Matahari merah jingga mulai tampak di kaki barat laut. Uh panorama yang indah. Siluet riak laut pantai Kuta sangat menawan. Makin malam pengunjung makin ramai dan gelap menyapu hamparan pasir putih. Suasana teramat indah bila menjalin kekasih ditempat ini. Sambil menikmati, aku tak lepas melirik perempuan tadi. Dia masih ada, tapi ada yang menemani.
Perasaanku menjadi tidak enak. Apakah dia laki-laki?
Tanya berkecamuk karena malam makin malam.
"Sama teman ya". Aku menggodanya.
"Ya mas. Dia teman kosku. Teman sekerja di villa Canggu".
Aku melirik. Jalan napasku lega. Karena kulihat seorang perempuan. Aku jadi bingung sendiri.
Mengapa aku harus cemburu? Perempuan itu kan bukan apa-apaku. Kenal saja baru. Ah, aku tak mengerti jua. Dalam kegundahan, aku hanya sempat meminta no hp, sebelum perempuan itu menjauh, meninggalkanku sendirian. Aku kesal. Aku memukul-mukul pasir laut. Mengapa aku tidak kenalan nama. Mengapa aku tidak tanya alamat. Mengapa? Mengapa berlarian dipikiranku, sambil tinggalkan pantai Kuta yang kian gelap. Hanya gemerlap lampu dipinggiran dan di hotel yang berjajar nampak indah. Aku mengambil motor menuju rumah.
Hari terus berlalu. Bayang perempuan itu setiap saat menghampiri ingatanku. Hanya lewat telpon kami sering berbincang. Perbincangan sebatas kerja di hotel. Ingin rasanya pertemuan pertama terulang lagi. Namun sebagai pekerja hotel, mencari waktu libur bukanlah hal yang mudah.
Mungkin ini namanya jodoh, kesetian terus terpaut walau hanya seringan lewat vidio call. Kami mencurahkan rasa cinta lewat untai kata-kata.
Sesekali kami bertemu langsung. Entah mengapa juga kami lebih suka bertemu di pantai. Hingga suatu waktu, kami sepakat bertemu di pantai Seseh.
"Aku sudah disini. Agak ketimur, dekat sungai".