Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pojok Perpustakaan

14 Agustus 2023   20:24 Diperbarui: 14 Agustus 2023   20:29 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terimakasih bu. Saya mau pinjam buku ini saja." Sinta menyodorkan buku.

Perasaan Sinta deg-degan. Dari kapan dia suka novel? Bukankah dia suka baca buku kimia dan biologi? Aku dengar dia cari kedokteran. " Bukankah dia berhak membaca novel?" Pikir Sinta.

Teng...teng...teng... Bel pulang sekolah berbunyi. Kita rebutan cari bemo jemputan. Tak disangka aku berpapasan dengan Rio. Sikapku biasa saja. Aku sempat melirik kaca mata tebal yang dipakainya. Pantesan juga dapat juara umum dari kelas IPA. Biasanya para juara ngumpul di kelas IPA1.

Aku berdiri agak jauh. Takut diledekin teman-teman. Bebo jemputan telah tiba. Aku naik bersama Rani. Sekitar 10 meter, tahunya Rio naik ke bemo yang sama. Sialnya lagi aku duduk berhadapan. Hati Sinta deg-degan disaat Rani mulai senyum-senyum. "Pasti dia ledekin aku." Pikir Sinta.

Bener aja, Rani mulai berulah. "Sin, bagaimana buk perpus tadi? Dia tahu ada yang mengambil novel yang mau kau pinjam?"

Sambil menjimpit paha Rani, Sinta mengalihkan pembicaraan. "Ran, baiknya kau diam. Aku mau mabuk. Tadi kebanyakan minum es!" Bisik Sinta pada Rani.

Bukannya Sinta mau ngerti maksudku, tapi dia malah makin ngaco ngeledek. "Ran, kalau aku melihatnya, pasti aku cakar. Sukanya mempermainkan perempuan."

Sinta bener-bener bereaksi. Dia menjimpit paha Rani. Rani menjerit. "Aduh, sakit Sin. Coba tanya Rio. Sakit ndak kalau dijimpit perempuan!"

Tampak Rio tersenyum. Namun wajahnya sedikit memerah, karena dia takut ketahuan mengambil novel itu. Padahal lewat novel itu dia ingin menitip sesuatu yang paling rahasia buat Sinta.

Tidak terasa Rio sudah sampai di depan rumahnya. Dia bergegas turun dari bemo.

"Hai, Rani dan teman-teman. Aku duluan ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun