PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswa tentu akan sering mendengar sebutan Tuhan Yang Maha Esa karena orang-rang disekitar kita adalah orang-rang yang beragama. Di Indonesia terdapat banyak agama salah satunya adalah Agama Hindu. Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang memiliki sejarah yang panjang dan kompleks.Â
Konsep ketuhanan Agama Hindu dapat dikatakan berbeda dengan agama lain. Dalam Agama Hindu mengajarkan bahwa terdapat sangat banyak dewa dan dewi yang dipuja dan dihormati, namun selain itu semua terdapat satu tuhan yang lebih besar dan tak terbatas yang disebut dengan Brahman. Sesungguhnya kita sebagai umat Hindu ialah umat yang memuja satu tuhan. Hal tersebut terkandung dalam kitab suci Agama Hindu yaitu "Veda". Veda diantaranya adalah kitab Upanisad 4.2.1 "Ekam Evam Adwityan Brahman" dan juga kitab Narayana Upanisad berbunyi " Eko Narayano Nadwityo Stikascit" arti dari kitab tersebut adalah sesungguhkan tuhan itu satu tiada tuhan yang kedua.
Teologi atau Brahmavidya adalah ilmu tentang tuhan. Brahmavidya atau Brahma Tattwa Jnana berasal dari bahasa sanskerta yang berarti teologi atau ilmu yang mempelajari tentang tuhan. Mempelajari ketuhanan sebagai umat yang beragama ialah satu hal yang fundamental dalam kepercayaan di seluruh dunia. Sebagai umat beragama konsep ketuhanan membantu umatnya memahami makna keberadaan, tujuan hidup, serta dapat memberikan panduan dalam berperilaku dan praktek spiritual.
PEMBAHASAN
Brahma Vidya berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti teologi, yakni ilmu yang mempelajari tentang tuhan. Dalam bahasa Yunani Theologia yakni theos yang artinya Tuhan dan logos yang artinya wacana atau ilmu. Jadi kesimpulannya teologi berarti wacana atau ilmu tentang Tuhan. Dalam ilmu agama khususnya dalam Brahmavidya atau yang disebut dengan teologi dalam agama lain dikenal dengan ajaran (isme).Â
Panitya Tujuh Belas menjelaskan ajaran (isme) sebagai paham yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia dengan tuhan, misalnya monisme, panteisme, henoteisme, monoteisme, dan politeisme. Isme diartikan sebagai kepercayaan atau ajaran. Imam Suprayoya dan Tobroni, mengatakan bahwa monoteisme merupakan paham yang berpendapat bahwasanya tuhan itu hanya satu, tunggal, esa, dan tak terbilang. Politeisme merupakan paham yang mengimani, memuja, dan menyembah banyak tuhan. Singkatnya monoteisme adalah kebalikan dari politeisme.Â
Di dalamnya terdapat animisme, dinamisme, serta paganism yang pada intinya berpendapat bahwa di dunia ini terdapat penguasa lain selain tuhan berupa benda-benda alam, dewa dewa, makhluk halus,roh-roh halus, bahkan manusia sendiri. Menurut Raharjo (dalam Imam Suprayogodan tobroni), bahwa henoteisme merupakan paham yang mengkonsentrasikan diri pada tuhan yang tunggal namun masih mengakui adanya tuhan lain dalam mitos.
Menurut Bagus, teologi (Brahmavidya) sendiri ialah bagian dari metafisika yang menyelidiki hal eksisten menurut aspek dari prinsipnya yang terakhir suatu prinsip yang luput dari indrawi tunggal. Objeknya adalah Tuhan : eksistensi-Nya, esensi-Nya, dan aktivitas-Nya. Dijelaskan pula ilmu tentang tuhan tidak memberikan pengetahuan tentang tuhan yang dalam setiap hal sama dengan pengetahuan yang diperoleh dari ilmu tentang objek-objek pengalaman inderadewi sehari-hari. Semua pernyataan yang menjelaskan tentang tuhan tidak cukup memberikan pengetahuan yang memadai tentang-Nya, akan tetapi semata-mata pengetahuan yang bersifat analogis.
Syukur (dalam Suprayogo dan Tobroni), mengatakan bahwa Brahmavidya merupakan pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis, dan koheren tentang apa yang diwahyukan tuhan. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Brahmavidya merupakan refleksi ilmiah tentang Tuhan, yangmana dapat kita artikan bahwasanya Brahmavidya merupakan ilmu yang subjektif yang timbul dari dalam, lahir dari jiwa yang beriman dan bertakwa berdasarkan wahyu Tuhan. Wahono mengatakan bahwa dalam teologi (Brahmavidya) terdapat empat pilar, diantaranya keadilan sosial, kemerdekaan, serta kerakyatan dalam arti cinta kepada manusia. Wahono mengantarkan teologi Kristiani kepada keterjangkauan dalam bentuknya yang lebih bersifat praktis melalui keempat pilar tersebut sehingga umat Kristiani bisa mengembangkan kehidupan baru yang lebih damai dan sejahtera.
Dharmaputera ( dalam Suproyogo dan Tobroni) mengatakan bahwa Brahmavidya merupakan upaya untuk mempertemukan secara dialektis, kreatif, serta eksistensial antara teks dan konteks, antara kerygma yang universal dan kenyataan hidup yang konteksual. Singkatnya, Brahmavidya merupakan sebuah upaya guna merumuskan penghayatan iman pada konteks ruang dan waktu tertentu. Dalam kata lain Brakmavidya juga merupakan pengkajian penghayatan, dan perwujudan nilai-nilai iman dalam memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.