Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembang Api Terakhir

17 Juli 2023   15:53 Diperbarui: 17 Juli 2023   16:13 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber poto pixabay.com. Gratis

"Ah, tak percaya. Gadis sepertimu tidak ajak pacar".

"Bener kok. Aku sendiri. Situ mana pacarnya".

"Sama aku sendirian"

Pembicaraan mereka sepertinya sudah cair. Kayak es saja. Sementara gelegar petasan saling bersahutan di langit. Demikian juga suara terompet dan nyala kembang api menerangi malam. Anak anak lincah bermain di rumput nan luas. Barangkali seluas harapan antara Niken dan Randu.

"Apakah ini benar hari terakhir?" Randu berusaha meyakinkan apa yang dikatakan Niken baru san.

"Iya Mas Randu. Aku harus berangkat kerja ke luar negeri tanggal dua nanti. Masa cutiku telah habis. Mudahan tahun depan Niken dapat cuti lagi".

Mendengar ucapan Niken, rasa tak percaya bergelayut di dada Randu. Pertanyaan mengalir seirama dengan kerinduannya mendengar ucapkan kata cinta dari Niken. Dia pun merasa tak pantas mengucapkan kata itu. Suara gemuruh petasan mengiringi gemuruh kata hati Randu soal cinta. Hari bertambah malam. Pengunjung taman kota mulai pada pulang. Niken pun bersiap-siap untuk pulang. Dia memanggil-manggil adiknya yang masih asik bermain.

"Mas Randu, aku pulang. Ini sudah cukup malam. Kasihan adikku sudah lama bermain".

 "Sampai jumpa Niken. Kembang api terakhir yang kita nyalakan, semoga menjadi bara cinta kita nanti".

 "Iya Mas Randu. Sampai jumpa nanti". Niken mengulum senyum sambil melepas pegangan kembang api. Diambilnya  tangan adiknya, sambil menjauh meninggalkan Randu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun