"Hmm, kenapa pak?"
"Orangnya cantik dan sangat sopan".
"Masak sih pak?"
"Benar. Kalau Mas memacarinya rasanya pas banget. Bodi sudah sama tinggi. Mas ganteng.
Rahman antara percaya dan tidak percaya mendengar ucapan pak Joko. Kok bisa sih kecurigaannya seperti itu. Ah, ngapain juga dipikirin.
"Mas, sudah dekat. Dibangunin dulu".
"Lastri bangun. Sudah nyampe". Rahman mengambil kepala Lastri. yang bersandar di bahunya.
"Oh, aku tertidur ya".
"Ya, dipundakku". Lastri tersenyum. Mereka bergegas menuju lobi hotel, setelah membayar sewa taxi.