Mohon tunggu...
Devita Lucia Putri
Devita Lucia Putri Mohon Tunggu... Guru - Anak kampus

@devitalucia_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karakteristik Peserta Didik di Sekolah Dasar

3 November 2019   21:17 Diperbarui: 3 November 2019   21:24 4833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan dimaknai sebagai usaha membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya untuk menghadapi masa depan. Ada dua hal penting yang harus diwujudkan dalam proses penyelenggaraan pendidikan, yaitu mengembangkan kemampuan peserta didik dan membentuk watak peserta didik. 

Tujuan dari proses pendidikan melalui pembelajaran adalah perubahan kualitas tiga aspek pendidikan, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Barnawi dan Arifin (2012:29) bahwa tujuan pembelajaran ialah peningkatan wawasan, perilaku, dan keterampilan dengan tujuan akhirnya adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu caranya adalah dengan menerapkan pendidikan karakter di sekolah, yakni dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap pelajaran. 

Dengan demikian, selain untuk menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, proses pembelajaran juga dirancang untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari dan menginternalisasi nilai-nilai karakter, dan menjadikannya perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter dapat diartikan sebagai nilai-nilai tingkah laku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan. 

Maksudin (2013:3) mendefinisikan karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara. 

Sementara Scerenko (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. 

Sedangkan Samani dan Hariyanto (2014:41) memaknai karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Karakter banyak diartikan sama dengan budi pekerti, akhlak mulia, dan juga moral. Oleh karena itulah, banyak orang menyebutkan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak mulia, atau pendidikan moral (Maksudin, 2013:3). Pendidikan karakter merupakan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil (Hudiyono, 2012:24). Pranata (2013:44) menyebutkan pendidikan karakter adalah suatu program yang mendidik manusia supaya menjadi bermoral atau berakhlak mulia dengan menekan aspek perkembangan penghayatan dan praktik nilai-nilai kebijakan bagi pengembangan diri sebagai pribadi, warga negara dan warga masyarakat global. Pelaksanaan pendidikan karakter bertujuan untuk menjadikan peserta didik berkarakter baik.

Tujuan dari pendidikan karakter menurut Salahudin (2013:109---110) antara lain

(1) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab;

(2) mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan;

(3) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, dan penuh kreativitas.

Menurut Kesuma, Triatna, dan Permana (2012:9) pendidikan karakter memiliki tiga tujuan utama. Pertama, menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang diangap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Kedua, mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak berkesesuaian dengan nila-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Ketiga, membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Pendidikan karakter bukan sekedar masalah pengetahuan saja, namun lebih kepada kepribadian dan perilaku siswa sehari-hari. Membangun karakter siswa merupakan tugas bersama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat/lingkungan sekitar. Sekolah sebagai lingkungan akademis dan sosial bagi anak harus memberikan kondisi yang kondusif bagi pembentukkan karakter yang baik bagi anak. Membudayakan anak menghormati orang yang lebih tua, menghargai pendapat orang lain, bersikap demoktratis, tidak diskriminatif, dan mendorong siswa untuk lebih kompetitif dalam prestasi.

Kegiatan pembelajaran bermuatan pendidikan karakter merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang menjadikan peserta didik tidak hanya menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, tetapi juga menjadikan peserta didik mengenal nilai, menyadari nilai, dan menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Julaiha (2014) bahwa pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pengenalan nilai-nilai, pengintegrasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Hal yang senada juga disampaikan oleh Ghufron (2010) yang menuturkan bahwa pengintegrasian nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kegiatan pembelajaran berarti memadukan, memasukkan, dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik dan benar dalam rangka membentuk, mengembangkan, dan membina tabiat atau kepribadian peserta didik sesuai jati diri bangsa tatkala kegiatan pembelajaran berlangsung.  

Pelaksanaan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pendidikan karakter. Pada tahap perencanaan pembelajaran, silabus, RPP maupun bahan ajar dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi pelaksanaan pendidikan karakter. Gunawan (2012:225) menjelaskan cara mudah untuk menyusun perencanaan pembelajaran yang memfasilitasi pelaksanaan pendidikan karakter adalah dengan mengadaptasi silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah ada dengan menambah atau mengadaptasi kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadari pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai. Gunawan (2012:225) juga memaparkan setidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen, yaitu  (1) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian siswa dalam hal karakter; (2) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter; (3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penialain yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter.

Pengertian Anak SD

Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 -- 12 tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak (Jatmika,2005).

Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6 -- 7 tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah dasar terdiri dari periode kelas rendah dan periode kelas tinggi.

Karakteristik siswa kelas rendah sekolah dasar adalah sebagai berikut:

(1) Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah,

(2) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri,

(3) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,

(4) Pada masa ini (terutama pada umur 6 -- 8tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak,

(5) Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam dunianya,

(6) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu  dianggap tidak penting (Notoatmodjo,2012).

Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi

Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah sebagai berikut:

(1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret,

(2) Realistik, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin belajar,

(3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,

(4) Pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri,

(5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah,

(6) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional mereka membuat peraturan sendiri (Notoatmodjo,2012).

Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Menurut Supariasa (2013), karakteristik anak usia sekolah umur 6 -12 tahun terbagi menjadi empat bagian terdiri dari:

1) Fisik/Jasmani

a) Pertumbuhan lambat dan teratur.

b) Anak wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat di banding laki-laki dengan usia yang sama.

c) Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa ini.

d) Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus.

e) Pertumbuhan tulang, tulang sangat sensitif terhadap kecelakaan.

f) Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan besar, senang makan dan aktif.

g) Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini.

2) Emosi

a) Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan diri sendiri, mudah cemas jika ada kemalangan di dalam keluarga.

b) Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis.

3) Sosial

a) Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang bersaing, mulai menunjukkan sikap kepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diri, jujur, sering punya kelompok teman-teman tertentu.

b) Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan wanita bermain sendiri-sendiri.

4) Intelektual

a) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar dalam belajar dan keterampilan, ingin coba-coba, selalu ingin tahu sesuatu.

b) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat.

Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

Menjadi guru yang baik memang tidak cukup dengan mengandalkan penguasaan materi saja, namun menjadi guru yang baik adalah guru tersebut dapat mengenali dan memahami karakteristik peserta didiknya (Saryati, 2104:669).

Dengan cara mengenali dan memahami karakteristik peserta didik guru tersebut dapat tahu apa yang dibutuhkan oleh siswa dan mampu mengarahkan serta membimbing siswa nya, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik.

Dalam praktik belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru di lingkungan sekolah dasar seringkali dijumpai ketidak sesuaian dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan siswa. Penggunaan model, strategi, metode dan media yang selalu sama, bahkan pada umumnya pembelajaran yang dilakukan guru tanpa menggunakan media (Nurhasanah dkk., 2014:2).

Sehingga pada semua mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, membuat peserta didik kurang termotivasi dan kurang bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran di setiap hari nya di dominasi oleh keaktifan guru dalam hal ini siswa cenderung pasif dalam pembelajaran perlu adanya intruksi langsung dari guru agar siswa mau beranjak dari tempat duduknya dan bergerak aktif di dalam pembelajaran.    

Menurut Hariyono (2014:5) bahwa masa anak usia sekolah dasar adalah

masa anak-anak akhir yang berangsur dari usia 6 tahun sampai kira-kira usia 11

tahun atau 12 tahun.

Menurut Supriadi (2013:80) menjelaskan bahwa anak usia sekolah dasar ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang

berusia lebih muda, mereka lebih senang bermain, senang bergerak, senang

berkerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara

langsung.  

Disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik di sekolah dasar pada

umum nya terutama di kelas rendah mereka lebih suka bergerak,bermain, mencoba hal yang baru, senang berkerja dalam kelompok dan senang melakukan

sesuatu secara langsung. Anak sekolah dasar terutama dikelas  rendah sangat

mudah menerima pengetahuan-pengetahuan baru yang diajarkan oleh guru dalam

hal ini peserta didik perlu diberikan arahan-arahan agar potensi yang dimiliki oleh

peserta didik dapat berkembang secara luas. Tidak hanya itu seorang guru harus

berperan dalam perkembangan belajarnya karena seorang guru merupakan contoh

yang ditiru oleh peserta didik.  

Konsep Dasar Pendidikan Karakter  

Istilah karakter dalam bahasa yunani dan latin, charassein yang artinya "mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan" watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.  

Konsep dasar pendidikan karakter tertuang dalam Permendikbud No 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti tahun 2015. Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) bertujuan:

1. menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan,

2. menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat,

3. menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan keluarga, dan/ atau

4. menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Karakter akan terbentuk bila aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi sudah menjadi suatu karakter. Pembentukan karakter tidak dapat dilepaskan dari life skill. Life skill sangat berkaitan dengan kemahiran, mempraktekkan/ berlatih kemampuan, fasilitas, dan kebijaksanaan. Proses pengembangan keterampilan dimulai dari sesuatu yang tidak disadari dan tidak kompeten, kemudian menjadi sesuatu yang disadari dan kompeten.

Penanaman karakter dengan cara menanamkan nilai-nilai universal untuk mencapai kematangan karakter melalui penanaman cinta kasih dalam keluarga. Rasa rendah diri dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri dan keluarga. Pendidikan sekarang ini masih melahirkan generasi yang ahli dalam pengetahuan sains dan teknologi, hal ini bukan merupakan suatu prestasi, karena pendidikan seharusnya menghasilkan generasi dengan kepribadian yang unggul dan sekaligus mengasai ilmu pengetahuan.  

Penanaman dan pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama. Keluarga menjadi kiblat perjalanan dari dalam kandungan sampai tumbuh menjadi dewasa dan berlanjut di kemudian hari. Lingkungan sekolah saat ini memiliki peran sangat besar pembentukan karakter anak. Peran guru tidak hanya sekedar sebagai pendidik semata, tetapi juga sebagai pendidik karakter, moral dan budaya bagi siswanya.

Prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan nilai atau karakter bangsa yaitu:

1. Nilai dapat diajarkan atau memperkuat nilai-nilai luhur budaya bangsa melalui olah pikir, olah rasa, olah karsa, olah qalbu, dan olah raga dihubungkan dengan objek yang dipelajari yang terintegrasi dengan materi pelajaran.

2. Proses perkembangan nilai-nilai/karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan pembelajaran.

3. Proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa merupakan proses yang berkelanjutan sejak peserta didik masuk dalam satuan pendidikan

4. Diskusi tentang berbagai perumpamaan objek yang dipelajari untuk melakukan olah pikir, olah rasa, olah qolbu, dan olah raga untuk memenuhi tuntutan dan munculnya kesadarn diri sebagai hamba Allah, anggota masyarakat dan bangsa maupun warga negara, dan sebagai bagian dari lingkungan tempat hidupnya.

5. Program perkembangan dirinya melalui kegiatan-kegiatan rutin budaya sekolah, keteladanan, kegiatan spontan pada saat kejadian, pengkondisian dan pengintegrasian pendidikan nilai karakter dengan materi pelajaran, serta merujuk kepada pengembangan kompetensi dasar setiap mata pelajaran.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter

  Era modern memacu para pendidik untuk menghasilkan anak-anak bangsa yang sanggup menempatkan diri di tengah deru perubahan yang cepat, pilihan-pilihan jamak dan hidup yang cepat serta penuh tekanan. Lebih dari itu, para pendidik berkewajiban moril untuk mendorong mereka menjadi orangorang yang hidupnya mampu menggali makna dan memiliki akar pada nilai-nilai yang luhur, gambar diri yang kokoh dan ambisi-ambisi yang bermanfaat bagi manusia lain selain diri sendiri. Pendidik harus menghasilkan peserta didik yang mandiri, artinya mampu memilih berdasarkan nilai-nilai, gambar diri yang kokoh dan ambisi yang tepat. Penanaman karakter dalam perannya dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan watak, (jujur, cerdas, peduli, tangguh) merupakan tugas utama pendidika.

2. Mengubah kebiasaan buruk tahap demi tahap yang pada akhirnya menjadi bak. Dapat mengubah kebiasaan senang tetapi jelek yang pada akhirnya menjadi benci tetapi menjadi baik.

3. Karakter merupakan sifat yang teranam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan.

4. Karakter adalah sifat yang terwujud dalam kemampuan daya dorong dari dalam kelar untuk menampilkan perilaku terpuji dan mengandung kebajikan.

Penanaman-penanaman nilai karakter tersebut dapat diimplementasikan dan dijadikan budaya sekolah. Proses yang efektif untuk membangun budaya sekolah adalah dengan melibatkan dan mengajak semua pihak atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan komitmennya. Keyakinan utama dari pihak sekolah harus difokuskan pada usaha menyemaikan dan menanamkan keyakinan moral, nilai dan norma.

Banyak nilai yang dapat dan harus dibangun di sekolah, seperti nilai peduli dan kreatif, jujur, tanggung jawab, disiplin, sehat dan bersih, saling peduli antar sesama. Sekolah adalah laksana taman atau lahan yang subur tempat menyemaikan dan menanam benih-benih nilai tersebut. Untuk itu, kepala sekolah, para guru dan karyawan harus fokus pada usaha pengorganisasian yang mengarah pada harapan di atas.

Peran Keluarga, Guru dan Masyarakat  dalam Pendidikan Karakter

Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter

Orang tua dapat terlibat dalam kegiatan pembudayaan dan penanaman karakter melalui beberapa kegiatan. Orang tua secara aktif dapat memantau perkembangan perilaku anak mereka melalui buku kegiatan siswa yang sudah disiapkan pihak sekolah. Orang tua secara aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan antara orang tua dengan wali kelas dan guru-guru kelas.

Peran Guru dalam Budaya Karakter di Sekolah  

Guru memepersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan setiap nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan ke dalam mata pelajaran yang diampunya. Guru dapat memilih cara-cara tertentu dalam proses pembelajarannya, seperti menyampaikan berbagai kutipan yang berupa kata-kata mutiara atau peribahasa yang berkaitan dengan karakter, cerita pendek, diskusi kelompok, membuat karangan pendek dan sebagainya. Setiap sekolah hendaknya menentukan kegiatan khusus yang dapat mengikat para guru untuk melakukan kegiatan tersebut secara berkelanjutan.

Berikut contoh penerapan keteladan pendidikan karakter di sekolah:

a. Guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang jam 1.30, kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk komitmen mereka terhadap budaya yang telah berlaku di sekolah yang bersangkutan.

b. Sekolah memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, usaha, dan memberikan komitmennya, semua karyawan dan siswanya akan termotivasi untuk bekerja keras, inovatif, dan mendukung perubahan.

c. Sekolah memberikan apresiasi pada saat upacara bendera pada hari senin, untuk guru, karyawan dan siswa yang berprestasi. Cara yang dilakukan ini memotivasi setiap guru, karyawan dan siswa untuk meraih prestasi-prestasi tertentu.

d. Sekolah menerapkan Kegiatan Gotong Royong setiap satu semester.

Peran Masyarakat dalam Pendidikan Karakter  

Sekolah bersama komite sekolah dan masyarakat secara bersama-sama menyusun suatu kegiatan yang dapat mendukung terwujudnya pembudayaan dan penanaman karakter yang baik bagi seluruh warga sekolah kegiatan yang dapat dilakukan antara lain seperti, melakukan gotong royong membersihkan tempat-tempat umum seperti masjid, sungai, dan lainnya. Masyarakat juga memainkan peran tak kalah pentingnya sebagai contoh atau model yang dapat menjadi pendorong keberhasilan para siswa dalam menerapkan nilai norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter yang baik. Tokoh tokoh seperti pemangku adat dan ustadz bisa dihadirkan di sekolah untuk mengadakan kegiatan sharing atas kehidupan dan keberhasilan mereka.

KESIMPULAN

Karakter akan terbentuk bila aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi sudah menjadi suatu karakter. Pendidikan karakter dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang berkaitan denga norma-norma perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa sekolah dan guru dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian diri siswa. Seperti Pemenuhan Fisiologi, Pemenuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang dan Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri, dan Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/38852/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/574/4/Chapter2.doc.pdf

http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JPD/article/download/439/pdf

http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/download/10160/4847

Barnawi & Arifin. 2012. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudiyono. 2012. Membangun Karakter Siswa. Jakarta: Esensi, Erlangga Grup.

Julaiha, S. 2014. Implementasi Pendidikan dalam Pembelajaran. (Online), (http://journal.iainsamarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/15/pdf_16, diakses 22 Juni 2016).

Ghufron, A. 2010. Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan Pembelajaran. (Online), (http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/230/pdf_23, diakses 20 Juni 2016).

Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015. Jakarta: Permendikbud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun