya. Hal ini membuat inovasi baru dalam kehidupan masyarakat hadir. Sebagian masyarakat menerima dan memanfaatkan kemudahan  hidup ini. Masyarakat dengan cara pandang seperti itu pun cenderung perlahan meninggalkan kehidupan secara konvensional.
Sebagian masyarakat lainnya tidak begitu setuju dan kurang menerima akan hal itu. Ia berusaha mempertahankan kehidupan secara konvensional seperti yang dilakukan sebelumnya. Ada beberapa individu yang menganggap hal itu tidak sejalan dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan. Namun hal itu lumrah terjadi, Â sehingga kelompok masyarakat tersebut membentuk strukturasi yang berbeda.
Mengapa Korupsi Dapat Terjadi Menurut Teori Strukturasi (Why)
Dalam kerangka teori strukturasi Anthony Giddens, korupsi dapat dijelaskan sebagai hasil dari interaksi antara struktur sosial dan tindakan individu. Berikut adalah penjelasan mengapa korupsi dapat terjadi menggunakan teori strukturasi:
- Struktur Sosial: Struktur sosial mencakup aturan, norma, nilai, dan praktik yang mengatur tindakan individu dalam masyarakat. Dalam konteks korupsi, struktur sosial dapat mencakup sistem politik, hukum, regulasi, birokrasi, dan kekuasaan yang ada dalam suatu negara atau organisasi. Struktur sosial dapat menciptakan kesempatan, insentif, atau tekanan yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan korupsi.
Misalnya, struktur politik yang korup atau kurang transparan dapat menciptakan celah bagi individu untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui tindakan korup. Ketika sistem regulasi lemah atau korup, individu mungkin merasa dapat melanggar aturan dengan sedikit atau tanpa konsekuensi. Oleh karena itu, struktur sosial yang buruk atau merugikan dapat memberikan dorongan atau pembenaran bagi tindakan korupsi.
- Agensi Individu: Di sisi agensi individu, tindakan korupsi dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, motivasi ekonomi, kesempatan, dan penilaian moral yang dilakukan oleh individu. Giddens mengakui bahwa individu memiliki kemampuan untuk bertindak secara aktif dan mengubah struktur sosial melalui praktik-praktik mereka sehari-hari.
Dalam konteks korupsi, individu yang terlibat dalam perilaku korup memiliki alasan dan motivasi sendiri. Mereka mungkin tergoda oleh peluang memperoleh keuntungan pribadi secara ilegal atau merasa tekanan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain itu, penilaian moral individu juga berperan, di mana seseorang mungkin merasakan ketidakadilan dalam sistem yang korup, tetapi memilih untuk terlibat dalam korupsi sebagai cara untuk bertahan atau memperoleh manfaat pribadi.
- Interaksi antara Struktur dan Agensi: Teori strukturasi menekankan bahwa struktur sosial dan tindakan individu saling mempengaruhi dan saling membentuk. Dalam konteks korupsi, tindakan individu dapat membentuk atau memperkuat struktur sosial yang korup, sementara struktur sosial juga dapat mempengaruhi atau membatasi pilihan dan tindakan individu.
Misalnya, tindakan korupsi individu tertentu dapat memperkuat praktek korupsi dalam sistem yang lebih luas. Tindakan korupsi yang terjadi secara terus-menerus dan tanpa konsekuensi yang memadai dapat memperkuat budaya korupsi dan norma sosial yang menerima tindakan tersebut. Sebaliknya, sistem yang memiliki mekanisme pengawasan yang efektif, hukuman yang tegas, dan regulasi yang ketat dapat membatasi tindakan korupsi dengan mengurangi kesempatan dan meningkatkan risiko.
Dengan demikian, melalui perspektif teori strukturasi, korupsi dapat dipahami sebagai hasil dari interaksi antara struktur sosial dan agensi individu. Hal ini menunjukkan perlunya memperhatikan faktor struktural yang mempengaruhi perilaku korupsi, serta pentingnya tindakan individu dalam membentuk dan mengubah struktur sosial untuk mengurangi tingkat korupsi.