Mohon tunggu...
Dewa Ayu Indah Yani
Dewa Ayu Indah Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Undiksha

Menulis random

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Brahman sebagai Konsep Ketuhanan

19 Maret 2023   20:50 Diperbarui: 19 Maret 2023   20:57 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswa tentu akan sering mendengar sebutan Tuhan Yang Maha Esa karena orang-rang disekitar kita adalah orang-rang yang beragama. Di Indonesia terdapat banyak agama salah satunya adalah Agama Hindu. Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. 

Konsep ketuhanan Agama Hindu dapat dikatakan berbeda dengan agama lain. Dalam Agama Hindu mengajarkan bahwa terdapat sangat banyak dewa dan dewi yang dipuja dan dihormati, namun selain itu semua terdapat satu tuhan yang lebih besar dan tak terbatas yang disebut dengan Brahman. Sesungguhnya kita sebagai umat Hindu ialah umat yang memuja satu tuhan. Hal tersebut terkandung dalam kitab suci Agama Hindu yaitu "Veda". Veda diantaranya adalah kitab Upanisad 4.2.1 "Ekam Evam Adwityan Brahman" dan juga kitab Narayana Upanisad berbunyi " Eko Narayano Nadwityo Stikascit" arti dari kitab tersebut adalah sesungguhkan tuhan itu satu tiada tuhan yang kedua.

Teologi atau Brahmavidya adalah ilmu tentang tuhan. Brahmavidya atau Brahma Tattwa Jnana berasal dari bahasa sanskerta yang berarti teologi atau ilmu yang mempelajari tentang tuhan. Mempelajari ketuhanan sebagai umat yang beragama ialah satu hal yang fundamental dalam kepercayaan di seluruh dunia. Sebagai umat beragama konsep ketuhanan membantu umatnya memahami makna keberadaan, tujuan hidup, serta dapat memberikan panduan dalam berperilaku dan praktek spiritual.

PEMBAHASAN

Brahma Vidya berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti teologi, yakni ilmu yang mempelajari tentang tuhan. Dalam bahasa Yunani Theologia yakni theos yang artinya Tuhan dan logos yang artinya wacana atau ilmu. Jadi kesimpulannya teologi berarti wacana atau ilmu tentang Tuhan. Dalam ilmu agama khususnya dalam Brahmavidya atau yang disebut dengan teologi dalam agama lain dikenal dengan ajaran (isme). 

Panitya Tujuh Belas menjelaskan ajaran (isme) sebagai paham yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia dengan tuhan, misalnya monisme, panteisme, henoteisme, monoteisme, dan politeisme. Isme diartikan sebagai kepercayaan atau ajaran. Imam Suprayoya dan Tobroni, mengatakan bahwa monoteisme merupakan paham yang berpendapat bahwasanya tuhan itu hanya satu, tunggal, esa, dan tak terbilang. Politeisme merupakan paham yang mengimani, memuja, dan menyembah banyak tuhan. Singkatnya monoteisme adalah kebalikan dari politeisme. 

Di dalamnya terdapat animisme, dinamisme, serta paganism yang pada intinya berpendapat bahwa di dunia ini terdapat penguasa lain selain tuhan berupa benda-benda alam, dewa dewa, makhluk halus,roh-roh halus, bahkan manusia sendiri. Menurut Raharjo (dalam Imam Suprayogodan tobroni), bahwa henoteisme merupakan paham yang mengkonsentrasikan diri pada tuhan yang tunggal namun masih mengakui adanya tuhan lain dalam mitos.

Menurut Bagus, teologi (Brahmavidya) sendiri ialah bagian dari metafisika yang menyelidiki hal eksisten menurut aspek dari prinsipnya yang terakhir suatu prinsip yang luput dari indrawi tunggal. Objeknya adalah Tuhan : eksistensi-Nya, esensi-Nya, dan aktivitas-Nya. Dijelaskan pula ilmu tentang tuhan tidak memberikan pengetahuan tentang tuhan yang dalam setiap hal sama dengan pengetahuan yang diperoleh dari ilmu tentang objek-objek pengalaman inderadewi sehari-hari. Semua pernyataan yang menjelaskan tentang tuhan tidak cukup memberikan pengetahuan yang memadai tentang-Nya, akan tetapi semata-mata pengetahuan yang bersifat analogis.

Syukur (dalam Suprayogo dan Tobroni), mengatakan bahwa Brahmavidya merupakan pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis, dan koheren tentang apa yang diwahyukan tuhan. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Brahmavidya merupakan refleksi ilmiah tentang Tuhan, yangmana dapat kita artikan bahwasanya Brahmavidya merupakan ilmu yang subjektif yang timbul dari dalam, lahir dari jiwa yang beriman dan bertakwa berdasarkan wahyu Tuhan. Wahono mengatakan bahwa dalam teologi (Brahmavidya) terdapat empat pilar, diantaranya keadilan sosial, kemerdekaan, serta kerakyatan dalam arti cinta kepada manusia. Wahono mengantarkan teologi Kristiani kepada keterjangkauan dalam bentuknya yang lebih bersifat praktis melalui keempat pilar tersebut sehingga umat Kristiani bisa mengembangkan kehidupan baru yang lebih damai dan sejahtera.

Dharmaputera ( dalam Suproyogo dan Tobroni) mengatakan bahwa Brahmavidya merupakan upaya untuk mempertemukan secara dialektis, kreatif, serta eksistensial antara teks dan konteks, antara kerygma yang universal dan kenyataan hidup yang konteksual. Singkatnya, Brahmavidya merupakan sebuah upaya guna merumuskan penghayatan iman pada konteks ruang dan waktu tertentu. Dalam kata lain Brakmavidya juga merupakan pengkajian penghayatan, dan perwujudan nilai-nilai iman dalam memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.

Pudja mengatakan Brahmavidya atau Brahma Jnana Tattva merupakan ilmu tentang Tuhan. Brahma diartikan Tuhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang memberikan kehidupan kepada semua ciptaannya. Baik Vidya maupun Jnana memiliki arti yang sama yakni ilmu. Tattva berarti hakikat tentang tat atau "itu", yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahma. Tattva Jnana artinya sama dengan ilmu tentang hakikat.

Sang Hyang Widhi Wasa disebut Tuhan dalam Siwa Tattva. Nama ini berarti yang menakdirkan, Yang Maha Kuasa yangmana dalam Bhasa Bali diterjemahkan dengan Sang Hyang Tuduh atau Sang Hyang Titah. Bhatara Siwa merupakan sebutan Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa dalam sastra-sastra baik berupa lontar ataupun dalam puja astawa saat upacara keagamaan di Bali. Dalam artian seluruh umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali yang telat memeluk Agama Hindu secara turun temurun memuja Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Bhatara Siwa.

Dalam Siwa Tattva juga dijelaskan bahwa ajaran-ajaran seperti diatas sering juga disebut ajaran Saivasiddhanta. Ajaran Saivasiddhanta di Indonesia terlihat jalinannya dengan ajaran Upanisad, kitab-kitab Purana, Samkya, Yoga, Vedanta, dan dari kitab-kitab Tantra. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa semua ajaran-ajaran tersebut mengalir dari kitab suci Veda. Dalam artian Veda merupaka sumber utama ajaran-ajaran yang terdapat dalam Agama Hindu, meskipun wujud dan pelaksanaannya dalam kehidupan beragama Hindu berbeda-beda, namun hakikatnya jiwa serta semangatnya adalah sama.

Brahman disebut Tuhan dalam Veda. Dikatakan yang pertama ada ialah Brahman, satu adanya, bersifat abadi, pencipta, tak terbinasakan, pelindung, pelebur, pemelihara, cahaya tertinggi, dan sebagai insti alam semesta. Kitab-kitab Upanisad menyatakan realitas dari Brahman Tertinggi sebagai satu tanpa yang kedua, tanpa atribut atau penetapan-penetapan, identic dengan diri terdalam dari manusia. Dalam hal ini dapat dikatakan Brahman mempunyai dua aspek, yakni Saguna Brahman dan Nirguna Brahman.

Nirguna Brahman disebut Brahman Tertinggi merupakan Brahman yang tidak terbatas, tidak terkondisikan dan tanpa sifat. Ia tidak dapat dipahami. Dalam Bhagawadgita. VIII.3 Sri Bhagavan bersabda, "Yang kekal abadi, maha Agung, adalah Brahman; persemayaman-Nya dalam badan individu dinamakan adhyatman; karma adalah nama yang diberikan kepada persembahan yang melahirkan makhluk hidup di dunia". Ia tanpa ruang, tanpa waktu, tanpa sebab, tidak berpribadi. Ia tak berawal, tiada pertengahan, tiada berakhir, berada di mana-mana.

Saguna Brahman disebut Apara Brahman merupakan ia yang Kuasa yang terbatas, yang tersangkut dengan dunia pengalaman dan jiwa perseorangan. dalam Bhagawadgita, IV.6 bahwa "Walaupun Aku tak terlahirkan, kekal, Aku adalah Isvara dari semua makhluk. Aku menjadikan diriKu sendiri dan menjadi ada dengan kekuatan Maya-Ku". la yang menciptakan, memelihara, dan melebur dunia ini.

Brahmavidya Dalam Bhuwana Kosa

Bhuwana Kosa merupakan sebuah lontar yang tergolong jenis tattva atau tutur yang bercorak Siwaistik. Lontar ini terdiri atas sebelas bab yang disebut dengan patalah dan 487 sloka. Secara garis besar isi Bhuawana Kosa terbagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu Brahmarahasyam dan Jnanahasyam.

PENUTUP

Dalam kitab-kitab suci Hindu, Brahmavidya atau Brahma Tattva Jnana mempelajari tentang Tuhan. Brahma diartikan Tuhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang memberikan kehidupan pada semua ciptaan-Nya, Yang Maha Kuasa. Dalam Upanisad Tuhan disebut Brahman, yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman. Bhuwana Kosa merupakan salah satu lontar tattwa yang bercorak siwaistik berisi percakapan antara Srimuni Bhargawa dengan Bhatara Siwa tentang Brahmarahasyam, yaitu percakapan antara Bhatara Siwa dengan Bhatari Uma dan Sang Kumara tentang Jnanarahsyam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun