Benar saja senyum Bu Yunita sedikit mengembang. Ia pun berusaha menggenggam jemari Widia muridnya. Bu Widia kelihatan tak ingin mengecewakan muridnya. Â Widia pun menunjukan wajah yang bahagia.
"Ibu, Widia pamit dulu ya. Widia harus menyetrika pakaian untuk sekolah besok. Ibu harus sembuh ya. Teman-teman pasti menunggu kehadiran ibu disekolah."
Dengan perasaan sedih, Widia meninggalkan Ibu Guru Yunita. Dia tidak tega melihat gurunya lemah di atas kasur. Sesekali bayangan ibu guru yang periang dan memberi kasih sayang mengalami sakit seperti itu.
******
Senin, 24 Nopember
Seperti biasa suasana sekolah sangat ramai. Hari itu upacara bendera ditiadakan karena sekalian akan dilaksanakan tanggal 25 Nopember bertepatan dengan hari guru.
Diantara ratusan siswa, tampak Widia beserta teman-teman kelas lima, tidak seriang siswa kelas lainnya. Mereka pasti bersedih karena Bu Yunita guru kelasnya masih tidak bisa hadir.
"Wid, katanya kamu dapat kerumah Ibu Yunita. Bagaimana keadaan Ibu?" Jafar bertanya terkesan sangat serius.
"Ya, bener, gimana keadaan ibu guru Wid?" Viona menimpali bertanya.
Widia berusaha menutupi keadaan Ibu Yunita. "Bu guru baik-baik teman-teman. Cuman beliau perlu istirahat."
Jawaban pendek Widia, tentu menimbulkan kecurigaan.
"Teman-teman, besok aku kerumah Bu Yunita lagi. Kalau ada yang nitip sesuatu silahkan dibawa besok ya. Tapi jangan yang berat-berat."
Selasa, 25 Nopember
Sepulang sekolah, Widia bergegas mempersiapkan barang dan ada juga uang titipan dari teman-temannya. Kebetulan hari ini siswa dipulangkan lebih awal karena peringatan hari guru. Widia ingat akan janjinya, membawakan buah pepaya buat Ibu Yunita. Setelah semua siap, Widia berjalan kaki menuju rumah Bu Yunita.
Kurang lebih empat puluh menit, Widia sudah sampai di rumah kos Bu Yunita. Ada rasa curiga yang menggelayuti perasaan Widia. Dia tidak melihat satu orangpun kerabat Bu Yunita kelihatan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Terlihat di kamar kos nomer dua ada seorang ibu. Ia memberanikan diri bertanya.