Mohon tunggu...
Devivi Ariana
Devivi Ariana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Laut Bercerita", Kepada Mereka yang Dihilangkan dan Tetap Hidup Selamanya

28 Juni 2024   16:27 Diperbarui: 28 Juni 2024   17:06 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, apa kabar semua? kembali dengan saya. Di sini saya akan menganalisis sebuah novel yang populer di kalangan remaja.

Laut Bercerita merupakan salah satu novel fiksi karya Leila S. Chudori, seorang penulis terkenal Indonesia. Karya ini tidak hanya menceritakan kisah tentang persahabatan, cinta, kekeluargaan, pengkhianatan, dan perjuangan, tetapi juga menggali lebih dalam tentang periode kelam sejarah di Indonesia. Kisah yang terinspirasi oleh peristiwa ditahun 1998, tragedi penculikan dan penghilangan aktivis pro-demokrasi di masa Orde Baru.

Leila S. Chudori membawa pembaca mampu menggambarkan emosi-emosi dengan cara yang realistis dan menyentuh hati dari kehilangan dan perlawanan melalui perspektif tokoh-tokoh yang berbeda. Karya ini tidak hanya menggambarkan penderitaan fisik akibat penindasan, tetapi juga trauma psikologis yang harus dihadapi oleh mereka yang ditinggalkan.

Novel tersebut memiliki ketebalan sebanyak 379 halaman. Dimana menggunakan alur maju-mundur dan sudut pandang yang berbeda-beda untuk menceritakan kisah para karakternya. Di novel ini terdapat dua bagian.

Bagian pertama dari sudut pandang Biru Laut, menceritakan tentang seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris. Laut sangat menyukai dunia sastra dan hal-hal yang memiliki unsur-unsur sastra, seperti buku klasik karya Pramoedya Ananta Toer yang pada masa orde baru buku tersebut dilarang beredar di Indonesia.

Laut memutuskan untuk membeli buku tersebut secara rahasia dan membuat duplikatnya di tempat yang dilarang untuk fotokopi. Di sinilah Laut bertemu dengan Kinan, yang mengenalkan Laut sebuah organisasi Winastra dan Wirasena. Sejak itu lah Laut bergabung dengan Winastra. Laut semakin aktif berdiskusi buku dengan rekan-rekannya dan melakukan tindakan untuk membela rakyat serta meminta pemerintah untuk mengembalikan hak-haknya sebagai warga negara.

Perjuangan Laut dan teman-temannya sebagai aktivis tidaklah mudah. Selama diskusi, mereka secara tiba-tiba diganggu oleh intelijen yang datang ke markas mereka. Kemungkinan ada bahwa seseorang telah menyebarkan apa yang telah didiskusi mereka. Beberapa anggota organisasi Winatra memiliki curiga terhadap Naratama, yang tidak terlihat saat penangkapan.

Kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba menghilang. Disusul oleh beberapa temannya yang lain, yang tiba-tiba menghilang. Laut, Alex, dan Daniel pun ikut menghilang. Siksaan yang mereka terima selama penyekapan sangatlah sadis dan biadab. Sehingga membuat pembaca merasakan betapa berjuang dalam melawan kekejaman.

Novel ini juga mendorong pembaca untuk mempertimbangkan efek kekerasan politik terhadap keluarga dalam jangka panjang.

Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali-kali....

Bagian kedua menggambarkan Asmara Jati, adik dari Laut, dari sudut pandang yang berbeda. Asmara mengalami trauma dan kesedihan yang parah. Pada tahun 2000, dua tahun setelah Laut dan tiga belas temannya menghilang. Asmara dan teman-temannya mendirikan organisasi khusus untuk orang yang menghilang secara paksa, seperti kakaknya. Ia bekerja sama dengan keluarga dan orang tua teman laut yang hilang.

Asmara Jati harus berperang dengan batinnya dalam menghadapi kedua orang tuanya yang tidak menganggap keberadaannya setelah mengetahui hilangnya sang kakak, Biru Laut. Asmara juga harus menghadapi sikap para orang tua aktivis yang belum bisa menerima kehilangan anaknya.

Karya novel ini memiliki nilai estetika yang tinggi karena menggabungkan elemen cerita seperti petualangan, misteri, dan pemikiran filosofis. Dengan menggunakan bahasa yang puitis, seperti kata jadul atau lawas dapat membuat bahasa menjadi berat. Serta menjadikan kosa kata baru bagi pembaca sehingga membuat pembaca harus teliti.

Laut Bercerita juga membuat para pembaca membangkitkan imajinasi seolah-olah merasakan yang dialami oleh tokoh. Novel ini juga memiliki potensi untuk di adaptasi menjadi sebuah karya seperti film atau teater.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun