Mohon tunggu...
Devira Sari
Devira Sari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya adalah Psikolog yang menyukai dunia tulis menulis dan Sastra. Tarot Reader. A Lifelong Learner. INFJ-A. Empath. Sagittarian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajaran Catur

29 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 3 Juli 2021   11:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Raja. Bidak utama dalam catur. Jika Raja mati, permainan selesai," dosen menatap mahasiswa 3 yang menatapnya tajam dengan ekspresi yang serius. "Tapi jangan lupa, Raja punya keterbatasan. Karena keterbatasannya itu Raja butuh pelayan yang banyak untuk melindunginya. Selesainya permainan juga karena bantuan para pelayan, bukan dari tangan Raja sendiri." Mahasiswa 3 seperti kehilangan kata-kata, air wajahnya berubah dan rahangnya terlihat menegang.

Dosen melanjutkan penjelasannya, "Catur adalah permainan strategi. Strategi itu antara lain sikap pantang mundur, tahu kapan maju dan kapan mundur dan kapan bertahan, mengambil langkah pendek atau panjang, termasuk juga pengorbanan, dan kerja sama. Setiap bidak punya karakteristik dan tugasnya masing-masing yang jika dijalankan dengan baik maka tujuan bersama akan tercapai. Dan pada akhirnya semua permaian akan berakhir. Semua bidak akan masuk ke dalam kotak yang sama dan papan pun dilipat. Baik Pion, Ratu maupun Raja tinggallah sebatas nama. Tidak ada lagi langkah yang bisa diambil. Tidak ada strategi. Tak ada lawan maupun kawan. Semua berakhir sampai permainan yang baru dimulai."

"Hampir sama seperti di kehidupan nyata. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan serta tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan porsinya. Siapapun kamu saat ini, Pion, Ratu, Raja atau lainnya, jalani 'permainan' hidupmu dengan sebaik-baiknya. Jika saat ini kamu adalah Pion, jalanilah peranmu dengan sepenuh hati. Jika kamu saat ini adalah Raja, bertindaklah dengan bijaksana. Karena tugas manusia adalah berusaha sebaik-baiknya dan menjalankan peran yang telah diamanatkan kepada kita dengan penuh tanggung jawab. Sampai saatnya kehidupan usai dan kita kembali ke dalam kotak yang sama. Tak ada lagi yang namanya status atau strategi. Di mata Tuhan kita semua sama. Hanya amalan yang menjadi pembeda."

Setelah mencium tangan sang dosen, ketiga mahasiswa pulang dengan membawa pemahaman baru. Mereka pun berkomitmen untuk berhenti berdebat, lebih menghormati dan menyayangi satu sama lain, dan menjalankan peran mereka sebaik-baiknya.

***

The End

Devira
11 Desember 2018

Ditulis sembari menunggu.
Mengisi waktu, menuangkan isi pikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun