Mohon tunggu...
Devita Dewi Christanti
Devita Dewi Christanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

just an ordinary college student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya Mengurangi Food Waste di Indonesia dengan Penerapan Budaya Mottainai

30 Mei 2024   22:17 Diperbarui: 30 Mei 2024   22:33 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Permasalahan lingkungan hidup merupakan suatu permasalahan global yang kompleks dan mendesak karena dampak yang ditimbulkan dari permasalahan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia, mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga kelestarian alam dan ekosistem. Salah satu permasalahan lingkungan yang sedang terjadi di Indonesia dan banyak dibicarakan oleh masyarakat saat ini adalah food waste atau limbah makanan.

Food waste mengacu pada makanan yang memiliki kualitas baik dan layak untuk dikonsumsi, tetapi tidak dikonsumsi dan dibuang karena berbagai alasan, seperti kurangnya penerapan Good Handling Practice (GHP), kualitas penyimpanan yang tidak memadai, standar kualitas pasar dan preferensi konsumen, kurangnya informasi/edukasi untuk penyedia layanan makanan dan konsumen, serta perilaku konsumen yang memesan makanan dengan porsi yang berlebihan.

Masalah food waste menjadi isu yang cukup serius dan ramai diperbincangkan karena Indonesia diklaim sebagai salah satu negara penghasil food waste terbesar di dunia, dan diperkirakan mencapai 300 kg/kapita/tahun. Jumlah yang besar tersebut menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat terkait dampak yang ditimbulkannya, hal ini karena food waste tidak hanya merugikan lingkungan saja tetapi juga ekonomi dan sosial masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bappenas yang bekerja sama dengan Waste4Change dan World Resource Institute, food waste memberikan dampak yang cukup besar terhadap pemanasan global akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkannya. Total emisi terkait food waste pada tahun 2000 - 2019 (20 tahun) diperkirakan mencapai 1.702,9 Mt CO2 eq, dengan kontribusi rata-rata per tahun sebesar 7,29% dari emisi GRK di Indonesia.

Food waste tidak hanya berdampak kepada lingkungan saja, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi di Indonesia. Pada kisaran tahun 2000 hingga 2019, Indonesia mengalami kerugian sekitar Rp 213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5% dari PDB Indonesia. Komoditas pangan yang mengalami kerugian paling tinggi adalah sektor serealia, namun proporsi serealia yang terbuang dengan yang dikonsumsi lebih rendah, karena sektor ini memiliki proses pengolahan yang efisien. 

Sementara itu, pada sektor hortikultura, terutama sayuran, mengalami kerugian yang hampir sama dengan sektor serealia, tetapi proporsi sayuran yang terbuang sangat tinggi daripada sayuran yang dikonsumsi, hal ini karena efisiensi pengolahan pada sektor ini masih kurang baik.

Selain itu, food waste juga berhubungan dengan ketidakadilan sosial dalam masyarakat, di mana jumlah food waste yang dihasilkan secara global mampu untuk memberi makan orang yang menderita kekurangan gizi. Di Indonesia sendiri, jumlah nutrisi yang hilang akibat food waste mencapai 618-989 kkal/kapita/hari atau setara dengan energi yang dibutuhkan oleh hampir 61-125 juta penduduk Indonesia (29-47% dari populasi Indonesia). Hal ini menandakan bahwa 62-100% dari populasi yang kekurangan nutrisi tersebut dapat diberi makan dengan food waste yang masih bisa dimanfaatkan.

Melihat dari dampak yang ditimbulkan oleh food waste, diperlukan adanya sebuah upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan penerapan budaya mottainai. Konsep mottainai dikenal secara global berkat seorang aktivis lingkungan asal Kenya yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2004, yakni Wangari Maathai. Ia memperkenalkan konsep mottainai sebagai slogan untuk mempromosikan perlindungan lingkungan pada sebuah sesi di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Istilah ini, menurutnya, secara sempurna telah merangkum semangat 3R (reduce, reuse, recycle) karena konsep ini menanamkan rasa hormat dan rasa syukur terhadap alam dan sumber daya yang ada dengan pendekatan yang sama dengan 3R.

Mottainai (もったいない) adalah sebuah kata dari bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai “Sayang sekali” atau “Jangan boros”. Kata ini digunakan orang Jepang untuk mengekspresikan rasa khawatir atau menyesal karena tidak mempergunakan sesuatu dengan baik sehingga terbuang secara sia-sia. Sesuatu tersebut dapat berupa waktu, usaha, perbuatan, ucapan, dan apa pun yang menurut mereka berharga.

Mottainai merupakan salah satu konsep budaya yang penting di Jepang. Kata mottainai sendiri adalah sebuah kata sifat yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sering digunakan oleh para orang tua di Jepang untuk memotivasi anak-anak mereka agar tidak menyisakan sebutir nasi pun di dalam mangkuk mereka. Pada intinya, mottainai mengajarkan kita untuk menghargai dan memanfaatkan segala sesuatu dengan bijak, menghindari pemborosan dalam segala bentuk.

Budaya mottainai ini dapat menginspirasi seseorang untuk menghindari pemborosan dan mengurangi pembuangan makanan secara sia-sia. Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, konsep ini dapat berkontribusi signifikan dalam mengatasi masalah limbah makanan yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Adapun terdapat lima praktik budaya mottainai yang dilakukan oleh masyarakat Jepang yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia untuk mengurangi food waste ialah:

1. Perencanaan  

  • Merencanakan menu makanan harian atau mingguan yang akan dibuat.
  • Memeriksa persediaan bahan makanan yang ada di rumah sebelum berbelanja untuk memastikan tidak membeli bahan makanan yang sudah ada.
  • Sebelum berbelanja bahan makanan, buatlah daftar belanja yang sesuai dengan menu yang telah diatur dan persediaan yang dipunya  untuk menghindari pembelian bahan makanan yang tidak diperlukan

2. Berbelanja bahan makanan

  • Hanya beli bahan-bahan yang telah direncanakan sebelumnya untuk menghindari pemborosan atau impulsive buying.
  • Belilah bahan makanan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan hindari membeli bahan makanan dalam jumlah besar yang berisiko tidak habis dikonsumsi dan akhirnya terbuang.
  • Pilih bahan makanan yang segar dan berkualitas agar lebih tahan lama dan tidak cepat rusak.

3. Memasak

  • Masak makanan dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan saja agar tidak ada makanan yang tersisa atau terbuang.
  • Manfaatkan seluruh bagian bahan makanan yang bisa dimakan, seperti kulit sayuran atau tulang-tulang untuk mengurangi limbah.
  • Simpan bahan makanan yang tidak habis digunakan dengan benar supaya tetap segar dan dapat digunakan di lain waktu.

4. Memakan

  • Makanlah dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan agar tidak ada makanan yang tersisa di piring.
  • Edukasi anggota keluarga, terutama anak-anak, tentang pentingnya menghargai dan tidak membuang-buang makanan.

5. Mengatasi makanan berlebih

  • Simpan sisa makanan dengan benar, seperti menyimpannya di dalam wadah yang tertutup rapat dan simpan di lemari es agar kesegarannya tetap terjaga sehingga dapat dikonsumsi kembali.
  • Olah sisa makanan menjadi menjadi hidangan baru.
  • Bagikan atau donasikan makanan sisa yang masih layak konsumsi kepada tetangga, teman, bank makanan, atau komunitas yang membutuhkannya.
  • Sisa makanan yang sudah tidak dapat dikonsumsi lagi dapat diubah menjadi kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk alami.

Budaya mottainai yang mendorong seseorang untuk menghargai setiap sumber daya yang digunakannya dapat membantu mengatasi masalah food waste yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, konsep ini dapat mengajarkan masyarakat untuk bijak dalam memanfaatkan makanan melalui praktik-praktiknya, mulai dari merencanakan, membeli, memasak, memakan, hingga mengatasi makanan berlebih. Penerapan ini tidak hanya dapat mengurangi food waste, tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghargai makanan dan sumber daya alam. Dengan penerapan budaya mottainai, diharapkan Indonesia dapat mengatasi food waste secara efektif dan berkelanjutan, menciptakan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik bagi setiap orang.

SUMBER:

Bappenas. (2021). FOOD LOSS IN INDONESIA WASTE AND STUDY REPORT LOW CARBON DEVELOPMENT SUPPORTING THE IMPLEMENTATION OF CIRCULAR ECONOMY AND.

Sakaba, H. (2022). Mottainai as a Japanese Cultural Keyword: A Key Semantic Difference to the English Word Waste. 61–70. https://doi.org/DOI: 10.18910/88342

Sato, Y. (2017). Mottainai: a Japanese sense of anima mundi. Journal of Analytical Psychology, 62(1), 147–154. https://doi.org/10.1111/1468-5922.12282

Sirola, N., Sutinen, U. M., Närvänen, E., Mesiranta, N., & Mattila, M. (2019). Mottainai!-A practice theoretical analysis of Japanese consumers’ food waste reduction. Sustainability (Switzerland), 11(23). https://doi.org/10.3390/su11236645

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun