Prangko di Surat Warna Ungu
DN Sarjana
"Pernahkah dulu Aku meminta tuk tuliskan goresan cintamu padaku?
Itu baris kalimat pada lembar kertas warna ungu yang kau kirimkan padaku. Aku masih ingat saat itu hari sabtu. Hari dimana aku sering menanti balasan suratmu.
Dan ketika kau rangkai kata itu, seharian aku memikirkan dirimu. Ada apa? Bagaimana aku bisa cepat bertemu denganmu? Sementara jadwal pulangku rabu depan? Apakah aku harus segera membalas suratmu?
Begitulah risau hati Agung. Seingatnya ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun terhadap Ratih. Kabar sebelumnya baik-baik saja. Terbukti setiap surat yang dikirim Ratih begitu sayang dan mesra.
Agung tak ingin keraguan itu tak terjawab. Ia membatalkan acara olah raga bersama teman kampusnya. Ia bergegas ke kamar kos untuk menjawab surat Ratih.
Sekitar 1 lembar untaian kata tersusun. "Percayalah cintaku hanya untukmu," Â tulisan penutup dari surat itu.
Agung berjalan kaki ke kantos pos. Letaknya tidak begitu jauh. Sengaja Agung menggunakan prangko kilat khusus, sehingga sehari surat itu sudah nyampe.
Ratih adalah gadis pujaannya di Desa Ubud. Ia baru SMA kelas 3. Sementara Agung baru semester 4 di Kampus Keguruan Singaraja.
Hari selasa, hari terakhir Agung mengikuti perkuliahan. Dia sudah tidak lagi bisa fokus. Pikirannya sudah bertemu dengan Ratih di desa.