Malam buka puasa tiba. Farhan dan Suci bergegas menyiapkan hidangan di bilik kecil emperan, tempat mereka biasa makan bersama. Sementara putra semata wayang Rido, sedang lelap tidur.
Farhan menyembunyikan kegembiraan pada istrinya. Ia ingin memberikan kejutan di bulan Ramadhan. Farhan sudah diterima bekerja diperusahan peternakan ayam yang ada di daerahnya. Jaraknya sekitar 15 kilometer. Farhan diterima sebagai pengawas pakan ternak sesuai dengan keahliannya. Farhan memang tamatan Insinyur peternakan.
"Pa, kita doa dulu ya, sebelum buka puasa. Semoga kita selalu diberikan berkah.", kata Suci. Merekapun menikmati buka puasa dengan hidangan seadanya.
Ketika bulan Ramadhan seperti ini, Suci dapat merasakan beban yang dialami suaminya. Ia pasti malu hanya mengandalkan gaji Suci sebagai guru P3K. Namun, cahaya bulan Ramadan memberinya kekuatan. Setiap malam, Suci berdoa agar cinta mereka tetap kuat meskipun hidup seadanya.
Seminggu menjelang malam terakhir Ramadan, Farhan memanggil istrinya untuk duduk bersama di teras rumah. seperti biasa. Sambil menikmati sinar rembulan, kelihatan Farhan senyum-senyum. Ia kemudian menyodorkan selembar kertas kepada istrinya.
"Amplop apa ini Pa?" Suci merasa ragu.
"Silahkan dibaca Ma."
Suci lalu membaca surat yang isinya pemanggilan  Farhan suaminya bisa diterima bekerja diperusahan peternakan.
"Ya, Tuhan begitu besar rahmatMu kepada kami." Gumam suci. Bibirnya sedikit bergetar.
Suci lalu memeluk Farhan erat-erat. Tidak terasa air mata bahagia meleleh di pipinya.
Dalam kehangatan pelukan itu, Suci menyadari bahwa cinta mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh lebih kuat di bawah cahaya bulan suci Ramadhan.