Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Tak Mudah Mengulang Waktu

16 Maret 2024   20:38 Diperbarui: 16 Maret 2024   20:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TAK MUDAH MENGULANG WAKTU
DN Sarjana

"Aku tak mau mengingat masa lalu. Tapi Aku merasa tersiksa bila goresan ini tak Ku kirimkan. Maafkan Aku Rosalina. Sampai saat ini, tak dapat Aku temukan gadis sepertimu. Apakah luka hatiku ini akan Kau biarkan menyayat dalam tubuhku yang kian rapuh? Dariku Wicaksono."

Ketika pesan whatAap itu dibaca, Rosalina menghentikan makan malamnya. Semua menjadi hambar. Dia memandangi sisa makanan buka puasa.

"Mengapa berhenti makan Kak? Pasti dari mantan ya." Kiki adik perempuan dari ibunya menggoda melontarkan pertanyaan sambil memandangi Rosalina.

Rosalina terdiam. Tak mungkin dia sembunyikan masa lalunya. Masa yang sangat pahit. Masa dimana perahu cinta retak hingga dia terhempas.

"Maaf ya Kak. Adikmu membuka lama. Tapi apa sebenarnya yang terjadi hingga Kakak berpisah dengan Wicak?"

"Kau mendengarkan?"

"Dengan senang hati Kakak. Siapa tahu bisa membagi rasa sakit Kakak.."

Rosalina menarik nafas panjang. Dia mulai bercerita. Perjalanan cinta yang sudah terjalin empat tahun, terpaksa  harus kandas. Bukan karena pihak ke tiga. Cuman semua karena pilihan hidup. Saat itu Rosalina mendapat tawaran bekerja sebagai sekretaris diperusahan nasional.

Tentu tawaran itu sangat menggiurkan. Orang sangat sulit berkarier seperti itu.

Namanya sekretaris, tentu Rosalina sangat dekat dengan pimpinan. Kebetulan pimpinan perusahan tempat bekerja masih terlihat muda, walau dia sudah berkeluarga.

Hingga suatu saat Rosalina harus pergi keluar daerah mengikuti pimpinan karena ada tawaran kerjasama. Rosalina masih mengingat kejadian saat itu.

"Apa harus kamu yang berangkat Ros? Kan masih ada manajer yang membidangi kerjasama?"

"Aku bagian dari tim Wicak. Masih ada yang lain."

"O, begitu. Ok lah. Tapi hati-hati ya. Kamu perempuan Ros."

*****
Waktu terus berjalan. Hubungan cinta Rosalina dengan Wicaksono berjalan dengan baik.

Entah siapa yang bermaksud tidak baik, ternyata poto-poto seolah Rosalina bermesraan dengan pimpinan, terkirim ke hp Wicaksono.

Dapat dibayangkan kemarahan yang meledak pada diri Wicaksono. Dia terus mengumpat dan mengatai diriku dengan ucapan yang tak pantas didengar.

Apapun alibi yang Rosalina sampaikan tidak mau diterima. Akhirnya dia pasrah apapun yang terjadi.

"Hapus air mata mu Kak. Segitunya ya. Lelaki emang gitu. Menang emosi aja. Sudah tahu perempuan itu lemah, ngapain Wicak tidak sabaran?"

"Aku harus bagaimana sekarang Kiki? Dia ingin mendekat padaku lagi."

"Menurutku beri dia pelajaran dulu Kak. Kalau Kakak masih mencintai, nggak apa sih balikan. Aku tahu Kak Wicak orangnya baik."

Begitulah mereka berdua mengakhiri. Ternyata tak mudah mengulang waktu yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun