Perjuangan Arumi
 Selama 2 bulan ini, Arumi jarang ngobrol sama Yudha. Dia sibuk belajar karena karena Desember nanti akan ada ujian akhir semester. Dia juga sibuk kerja freelance untuk cari tambahan uang buat orang tuanya, supaya orang tua gak terlalu berat membiayai sekolah, biaya buku, dll.Â
 Dua bulan telah berlalu, sekarang pertengahan November. Masih ada waktu sebulan lagi untuk ujian. Dan hari ini waktunya beli mobil. Beberapa hari yang lalu sudah dijanjikan mamanya untuk membeli mobil baru. Satu mobil untuk kedua orang tuanya, satu mobil lagi untuk dirinya sendiri.
 Saat pergi ke Showroom mobil, Arumi disuruh pilih sendiri jenis mobil yang dia inginkan. "Silakan, nak dipilih.." kata mamanya.
"Ma, Pa.. aku gak perlu beli mobil. Masih banyak yang lebih susah daripada aku," Arumi menolak tawaran orang tuanya untuk beli mobil.Â
"Kenapa? Selama ini kamu sudah membantu orang tua meringankan biaya sekolah. Kamu butuh kendaraan untuk transportasi ke sekolah. Mama sudah punya mobil bisnis sendiri dari kantor, dan mobil ini buat mobil bisnis papa sekaligus buat mobil berdua mama papa," ujar papanya.
"Aku cuma perlu motor aja, ma, pa.."
"Emangnya kamu bisa naik motor? Kalo mobil ada sopirnya," jelas mamanya.
"Belajar, ma.."
"Gimana, pa?"
"Kalo saya nurutin kata mama dan Arumi. Selama Arumi senang, lakukan saja. Dan kalo mama setuju, lebih bagus lagi. Kan uangnya juga pake uang mama. Mama yang ngatur keuangan keluarga," Papa Arumi berkata seperti itu karena gaji istrinya memang lebih besar daripada gajinya. Jabatan istrinya juga tinggi, wakil direktur.