Â
Kesimpulan
Raden Ngabehi Ranggawarsita, lahir pada 14 Maret 1802 di Surakarta, adalah pujangga dan filsuf yang dikenal sebagai "pujangga terakhir" dari sastra Jawa klasik. Ia berasal dari keluarga terkemuka dan menunjukkan bakat sastra sejak muda. Karya-karyanya, termasuk Serat Kalatidha, mencerminkan kritik sosial dan politik terhadap masyarakat pada masanya, menggambarkan tiga era: Kalatidha (ketidakpastian), Kalabendhu (kehancuran), dan Kalasuba (keemasan).
Pemikiran Ranggawarsita relevan dalam analisis korupsi modern di Indonesia. Era Kalatidha mencerminkan krisis moral yang sejalan dengan kondisi saat ini, di mana egoisme dan ketidakpercayaan merajalela. Kalabendhu menggambarkan hilangnya norma sosial akibat korupsi yang meluas. Sebaliknya, Kalasuba menawarkan harapan akan kemakmuran dan keadilan yang dapat dicapai melalui kepemimpinan berintegritas.
Ranggawarsita mengusulkan solusi untuk mengatasi korupsi melalui pemimpin berbudi luhur, pendidikan moral, transparansi, dan penguatan lembaga anti-korupsi. Dengan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan nilai-nilai keadilan dan moralitas dapat ditegakkan, menuju tercapainya era Kalasuba yang diidamkan. Warisan Ranggawarsita sebagai pujangga dan pemikir sosial tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang dalam memperjuangkan keadilan sosial dan moralitas.
Daftar Pustaka
Darmaji, L. d. (2022, Desember). Filsafat Sejarah menurut Raden Ngabehi Ranggawarsita. Jurnal Kalam dan Filsafat, Vol. 4, No. 2, 23-34.
Widiyanarko, Dian. "Unsur-unsur Filsafat Sejarah Dalam Pemikiran R.Ng. Ranggawarsita." Jurnal Filsafat, No.1 (April 2004).
Prabowo, Dhanu Priyo. Pengaruh Islam Dalam Karya-Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Yogyakarta: Narasi Press,2003.
Purwadi. Ramalan Zaman Edan Ranggawarsita. Yogyakarta: Media Abadi, cet.2 2005.
Widyawati, Wiwin. Serat Kalathida. Yogyakarta: Pura Pustaka, 2012.