Mohon tunggu...
Devira Sari
Devira Sari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya adalah Psikolog yang menyukai dunia tulis menulis dan Sastra. Tarot Reader. A Lifelong Learner. INFJ-A. Empath. Sagittarian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Profesi Psikolog Klinis

5 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 6 April 2024   08:38 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, ada mahasiswa dari sebuah universitas swasta di kota Jakarta menghubungi saya. Katanya, nama dan nomer saya direkomendasikan oleh salah seorang kolega saya. Mahasiswa itu dan temannya meminta kesediaan saya, sebagai psikolog klinis, diwawancarai untuk tugas mata kuliah psikologi klinis.

Ini kali ketiga saya diwawancarai oleh mahasiswa. Dua kali sebelumnya adalah sebelum saya sah menjadi psikolog klinis. Pada kesempatan kali ini fokus pertanyaannya seputar dunia profesi psikolog klinis dan proses perkuliahan magister profesi psikologi klinis.

Ada satu pertanyaan menarik yang mereka ajukan, yaitu tentang kesalahan diagnosis dan penanganan.

Pada awalnya saya menangkap pertanyaan itu tentang hasil yang tidak sesuai harapan klien. Terkadang penanganan yang dilakukan menimbulkan reaksi yang kurang diinginkan.

Bukan berarti itu salah. Perilaku-perilaku tidak diinginkan yang muncul bisa jadi adalah bagian dari proses penanganan. Contohnya, penanganan pada anak terlambat berbicara (speech delay).

Orang tua membawa anaknya ke psikolog atau terapis dengan keluhan ketiadaan atau ketidakjelasan kata/kalimat yang diucapkan anaknya. Lalu oleh psikolog/terapis diberikan penanganan tertentu.

Bulan depannya, orang tua anak itu datang dengan keluhan bahwa anaknya tidak berhenti mengoceh sendiri sampai tengah malam. Dan itu dianggap aneh dan mengganggu.

Padahal hal itu adalah proses dari penanganan kasus speech delay. Bagus donk si anak rajin mengoceh. Itu tandanya otot wicaranya semakin kuat, kosa katanya mulai banyak, dan si anak menikmati kemampuan barunya. Sama seperti kita baru mendapatkan barang yang menarik. Setiap hari kita pegang dan gunakan meski tidak butuh-butuh amat. Lagi maruk-maruknya. Dan itu wajar.

Lalu kedua mahasiswa itu meralat pertanyaannya. Yang mereka tanyakan adalah tentang psikolog yang salah memberikan diagnosis atau penanganan. Apa yang harus dilakukan?

Waduh!

Inilah resiko terberat dari profesi psikolog klinis. Kami bekerja dengan kejiwaan orang. Kami tidak membuat orang mati, tetapi kami dapat mengubah cara pandangnya terhadap dunia dan masa depan yang tentu akan berpengaruh pada kualitas hidupnya secara keseluruhan. Ini bukan profesi main-main.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun