Mohon tunggu...
Devira Sari
Devira Sari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya adalah Psikolog yang menyukai dunia tulis menulis dan Sastra. Tarot Reader. A Lifelong Learner. INFJ-A. Empath. Sagittarian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajaran Catur

29 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 3 Juli 2021   11:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu hari, seorang dosen sedang mengajarkan tiga orang mahasiswanya bermain catur. Di akhir pelajaran, dosen bertanya pada ketiga mahasiswa tersebut bidak mana yang paling disukai dan paling merepresentasikan diri mereka. Dimulai dari mahasiswa yang duduk paling kanan.

Mahasiswa 1 dengan malu-malu menjawab, "saya suka pion." Dua temannya tertawa mencemooh mendengar jawabannya, sementara dosen mengangguk-angguk. Wajah mahasiswa 1 memerah tapi ia tidak mengubah jawabannya.

Kemudian dosen menunjuk mahasiswa berikutnya. "Ratu donk! Hahaa." jawab mahasiswa 2 dengan percaya diri.

Mahasiswa 3 terlihat tak mau kalah langsung menjawab dengan lantang, "ya Raja lah. Gimana sih kalian?!"

Dosen mendengarkan jawaban ketiga mahasiswanya sambil tersenyum dan mengangguk-angguk. Lalu ia bertanya lagi, apa alasan pilihan jawaban mereka.

"P..pion itu memang kecil t..tapi dia tidak pernah mundur," jawab mahasiswa 1 sedikit terbata-bata. Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "kalau dia mampu bertahan dan berhasil mencapai ujung dia bisa jadi apa saja yang dia mau." Mahasiswa 1 menatap sinis ke kedua temannya yang masih saja tertawa.

Setelah mengapresiasi jawaban mahasiswa 1, dosen beralih ke mahasiswa 2. "Ratu bisa bergerak kemana saja. Ratu juga yang paling dapat diandalkan untuk menjaga permainan tetap berlangsung. Makanya pion pun kepingin jadi Ratu. Hahaa. Bisa dikatakan bahwa Ratu itu lebih hebat dari Raja," jawab mahasiswa 2. Kepercayaan dirinya terpancar hingga memenuhi seluruh ruangan.

Mendengar jawaban mahasiswa 2, mahasiswa 3 langsung menyambar dengan lantang, "Kata siapa Ratu lebih hebat dari Raja?! Jangan konyol, ini catur. Kalau Raja mati, game over! Pion," jarinya menunjuk ke mahasiswa 1, "bidak yang paling tidak punya hak. Maju terus sampai dimakan lawan. Siapa yang mau mati-matian untuk mempertahankan satu pion? Gak ada. You are just a sacrifice!" Ia sampai berdiri dari tempat duduknya saat berbicara. "Ratu," ia menunjuk mahasiswa 2, "kamu diberikan kemampuan lebih untuk apa? Untuk melindungi Raja. Kalian semua cuma pelayan! Sacrifice! Sehebat apapun kalian semua cuma umpan demi menjaga eksistensi Raja," tegas mahasiswa 3 dengan berapi-api seperti sedang berorasi.

Sang dosen tertawa senang melihat ketiga mahasiswanya yang begitu bersemangat dengan pendiriannya masing-masing. Sedangkan ketiga mahasiswanya masih saling adu mulut tentang kehebatan bidak masing-masing.

"Bagus sekali," dosen berkata sambil berusaha melerai ketiga mahasiswanya. "Pion itu keren, tidak mengenal kata mundur. Jika berhasil bertahan dia bisa berubah jadi bidak apapun. Pion juga merupakan pasukan garis depan, butuh nyali besar untuk berada di situ," dosen mengedipkan matanya pada mahasiswa 1. Mendengar penjelasan dosen, mata mahasiswa 1 berbinar-binar.

Dosen melanjutkan, "Dan benar sekali, Ratu adalah yang paling leluasa dalam gerak, bidak yang dipertahankan agar tetap di sisi Raja hingga akhir. Tapi...kalau Pion mampu mencapai ujung, Ratu bisa ada dua atau lebih loh." Tawa percaya diri mahasiswa 2 berubah menjadi senyum tersipu-sipu.

"Raja. Bidak utama dalam catur. Jika Raja mati, permainan selesai," dosen menatap mahasiswa 3 yang menatapnya tajam dengan ekspresi yang serius. "Tapi jangan lupa, Raja punya keterbatasan. Karena keterbatasannya itu Raja butuh pelayan yang banyak untuk melindunginya. Selesainya permainan juga karena bantuan para pelayan, bukan dari tangan Raja sendiri." Mahasiswa 3 seperti kehilangan kata-kata, air wajahnya berubah dan rahangnya terlihat menegang.

Dosen melanjutkan penjelasannya, "Catur adalah permainan strategi. Strategi itu antara lain sikap pantang mundur, tahu kapan maju dan kapan mundur dan kapan bertahan, mengambil langkah pendek atau panjang, termasuk juga pengorbanan, dan kerja sama. Setiap bidak punya karakteristik dan tugasnya masing-masing yang jika dijalankan dengan baik maka tujuan bersama akan tercapai. Dan pada akhirnya semua permaian akan berakhir. Semua bidak akan masuk ke dalam kotak yang sama dan papan pun dilipat. Baik Pion, Ratu maupun Raja tinggallah sebatas nama. Tidak ada lagi langkah yang bisa diambil. Tidak ada strategi. Tak ada lawan maupun kawan. Semua berakhir sampai permainan yang baru dimulai."

"Hampir sama seperti di kehidupan nyata. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan serta tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan porsinya. Siapapun kamu saat ini, Pion, Ratu, Raja atau lainnya, jalani 'permainan' hidupmu dengan sebaik-baiknya. Jika saat ini kamu adalah Pion, jalanilah peranmu dengan sepenuh hati. Jika kamu saat ini adalah Raja, bertindaklah dengan bijaksana. Karena tugas manusia adalah berusaha sebaik-baiknya dan menjalankan peran yang telah diamanatkan kepada kita dengan penuh tanggung jawab. Sampai saatnya kehidupan usai dan kita kembali ke dalam kotak yang sama. Tak ada lagi yang namanya status atau strategi. Di mata Tuhan kita semua sama. Hanya amalan yang menjadi pembeda."

Setelah mencium tangan sang dosen, ketiga mahasiswa pulang dengan membawa pemahaman baru. Mereka pun berkomitmen untuk berhenti berdebat, lebih menghormati dan menyayangi satu sama lain, dan menjalankan peran mereka sebaik-baiknya.

***

The End

Devira
11 Desember 2018

Ditulis sembari menunggu.
Mengisi waktu, menuangkan isi pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun