"Gimana ibu Ren. Sudah baikan". Reno dengan nada lemah menjawab.
"Masih di ruang icu". Dia tidak lagi bisa melanjutkan kata-kata. Perasaannya begitu pilu.
"Sabar ya Ren. Kita harus lebih banyak berdoa demi kesembuhan ibu". Vivin memegang tangan Reno.
Menjelang sore, Vivin tetap setia menemani Reno di rumah sakit. Tiba-tiba saja tim dokter memanggil keluarga. Reno bergegas keruang icu. Vivin mengikuti jejak Reno. Sesampai di dalam ruang icu, didapati rekaman denyut jantung ibunya berupa garis lurus saja. Para medis dan dokter yang merawat kelihatan cemas. Salah seorang kemudian berkata.
"Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan ibu". Baru sekian ucapan dokter, tangis histeris memecah kesunyian. Reno dan adiknya memeluk jasad ibunya. Vivin tidak kuasa menahan tangisnya. Dia menghampiri Reno. Dia berusaha menenangkan Reno.
"Vin, aku kehilangan semuanya". Suara reno dibalik tangisnya yang sesenggukan.
"Aku masih disisi mu Ren. Aku akan menemanimu selamanya". Vivin menenangkan Reno.
Reno memeluk Vivin. Vivin mengambil seikat bunga mawar yang baru saja diberikan oleh Reno.
"Ren, bunga ini aku titipkan sama ibu. Aku ingin buktikan kesetianku padamu dihadapan ibu, walau beliau sudah tiada".
"Terimakasih Vin. Hanya kamu yang bisa menggantikan ibu".
Mereka bergegas mempersiapkan penguburan ibunya. Ternyata seikat bunga mawar di hari valentin, hanya isyarat ikatan cinta mereka harus dijaga.
Bali, 13 2 23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H