Mohon tunggu...
Dewa Ayu Diah Damayanti
Dewa Ayu Diah Damayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Berkecimpung di dunia pariwisata

Sharing pengetahuan dan pengalaman. Sharing is caring

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Filosofi Tri Hita Karana dalam Mendukung Pariwisata Berkelanjutan di Bali

17 Oktober 2024   19:51 Diperbarui: 17 Oktober 2024   21:49 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tri Hita Karana merupakan sebuah konsep hidup dengan nilai-nilai kebijaksanaan yang diterapkan oleh masyarakat Bali. Tri Hita Karana (THK) berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tiga unsur atau lapisan yang menimbulkan kebahagiaan. “Tri” artinya tiga, “Hita” artinya sejahtera atau bahagia, dan “Karana” artinya sebab. Tri Hita Karana mengandung arti bahwa ada tiga sumber kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup, baik jasmani maupun rohani, yaitu :

  1. Parahyangan, keseimbangan hubungan manusia dengan Sang Pencipta

  2. Pawongan, keseimbangan hubungan manusia dengan sesama manusia

  3. Palemahan, keseimbangan hubungan manusia dengan alam

Sustainability / Keberlanjutan :

seni hidup harmonis dengan lingkungan kita, menyadari perlunya keseimbangan hubungan dengan alam, dengan komunitas ( aspek sosial ) maupun aspek ekonomi. Ini merupakan komitmen untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya alam, memastikan bahwa keindahan yang kita nikmati saat ini, tetap tersedia untuk generasi mendatang. 

Sustainable Tourism/Pariwisata Berkelanjutan :

bagaimana konsep sustainability diterapkan dalam bidang pariwisata. 

Regenerative Tourism/Pariwisata Regeneratif : 

sebuah konsep yang mengakomodir pariwisata berkelanjutan, dimana saat kita berbicara tentang Pariwisata Berkelanjutan fokusnya adalah mengurangi dampak negatif, tetapi ketika kita berbicara tentang pariwisata regeneratif, kita tidak hanya berfokus pada pengurangan dampak negatif, tetapi juga bagaimana kita dapat berbuat lebih banyak untuk memberikan dampak positif.

Pesatnya perkembangan pariwisata Bali  dan menjamurnya industri berbasis pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap perekonomian Bali, namun di sisi lain memberikan dampak negatif yang tidak hanya berdampak pada hubungan antarwarga Bali dan Kebudayaan Bali, namun juga berdampak terhadap kelestarian alam Bali, misalnya : konversi lahan pertanian secara masif menjadi hotel, villa, resor maupun restoran.

Dari berbagai permasalahan tersebut, muncul keinginan terutama dari para pelaku pariwisata Bali yang didukung oleh para jurnalis dan akademisi untuk mengembalikan “keseimbangan” di Pulau Dewata. Langkah yang dilakukan salah satunya adalah mengembalikan pariwisata Bali ke “akarnya” yang sejalan dengan falsafah hidup masyarakat Bali, Tri Hita Karana.

Apakah filosofi Tri Hita Karana mendukung pariwisata berkelanjutan? 

Ya, filosofi Tri Hita Karana sejalan dan selaras  dengan konsep sustainability / keberlanjutan baik keberlanjutan secara umum maupun keberlanjutan dalam bidang pariwisata, melalui tiga prinsip keseimbangan yaitu : Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.

Bagaimana filosofi Tri Hita Karana menjawab tantangan pariwisata Bali yang berkelanjutan di masa depan?

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peranan pemangku kepentingan yaitu pemerintah, masyarakat setempat, pengusaha pariwisata -beserta asosiasinya-, akademisi dan media untuk menyebarkan filosofi Tri Hita Karana secara luas dan memastikan filosofi Tri Hita Karana diimplementasikan dengan baik. Diantaranya adalah : 

  • Pertama, dimulai dari diri kita sendiri. Masyarakat secara sadar menjaga perilakunya sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana demi kelestarian alam dan kelangsungan hidup generasi mendatang

  • Secara regulasi, Pemerintah Bali telah menerbitkan Perda Provinsi Bali No.5 Tahun 2020, tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali, Pemda Bali telah menjadikan Tri Hita Karana dan kearifan lokal Sad Kerthi sebagai acuan dalam praktik pariwisata di Bali. Dalam peraturan yang ditandatangani oleh Gubernur Bali I Wayan Koster ini, praktik pariwisata berlandaskan nilai kearifan lokal Tri Hita Karana dan Sad Kerthi, serta berorientasi pada prinsip keberlanjutan.

  • Menyelenggarakan dan menjadikan program Tri Hita Karana Awards sebagai agenda tahunan. THK Awards dimulai sejak tahun 2000, penghargaan ini diberikan kepada lembaga baik pemerintah maupun swasta, yang benar-benar berkomitmen dalam mendukung dan melaksanakan Tri Hita Karana di lingkup kerjanya.

  • Peran media, baik online maupun offline yang secara terus menerus mengenalkan filosofi Tri Hita Karandan bagaimana penerapannya dalam menjaga kelestarian alam yang sejalan dengan prinsip sustainability / keberlanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun