Mohon tunggu...
Devita Wijayanti
Devita Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010180

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

24 Oktober 2024   20:31 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:47 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep Herakleitos tentang panta rhei turut memengaruhi pemikiran Aristoteles dalam bidang gerak. Dalam ajarannya tentang fisika, Aristoteles menelaah gerak spontan bendabenda jasmani. Obyek kajian "gerak" yang dimaksudkan oleh Aristoteles adalah "perubahan" pada umumnya. Dengan kata lain, gerak yang diselidiki oleh Aristoteles tidak dalam konteks makna gerak lokal. Gerak lokal hanya dititikberatkan pada salah satu perubahan saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh Herakleitos bahwa tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap; demikian juga dengan Aristoteles. Aristoteles membedakan dua macam gerak, yaitu gerak substansial (perubahan dari satu substansi menjadi substansi lain) dan gerak aksidental (perubahan yang terjadi hanya pada salah satu aspek saja dan ditempuh oleh berbagai macam cara, seperti: gerak lokal, gerak kualitatif dan gerak kuantitatif).

2. Parmenides

Parmenides adalah seorang filsuf yang hidup pada mazhab Elea. Parmenides memberikan sumbangsih yang berharga bagi pemikiran Aristoteles. Dia mempersoalkan tentang "yang ada". Menurut dia, hanya "yang ada" itu "ada" sedangkan yang "tidak ada" itu "tidak ada". Oleh karena pemikirannya itu, dia dianggap sebagai pencetus metafisika. Parmenides mengatakan bahwa yang "ada" itu satu, utuh, tetap, tidak dapat dihancurkan, tidak terbagikan dan tidak berubah. Dia menyamakan "yang ada" dengan pemikiran. "Yang ada" bisa dipikirkan dan yang bisa dipikirkan itulah "yang ada". Kalau tidak dapat dipikirkan berarti tidak ada. Mustahil bahwa "yang ada" itu "tidak ada", atau "yang ada" itu "ada" sekaligus "tidak ada."

Pemikiran Parmenides mengenai "yang ada" memengaruhi pemikiran Aristoteles tentang "Penggerak Pertama yang tidak digerakkan." Menurut Aristoteles, gerak dalam jagat raya tidak bermula maupun berakhir. Segala yang bergerak digerakkan oleh yang lain. Dalam hal ini perlu diterima Penggerak Pertama sebagai sumber segala gerak, tetapi Ia sendiri tidak digerakkan oleh yang lain. Penggerak Pertama harus bersifat abadi, sama halnya dengan gerak yang dihasilkannya. Allah sebagai Penggerak Pertama tidak terikat pada kerangka potentiaactus. Allah harus dipandang sebagai Actus Murni. Satu hal yang menarik dari Aristoteles adalah tentang pemikiran. Menurut Aristoteles, Allah itu bersifat imaterial, Ia harus disamakan dengan pemikiran atau kesadaran. Sebab Allah adalah "pemikiran yang memandang pemikiran-Nya" (noesis noeseos).

3. Sokrates

Sokrates merupakan filsuf yang dihukum mati dengan cara meminum racun maut. Dia dituduh telah mengkhianati dewa-dewa Yunani dan menyampaikan ajaran sesat. Sokrates tidak mewarisi tulisan apapun. Namun, ajaran dari filsuf ini banyak dikenal melalui informasi yang disampaikan oleh para muridnya, seperti: Plato, Aristophanes, dan Xenophon. Salah satu ajaran Sokrates yang turut memengaruhi pemikiran Aristoteles adalah eudaimonia. Ajaran tentang kebahagiaan termaktub dalam karyanya yang berjudul etika. Dalam peristilahan Yunani, penggunaan kata eudaimonia bertalian erat dengan makna "jiwa yang baik". Eudaimonia sering juga diterjemahkan dengan kata kebahagiaan. Kata kebahagiaan harus dipahami secara komprehensif. Kebahagiaan yang dimaksudkan oleh Sokrates adalah kebahagiaan yang bersifat eksistensial. Kebahagiaan eksistensial berkaitan dengan keadaan obyektif seseorang, yakni suatu keadaan di mana seluruh dimensi kemanusiaan mengalami perkembangan. Untuk mencapai eudaimonia orang harus memiliki keutamaan pengetahuan akan yang baik.

Konsep eudaimonia atau kebahagiaan juga dibahas oleh Aristoteles. Hal ini dapat ditemukan dalam karyanya tentang Etika Nikomakea. Mengenai eudaimonia, Aristoteles menandaskan bahwa kebahagiaan menjadi tujuan akhir manusia. Kebahagiaan menjadi tujuan akhir karena dengan menggapai kebahagiaan, manusia tidak akan menyibukkan diri lagi dengan hal-hal lain untuk memenuhi keperluannya. Selain itu, kalau orang sudah menggapai kebahagiaan, sangat mustahil baginya untuk mencari sesuatu yang lain. Kebahagian itu baik dan bernilai pada dirinya sendiri. Akan tetapi, Aristoteles memiliki pandangan yang berseberangan dengan Sokrates dalam hal medium untuk mencapai kebahagiaan. Jikalau Sokrates hanya menekankan keutamaan intelek, maka Aristoteles menambahkan satu hal yang perlu dikembangkan, yaitu perealisasian teori dalam kehidupan praktis.

4. Plato

Plato sangat berpengaruh dalam dunia filsafat. Plato telah menghasilkan berbagai karya. Hampir semua tulisan Plato dikemas dalam bentuk dialog dengan menempatkan Sokrates sebagai tokoh utama. Salah satu karya Plato yang sangat populer adalah Politeia, suatu buku yang memuat ajaran Plato tentang negara. Ulasan-ulasan di dalam buku ini sangat memengaruhi pemikiran Eropa selanjutnya. Mengenai dunia ide, Plato berpendapat bahwa hal yang tetap dan nyata hanya terdapat di dunia ide. Alam inderawi merupakan pantulan dari dunia ide. Maka dari itu, alam inderawi bersifat tidak tetap dan dapat hancur. Hanya dunia ide yang tinggal tetap. Dalam diskursus tentang mencapai hidup yang baik, Plato berpandangan bahwa kehidupan yang baik hanya dapat dicapai di dalam polis. Manusia yang hidup sendiri tidak mungkin menggapai hidup yang baik.

Pemikiran Plato tentang negara juga memengaruhi pandangan Aristoteles mengenai negara. Menurut Aristoteles, keberadaan suatu negara ditentukan oleh keadaan kodrati makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia akan membentuk komunitas hidup bersama. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Hal itu hanya dapat terwujud dalam polis. Sehingga Aristoteles mengatakan demikian: "Dari kodratnya, manusia adalah makhluk ber-polis (anthropos physei politikon zoon)". Walaupun Aristoteles mendapat pengaruh dari Plato, dalam banyak hal Arsitoteles tidak memiliki pendirian yang sama dengan Plato. Misalnya, konsep dunia ide yang dicetuskan oleh Plato. Menurut Aristoteles, ide-ide tidak terletak dalam suatu "surga" di atas dunia ini, melainkan di dalam benda-benda sendiri. Setiap benda memiliki dua unsur pembentuk, yaitu materia dan forma. Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi.

Mengapa Pemimpin harus Memahami Kebutuhan dan Aspirasi Rakyat Menurut Aristoteles?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun