Mohon tunggu...
Devira Sari
Devira Sari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya adalah Psikolog yang menyukai dunia tulis menulis dan Sastra. Tarot Reader. A Lifelong Learner. INFJ-A. Empath. Sagittarian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Tepatkah Menerapkan Pola Asuh Helicopter Parenting pada Anak?

13 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 15 Mei 2022   07:05 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, dalam kasus helicopter parenting, orang tua akan memegang kendali penuh terhadap kehidupan anak, termasuk keinginan dan keputusan yang seharusnya sudah bisa ditentukan dan dilakukan sendiri. Orang tua ini memiliki kecenderungan untuk mengendalikan, melindungi, dan mencari kesempurnaan bagi sang anak.

Kekhawatiran orang tua akan ekonomi, lapangan pekerjaan, dan dunia secara umum dapat mendorong orang tua untuk lebih cenderung mengatur anak. 

Tujuannya biasanya adalah agar anak tidak pernah terluka dan merasakan kekecewaan. Kadang orang tua terlalu berjaga-jaga agar anaknya tidak mengalami masa kecil tidak menyenangkan seperti yang pernah dialaminya dulu.

Namanya orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Melindungi anak adalah naluri setiap orang tua. Namun, perlu disadari bahwa apa yang dianggap terbaik menurut orang tua, belum tentu benar-benar yang terbaik untuk anak. Seperti yang kita ketahui bahwa kata "terlalu" hanya akan memberikan akibat negatif di masa depan. 

Helicopter parenting dapat menghambat perkembangan kecerdasan dan kemandirian anak. Anak-anak ini akan menunjukkan tingkat ketidaknyamanan diri, kegelisahan, dan depresi yang lebih tinggi di tahap perkembangan selanjutnya. 

Selain itu, helicopter parenting juga dapat membuat anak tumbuh menjadi arogan karena merasa dirinya istimewa dan selalu terjaga dari kegagalan dan kesulitan hidup.

Usia anak pastinya perlu pengawasan dari orang tua. Akan tetapi, mereka juga perlu merasakan perjuangan, kegagalan, kekecewaan dan berbagai pelajaran hidup agar dapat menjadi manusia dewasa dan sehat mental.

Bagaimana cara yang tepat agar anak tetap terpantau tanpa perlu menjadi "helikopter"?

Pertama, yang perlu dilakukan adalah sadari dan selesaikan masalah pribadi Anda. Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan adalah manifestasi dari masalah yang belum selesai di dalam diri sendiri. 

Sering kali masalah itu tidam ada hubungannya dengan anak. Bisa jadi Anda dulu pernah mengalami kesulitan di masa kecil dan orang tua Anda tidak ada untuk membantu. 

Bisa jadi orang tua Anda juga mendidik dengan cara penuh kecemasan. Atau ada masalah menahun dengan pasangan atau pekerjaan yang kemudian membuat Anda mudah cemas. Maka, sadari dulu kondisi diri sendiri lalu selesaikan masalah pribadi Anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun